Waketum MUI: Memulai Adalah Kunci Segala Hal

Waketum MUI: Memulai Adalah Kunci Segala Hal

24/02/2025 19:35 JUNAIDI

JAKARTA, MUI.OR.ID – Dalam Haflah Akhitussanah Majlis Dzkikir & Talim Pesantren Ekonomi Darul Uchwah, Pengasuh Pesantren Ekonomi Darul Uchwah sekaligus Wakil Ketua Umum Majlis Ulama Indonesia (MUI), Dr KH Marsudi Syuhud, menyampaikan pesan inspiratif tentang pentingnya memulai dalam kehidupan dan berbisnis. Ia menekankan bahwa kunci untuk meraih keberhasilan adalah dengan memulai dari sekarang, tanpa menunda-nunda.

“Karena besok belum tentu kita hidupnya sampai besok," ujarnya pada acara Haflah Akhitussanah Majlis Dzkikir & Talim Pesantren Ekonomi Darul Uchwah, Sabtu (22/2/2025).

Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa momen yang ada saat ini adalah titik tolak utama untuk meraih keberhasilan, sehingga tidak ada alasan untuk menunda aksi.

“Yang benar adalah memulai, dengan bisnis pun sama, yang benar memulai. Mulai kapan saja, mulai jangan besok, karena besok belum tentu kita hidupnya sampai besok. Besok itu belum datang, jangan takut hari esok, karena besok belum datang, jangan menunda hari esok untuk memulai, karena hari esok belum datang, dan tidak usah ketakutan hari kemarin, karena hari kemarin sudah berlalu. Wong sudah berlalu tapi ko masih ketakutan hari kemarin, hari esok belum datang ko masih ketakutan wong belum datang. Yang ada adalah detik ini, hari ini kita mulai," jelasnya. 

Selanjutnya, ia menambahkan bahwa dalam konteks kehidupan, setiap usaha yang dibangun harus dilanjutkan.
 
“Itu dalam konteks kehidupan, baru dibangun, dibangun, dibangun, diteruskan, dilanjutkan, dilanjutkan, dilanjutkan. Maka konsep saya, saya memulai, saya harapkan ada yang melanjutkan gitu. Maka sudah enam tempat yang saya mulai, tinggal dilanjutkan," tambahnya. 

Menurutnya, tidak perlu menunggu kondisi besok atau modal yang paling pas untuk memulai, sebab seorang entrepreneur sejati adalah orang yang mampu mengubah dari tidak ada menjadi ada. 

“Entrepreneur adalah memulai dari tidak ada menjadi ada, itu definisi darul ucuwah, tidak ada menjadi ada, memulai detik ini bukan esok-esok belum ada, setelah mulai diteruskan, diteruskan, diteruskan kasih kegiatan, itu lama-lama akan kelihatan kontruksinya, bangunannya, baik bangunan kegiatan atau bangunan fisik, orang itu ngejar fisik terus, belum tentu ngejar fisiknya, isinya ada, maka ketika kita sudah mulai, entah adanya di mana itulah yang harus dilanjutkan,” katanya. 

Selanjutnya, ia menambahkan bahwa semangat untuk memulai harus dipadukan dengan kreativitas karena di tengah banjir informasi dan keinginan yang terus berdatangan, kemampuan untuk menyortir dan memprioritaskan keinginan menjadi sangat penting.

“Memulai adalah kunci dari segala hal, baru dipupuk digedein-digedein. Pertanyaannya duitnya mana? Orang itu belum apa-apa yang ditanyain duitnya dari mana? Sebab mau mulai itu tidak harus pakai duit, memulai adalah pakai kreativitas, apa? Mau ngapain? Kreatif di situ,” ungkapnya.

Selanjutnya, mengenai pentingnya memprioritaskan keinginan dalam menghadapi keterbatasan sumber daya serta mengelola anggaran dengan efisiensi. Ia mengajak seluruh hadirin yang hadir untuk segera memulai dengan kreativitas dan semangat tinggi tanpa menunggu kondisi ideal.

“Keinginan tidak terbatas, tapi sumber daya terbatas, al mawarid mahdudah warrogobat gohoro mahdudah, ini penting, ini kaidah, sumber daya terbatas, tapi keinginan orang tidak terbatas, apa yang harus dilakukan? Pilih keinginan-keinginan yang banyak itu jadikanlah susun, dilist, itulah yang disebut kaidahnya aulawiah atau afdoliah, karena keinginan tidak terbatas maka harus dilist mana yang lebih penting. Maka ada kitab Fiqhul Aulawiah. Untuk apa itu kitab? Untuk mensortir keinginan yang banyak itu menjadi satu hal yang penting,” jelasnya.

Kemudian, ia menguraikan konsep efisiensi dalam pengelolaan keuangan.

“Anggaran rumah tangga kita, anggaran pesantren kita atau anggaran negara itu merupakan pernyataan yang disetujui yang memuat perkiraan pendapatan dan belanja negara untuk jangka waktu tertentu, barangnya belum ada, tapi sudah memperkirakan nanti dapatnya segini, mustaqbalah, untuk ke depannya, barangnya belum ada, uangnya belum ada karena pajak masih berjalan, mungkin pajaknya masih ditarikin, tapi sudah ditargetkan dapet pajaknya sekian, pemasukannya sekian, pengeluarannya sekian, untuk apa, itulah yang di sebut lima yatawaqo tahsiluhu wa infaquhu fatrah muaddah,” paparnya.

Melalui paparan tersebut, Kiai Marsudi Syuhud mengajak seluruh hadirin yang hadir untuk tidak menunggu kondisi ideal atau modal yang besar, melainkan segera memulai dengan kreativitas dan semangat tinggi. Pesan Kiai Marsudi Syuhud diharapkan dapat menginspirasi para pelaku usaha dan masyarakat luas agar berani memulai serta meneruskan setiap langkah demi kemajuan bersama.

Selain ratusan santri, acara tersebut dihadiri Wakil Sekretaris MUI KH Abdul Manan Ghani, anggota Komisi Pendidikan MUI Ustadz Nurul Huda, Rektor IAI Miftahul Huda Al Azhar, KH Harrir Muharrir Abdurrahim, Ketua Dewan Pembina UNINUS Bandung KH Mujib Qulyubi. 
 (Fitri ed: Fakhruddin)

Tags: mui