
Khutbah Jumat: Keutamaan Puasa Asyura dan Mengapa Bulan Muharram Istimewa?
04/07/2025 07:25 ADMINOleh: KH A Muzaini Aziz Lc MA, Sekretaris Komisi Fatwa MUI Kota Tangerang
اَلسَّلامُ عَليْكُمْ وَرَحْمَةاُللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ
أَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي شَرَعَ لَنَا دِيْنًا قَوِيْمًا، وَهَدَانَا إِلَيْهِ صِرَاطًا مُسْتَقِيْمًا، وَوَعَدَ مَن لَزِمَ الصِّرَاطَ أَجْرًا جَزِيْلًا وَثَوَابًا عَظِيْمًا، وَتَوَعَّدَ مَنْ حَادَ عَنْهُ بِأَنَّ لَهُ عَذَابًا أَلِيْمًا. أَشْهَدُ أنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَليُّ الصَّالِحِيْنَ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، وَصَفِيُّهُ مِنْ خَلْقِهِ وَخَلِيْلُهُ. أَللّٰهُمَّ صَلِّ وَزِدْ وَبَارِكْ عَلَى النَّبِيِّ الْمُخْتَارِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْأَطْهَارِ الْأَخْيَارِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلٰى دَارِ الْقَرَارِ، وَسَلِّمْ عَلَيهِمْ تَسْلِيمًا كَثِيْرًا
أمَّا بَعْدُ … أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي أَيُّهَا الْأَخْيَارُ بِتَقْوَى اللّٰهِ الْعَزِْيزِ الْغَفَّارِ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
”Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim.” ( QS Ali Imran [03] ayat 102 )
Ma’âsyiral muslimî rahimakumullâh...
Alhamdulillah, Allah SWT masih memberi kita kesempatan untuk hidup di tahun baru 1447 Hijriyah ini. Tentu nafas kehidupan yang Allah masih titipkan kepada kita hanya bertujuan agar kita dapat menyembah beribadah kepada-Nya (dalam makna yang luas) dengan lebih baik lagi, dibanding tahun-tahun yang telah kita lewati.
Saat ini kita tengah berada di bulan Muharram, salah satu dari 4 bulan suci di dalam syariat Islam, yaitu Dzulqadah, Dzulhijjah dan Rajab. Tentang hal ini Allah SWT berfirman di dalam Surah At-Taubah ayat 36:
اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَآ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۗذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ ەۙ فَلَا تَظْلِمُوْا فِيْهِنَّ اَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِيْنَ كَاۤفَّةً كَمَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ كَاۤفَّةً ۗوَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ
“Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan Bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam (bulan yang empat) itu, dan perangilah kaum musyrikin semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang takwa.”
Hal ini kemudian dipertegas oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya:
إِنَّ الزَّمَانَ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللّٰهُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ، اَلسَّنَةُ اِثْنَا عَشَرَ شَهْرًا، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ، ثَلَاثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ: ذُوالْقَعْدَةِ، وَذُوالْحِجَّةِ، وَالْمُحَرَّمُ، وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِيْ بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ (رواه البخاري ومسلم)
“Sesungguhnya zaman itu berputar sebagaimana bentuknya semula di waktu Allah menciptakan langit dan bumi. Setahun itu ada dua belas bulan, di antaranya ada empat bulan yang dimuliakan: Tiga bulan berturut-turut; Dzul Qa’dah, Dzul Hijjah dan Muharram, lalu Rajab Mudhar yang terdapat di antara bulan Jumada (At-Tsaniyah) dan Sya’ban” (HR. Bukhari dan Muslim)
Secara tegas, Allah SWT melarang kita untuk menodai kehormatan empat bulan mulia ini sebagai mana firman-Nya di dalam Surah Al-Maidah ayat 2:
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُحِلُّوْا شَعَآئِرَ اللّٰهِ وَلَا الشَّهْرَ الْحَـرَامَ
”Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian melanggar syi'ar-syi'ar kesucian Allah, dan jangan (melanggar kehormatan) bulan-bulan haram …”
Jamaah shalat Jumat yang berlimpah keberkahan dari Allah SWT...
Di antara yang keistimewaan empat bulan haram (mulia) ini (termasuk bulan Muharram) adalah bahwa Allah menjadikan setiap perbuatan zalim dan kemaksiatan yang dilakukan pada bulan-bulan ini lebih besar dosanya dibanding di bulan-bulan lainnya.
Demikian juga Allah jadikan setiap amal saleh yang dilakukan di bulan-bulan ini lebih besar pahalanya dibanding di delapan bulan lainnya, sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibnu Abbas RA dan Qatadah RA yang terekam di dalam kitab Tafsir At-Thabari, Tafsir As-Suyuthi dan Tafsir Ibni Katsir.
Maka, sudah sepatutnya di empat bulan mulia tersebut, khususnya di bulan Muharram yang sedang kita jalani ini, kita optimalkan diri kita masing-masing untuk memperbanyak amal shalih dalam berbagai bentuknya, agar tabungan kebaikan kita Allah lipat gandakan di dalam catatan-Nya.
Di saat yang sama, sudah seharusnya kita mewanti-wanti diri kita masing-masing untuk tidak melakukan kezaliman, kemaksiatan dan perbuatan buruk atau jahat lainnya agar timbangan dosa kita tidak semakin berat dan menumpuk di dalam catatan Allah SWT.
Dari latihan memperbanyak amal shalih dan berbagai kebaikan lainnya serta meminimalisir perbuatan zalim, maksiat dan keburukan lainnya di 4 bulan tersebut, diharapkan diri kita ini terbiasa kemudian istiqamah menjalaninya di delapan bulan sisanya.
Zumratal muwahhidîn akramakumullâh....
Terkait dengan bulan suci Muharram, di antara jenis ibadah yang dianjurkan untuk kita perbanyak adala puasa. Baginda Rasulullah SAW bersabda:
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللّٰهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلَاةُ اللَّيْلِ (رواه مسلم)
“Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa di bulan Allah (yaitu) Muharram, dan shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat malam” (HR. Muslim)
Di antara hari-hari di bulan Muharram, tanggal 10 Muharram atau yang biasa disebut hari Asyura memiliki keistimewaan tersendiri. Baginda Rasulullah SAW bersabda:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُمَا، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا قَدِمَ المَدِينَةَ، وَجَدَهُمْ يَصُومُونَ يَوْمًا، يَعْنِي عَاشُورَاءَ، فَقَالُوا: هَذَا يَوْمٌ عَظِيمٌ، وَهُوَ يَوْمٌ نَجَّى اللّٰهُ فِيهِ مُوسَى، وَأَغْرَقَ آلَ فِرْعَوْنَ، فَصَامَ مُوسٰى شُكْرًا لِلّٰهِ، فَقَالَ: أَنَا أَوْلٰى بِمُوسٰى مِنْهُمْ. فَصَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ
(رواه البخاري)
Dari Ibni Abbas RA bahwa Nabi SAW tiba di Madinah beliau melihat mereka (orang-orang Yahudi) berpuasa pada hari itu, yaitu Asyura. Mereka berkata: “Ini adalah hari yang agung, karena pada hari ini Allah menyelamatkan Musa dan menenggelamkan tentara Fir’aun. Maka Musa berpuasa sebagai bentuk syukur kepada Allah.” (Rasulullah) kemudian bersabda: “Aku lebih berhak (mengikuti) Musa daripada kalian. Maka beliau berpuasa dan memerintahkan (para sahabat) untuk berpuasa” (HR. Bukhari)
Terkait dengan keutamaan puasa Asyura, Baginda Rasulullah SAW bersabda:
صِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ، إِنِّي أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ (رواه الترمذي وابن ماجه)
“Puasa pada hari Asyura aku berharap Allah akan mengampuni (dosa-dosa) setahun yang telah lalu” (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Di samping puasa sunnah Asyura pada tanggal 10 Muharram, Rasulullah SAW juga mensunnahkan kepada kita untuk berpuasa pada tanggal 9 dan/atau 11 Muharram, agar puasa kita berbeda dengan tradisi puasa orang-orang Yahudi. Baginda Rasulullah SAW bersabda:
صُومُوا يَوْمَ عَاشُورَاءَ، وَخَالِفُوا فِيهِ الْيَهُودَ، صُومُوا قَبْلَهُ يَوْمًا أَوْ بَعْدَهُ يَوْمًا (رواه أحمد)
Puasalah kalian pada hari Asyura dan selisihilah orang-orang Yahudi (yaitu dengan) berpuasalah kalian satu hari sebelumnya (9 Muharram) dan satu hari sesudahnya (11 Muharram). (HR. Ahmad)
Dari dalil-dalil di atas, kemudian as-Syeikh Sayyid Sabiq di dalam kitab Fiqhus Sunnah-nya menyimpulkan bahwa yang paling utama adalah puasa sunnah 3 hari, yaitu pada tanggal 9, 10 dan 11 Muharram. Di bawahnya adalah puasa sunnah 2 hari pada tanggal 9 dan 10 Muharram. Dan yang paling minimal adalah puasa sunnah hanya 1 hari pada tanggal 10 Muharram.
Demikianlah sekelumit tentang bulan-bulan haram atau mulia, lebih spesifik tentang bulan Muharram dan lebih spesifik lagi tentang hari Asyura atau tanggal 10 Muharram. Semoga kita semua dapat menggunakan berbagai kesempatan emas yang Allah SWT sediakan kepada kita untuk memaksimalkan ibadah kita kepada Allah SWT, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn.
بَارَكَ اللّٰه لِيْ وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذاَ وَأَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْاهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Tags: puasa asyura, keutamaan asyura, puasa tasua, keutamaan muharram, muharram, amalan muharram, puasa asyura, keutamaan asyura, puasa tasua, keutamaan muharram, muharram, amalan muharram, puasa asyura, keutamaan asyura, puasa tasua, keutamaan muharram, muharram, amalan muharram, puasa asyura, keutamaan asyura, puasa tasua, keutamaan muharram, muharram, amalan muharram, puasa asyura, keutamaan asyura, puasa tasua, keutamaan muharram, muharram, amalan muharram, puasa asyura, keutamaan asyura, puasa tasua, keutamaan muharram, muharram, amalan muharram, puasa asyura, keutamaan asyura, puasa tasua, keutamaan muharram, muharram, amalan muharram, puasa asyura, keutamaan asyura, puasa tasua, keutamaan muharram, muharram, amalan muharram, puasa asyura, keutamaan asyura, puasa tasua, keutamaan muharram, muharram, amalan muharram, puasa asyura, keutamaan asyura, puasa tasua, keutamaan muharram, muharram, amalan muharram, puasa asyura, keutamaan asyura, puasa tasua, keutamaan muharram, muharram, amalan muharram, puasa asyura, keutamaan asyura, puasa tasua, keutamaan muharram, muharram, amalan muharram, puasa asyura, keutamaan asyura, puasa tasua, keutamaan muharram, muharram, amalan muharram, puasa asyura, keutamaan asyura, puasa tasua, keutamaan muharram, muharram, amalan muharram, puasa asyura, keutamaan asyura, puasa tasua, keutamaan muharram, muharram, amalan muharram, puasa asyura, keutamaan asyura, puasa tasua, keutamaan muharram, muharram, amalan muharram