Taushiyah di Masjid Jami’ Makkah, Ketua MUI Sampaikan Tuntunan Wukuf di Arafah

Taushiyah di Masjid Jami’ Makkah, Ketua MUI Sampaikan Tuntunan Wukuf di Arafah

04/06/2025 20:47 ADMIN

Oleh: Muhammad Fakhruddin, Jurnalis MUIDigital dari Makkah, Arab Saudi

MAKKAH, MUI.OR.ID - Menjelang Wukuf di Arafah, Mustasyar Dini Prof KH Asrorun Niam Sholeh menyampaikan taushiyah tentang persiapan Arafah kepada jamaah Shalat Shubuh di Masjid Jami al-Ghalib, di Kawasan Syisyah Makkah al-Mukarramah, Rabu (4/6/2025).

Dalam kesempatan tersebut, Ketua MUI Bidang Fatwa ini mengingatkan kepada seluruh jamaah shalat yang mayoritas berasal jamaah haji dari Indonesia, Banglades, dan Pakistan ini tentang persiapan perjalanan ke Arafah untuk Wukuf. “Wukuf di Arafah adalah puncak ibadah haji yang mengharuskan kehadiran fisik kita. Karena itu, perlu ada kesiapan fisik dan mental. Perlu pemahaman mengenai tata cara, syarat, rukun, wajib, sunnah, dan larangan-larangan ihram agar ibadah kita sah dan diterima”, ujarnya di mimbar bersama Imam Masjid Syeikh Ammar.

Lebih lanjut Niam menjelaskan, jamaah yang akan ihram untuk haji tamattu, miqat tempat mulainya niat adalah di pemondokan masing-masing.

Disunnahkan untuk mandi sebagaimana mandi besar, memakai wewangian, memotong kuku, memakai pakaian tanpa jahit berwarna putih, dan shalat sunnah ihram dua rakaat.

Setelah itu berniat Ihram untuk haji, dengan membaca Labbaikallahumma Hajjan; Nawaitu al-hajja wa Ahramtu bihi lillahi ta’ala. Dilanjutkan dengan memperbanyak membaca talbiyah dna dzikir, dalam perjalanan menuju Arafah.

“Sejak niat ihram, maka setiap jamaah haji terikat dengan larangan-larangan ihram. Karenanya setiap jamaah haji harus memahaminya demi keabsahan dan kesempurnaan haji”, tegasnya.

Di antara larangan ihram adalah (1) hubungan suami istri; (2) menikah n menikahkan; (3) memakai wewangian; (4) mencukur rmbut n bulu; (5) memotong kuku; (6) menutup kepala untuk laki; (7) menutup muka untuk perempuan; (8) memakai pakain berjahit untuk laki-laki; (9) berburu; (10) mmtong pohon; (11) berdebat dan berbantah-bantahan.

Di akhir taushiyah, Guru Besar Bidang Ilmu Fikih UIN Jakarta ini menyampaikan makna dan hikmah mendalam ibadah Wukuf di Arafah. “Wukuf di Arafah, di samping sebagai rukun utama Haji, ia merupakan peristiwa spiritual, yang merupakan miniatur Padang Mahsyar. Kita berada di tanah yang sama. Semua setara di hadapan Allah, tidak ada beda antara rakyat dan pejabat; antara orang kaya dan papa. Semua sama, hanya mengenakan dua helai kain tak berjahit. Yang membedakan kita adalah ketakwaan. Karena itu, mari kita optimalkan wukuf di Arafah untuk munajat, muhasabah, dan berdoa, memohon ampun atas segala kesalahan serta meneguhkan komitmen untuk memberi manfaat bagi sesama. Kita langitkan doa untuk anak istri, ayah ibu, keluarga, tetangga, serta bangsa dan negara, menuju baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur,” pungkasnya.

Di akhir taushiyah, Imam Masjid Syeikh ‘Ammar meminta Prof Niam untuk memimpin doa bagi kelancaran ibadah haji, dan bagi kebaikan umat muslim di dunia. 

Tags: haji, ibadah haji, ketua mui