Puncak Haji Selesai, Sekretaris Komisi Fatwa MUI Dorong Jamaah Merenungi Makna Haji dan Istiqomah Ibadah

Puncak Haji Selesai, Sekretaris Komisi Fatwa MUI Dorong Jamaah Merenungi Makna Haji dan Istiqomah Ibadah

12/06/2025 09:06 ADMIN

JAKARTA, MUI.OR.ID– Rangkaian puncak ibadah haji 1446 H telah selesai dilakukan. Sekretaris Komisi Fatwa MUI, KH Miftahul Huda menganjurkan jamaah haji memperbanyak bacaaan dzikir dan bermunajat kepada Allah SWT disela-sela menunggu waktu kepulangan ke Tanah Air. 

Selain itu, jamaah haji diimbau untuk terus mempertahankan amalan yang selama ini dilakukan dalam manasik haji. Terutama, yang paling penting adalah mempertahankan dan merealisasikan spirit haji dalam kehidupan sehari-hari. 

"Haji tidak hanya sekedar perjalanan fisik, bertawaf mengelilingi ka'bah, kemudian berhenti berdiri di padang Arafah, tidur di Mina dan mengelilingi Ka'bah dalam tawaf ifadah, atau lari-lari saat sa’i," demikian disampaikan Sekretaris Komisi Fatwa MUI KH Miftahul Huda, Kamis (12/6/2025). 

Menurutnya, perjalanan fisik tersebut harus dimaknai ada perjalanan spiritual yang diharapkan mampu dipertahankan dalam kehidupan sehari-hari setelah kepulangan jamaah ke negaranya masing-masing, termasuk bagi jamaah yang pulang ke Tanah Air. 

"Ketika seseorang sudah berniat haji, maka dia harus berkomitmen untuk tidak mengumbar syahwatnya. Kemudian setelah berhaji, dia berusaha semaksimal mungkin untuk menjauhi segala kemaksiatan," sambungnya. 

Selain itu, jamaah haji juga harus menjauhi segala bentuk tindakan yang melawan aturan sosial dan tindakan-tindakan yang memprovokasi, menimbulkan percekcokan dan perkelahian. 

Kiai Miftah menyampaikan seseorang yang telah menunaikan haji harus senantiasa bermuhasabah, tidak sombong, dan mengevaluasi diri untuk melihat kekurangan. 

Hal ini juga sebagaimana spirit wukuf untuk berhenti dari hal-hal yang dapat menodai kesucian hati seseorang yang telah menunaikan ibadah haji. Selain itu, spirit tawaf memiliki arti, bahwa hidup, ibadah, kehidupan dan kematian manusia hanya untuk Allah, yang disimbolkan dengan mengitari ka'bah. 

"Yang bisa diambil dari perjalanan sai dari Sofa ke Marwah, keteladanan yang dicontohkan oleh Sayyidah Hajar ketika mencarikan air Nabi Ismail AS. Seorang yang telah haji harus menjadi teladan bagi keluarganya, masyarakat sekitarnya, untuk terus berikhtiar dalam mencari nafkah untuk keluarganya," sambungnya. 

Kiai Miftah menambahkan, seorang bapak sebagai kepala keluarga, dituntut menjadi tulang punggung keluarganya tanpa ada rasa mengeluh, lelah, dan putus asa. 

Kiai Miftah menekankan, spirit sai harus terus dikobarkan oleh jamaah haji dalam kehidupan sehari-harinya. Selain itu, cukur rambut bagi jamaah haji, memiliki simbol bahwa orang yang berhaji, harus terus berusaha mensucikan dirinya. 

"Membersihkan kotoran yang ada dalam jiwa dan hatinya, orang yang telah haji harus menjaga dari hal-hal yang bisa mengotori, mencederai haji," katanya. 

(Sadam/Azhar)

Tags: Puncak Haji, Haji 2025, Haji, Pasca Haji