
Khutbah Idul Adha: Meneladani Ketaatan Ibrahim AS dan Keikhlasan Ismail AS
06/06/2025 08:45 ADMINOleh: KH Sholahudin Al Aiyub, Ketua MUI Bidang Halal dan Ekonomi Syariah
الله أكبر (×9)
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا. لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ، صَدقَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَأَعَزَّ جُنْدَهُ، وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ. لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَلَا نَعْبُدُ إِلَّا إِيَّاهُ، مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ. لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أكبرُ وللهِ الْحَمْدُ
- الله أكبر٬ كلما أحرم الحجاج من الميقات، وكلما لبى المسلمون في الحسنات
- الله أكبر٬ كلما دخل الحجاج مكة ملبين أمنين٬ وكلما طافوا بالبيت الحرام و سعوا بين الصفا و المروة ذاكرين مكبرين
- الله أكبر٬ كلما وقفوا بالمشعر الحرام ذاكرين مستغفرين
- الله أكبر٬ كلما وصلوا إلى منى فرموا جمرة العقبة فقهروا العدو
- الله أكبر٬ ما حللوا و قصروا و طافوا بالبيت الحرام و تحللوا
- الله أكبر٬ سبحان من يسبح كل شيء بحمده٬ سبحان من لا تنفد خزائنه مع سعة رغده٬ سبحان من يرزق مخلوقاته ويدبر شؤون الكائنات٬
سبحان من هو على كل شيء قدير٬ سبحان من جوده عميم و كرمه جسيم٬ سبحان الله والحمد لله ولا اله الا الله ،الله اكبر
الحمد لله الذي شرع لعباده عيدا٬ يذكرونه فيه ويشكرونه على فضله وإحسانه. وأشهد أن لا إله إلا الله٬ خص هذه الأمة بمزيد من البر والإكرام٬ وجعل لها هذه المناسبات محطة للذكرى والاعتبار. واشهد أن محمدا رسول الله ذو الرأي السديد و الفعل الحميد٬ خير من صلى و سلم و حج واعتمر٬ و على آله وأصحابه الذين فازوا بأعلى الدرجات و أفضل المقامات٬ و سلم تسليما إلى يوم الدين أما بعد ،
فَيَا عِبَادَ اللهِ اِتَّقُوا اللهَ وَأَطِيْعُواهُ وَكَبِّرُوْهُ تَكْبِيْرًا
Kaum Muslimin wal Muslimat, ‘aidin wal ‘aidat, rahimakumullah..
Hari ini merupakan hari istimewa yang penuh berkah, hari di mana para jamaah haji yang berasal dari penjuru dunia berkumpul di tempat-tempat suci (masy’aril haram) untuk menjalani proses manasik haji. Mereka mengenakan pakaian yang sama, yaitu pakaian ihram.
Tidak tampak perbedaan derajat keduniaan di antara mereka. Semua memiliki kedudukan yang sama di depan Tuhan. Hanya tingkat keimanan dan ketakwaan yang membedakan mereka. Semuanya memiliki tujuan yang sama, yaitu mengharapkan kasih sayang, ampunan dan ridha Allah ‘Azza Wa Jalla.
Kita berdoa, semoga mereka diberikan kesehatan, keselamatan, kemudahan dalam menjalankan semua proses manasik haji, dan memperoleh haji yang mabrur.
Kita yang berada di luar tempat-tempat suci tersebut juga berkumpul dengan penuh khusyu’ dan khudhu’, di tempat-tempat yang telah disediakan di seluruh penjuru dunia, menggemakan takbir, tahmid, dan tahlil, mengagungkan asma Allah, serta mengharap kasih sayang dan ampunan dari Allah Subhanahu Wata’ala.
Dalam kesempatan yang baik ini, khathib berwasiat pada diri sendiri maupun kepada jamaah sekalian, untuk senantiasa menjaga iman dan taqwa kepada Allah SWT, sampai ajal menjemput nyawa kita. Semoga iman dan taqwa tetap kita pegang teguh sampai saat napas terakhir berembus dari tubuh kita. Allah SWT berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِه وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim.” (QS Ali Imran: 102)
الله أكبر (×3) لا إله إلا الله والله أكبر، الله أكبر ولله الحمد
Kaum Muslimin wal Muslimat, ‘aidin wal ‘aidat, rahimakumullah...
Hari ini kita merayakan Hari Raya Idul Adha 1446 H. Pada hari ini dan tiga hari setelahnya (yaitu hari-hari tasyrik), kita umat Islam disunnahkan untuk terus menggemakan takbir, tahmid, dan tahlil. Oleh karena itu, mari kita syiarkan hari raya ini dengan menjalankan sunnah tersebut, setidaknya setiap setelah shalat fardhu.
Hari Raya ini disebut dengan Idul Adha (yang dalam bahasa Indonesia disebut hari raya kurban), karena kita semua umat Islam diserukan untuk memotong hewan qurban, yang merupakan bentuk ketundukan dan kepasrahan kepada Allah SWT, Dzat Yang Kuasanya tiada terbilang dan tiada terhingga. Allah SWT berfirman:
فصل لربك وانحر
“Sembahyanglah kamu kepada Rabb-mu dan berqurban-lah.” (QS Al-Kautsar: 2)
Berqurban dapat dilaksanakan pada hari ini, yaitu Hari Raya Id, dan tiga hari setelahnya, yaitu hari-hari tasyrik. Hewan yang sah digunakan untuk berqurban ialah kambing, sapi atau unta yang telah cukup umur, serta sehat dan tidak ada cacat. Diutamakan berqurban dengan hewan yang lebih besar dan lebih gemuk serta memiliki daging yang lebih banyak.
Pequrban yang mampu menyembelih sendiri hewan yang diqurbankannya, maka itu lebih utama. Tapi apabila hal itu tidak dimungkinkan, maka dapat dilakukan oleh orang lain yang lebih ahli. Niat dilakukan saat penyembelihan, yaitu dengan niat mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala.
Menurut Madzhab as-Syafi’i, berqurban hukumnya sunnah muakkadah, artinya sunnah yang sangat dianjurkan. Namun bagi orang mampu yang tidak berkurban, Rasulullah mengingatkan dengan keras:
مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ فَلَمْ يُضَحِّ فَلاَ يَقْرَبَنَّ مُصَلاَّنَا
“Barangsiapa mempunyai kemampuan (berqurban) tetapi tidak berkurban maka janganlah mendekati tempat sholat kami.” (HR Ibnu Majah dan Ahmad).
Oleh karena itu, sudah pada tempatnya kita sebagai orang yang mengaku beriman kepada Allah SWT dan RasulNya untuk memenuhi panggilan berkurban tersebut. Apabila hari ini belum sempat berqurban, maka masih ada tiga hari setelah hari ini yang dapat dipergunakan untuk berqurban, sebagai bukti ketundukan dan kepatuhan kita pada ajaran agama.
الله أكبر (×3) لا إله إلا الله والله أكبر، الله أكبر ولله الحمد
Kaum Muslimin wal Muslimat, ‘aidin wal ‘aidat rahimakumullah...
Syariat berqurban yang dilaksanakan umat Islam, selain sebagai bentuk ketundukan dan kepatuhan serta upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT, juga ada hikmah dan ‘ibrah yang dapat kita pelajari dan ikuti, demi kebaikan kita semua. Di antara hikmah yang dapat kita ambil ‘ibrahnya adalah ketaatan nabi Ibrahim dan keikhlasan nabi Ismail ‘alaihimas salam.
Sebagaimana dikisahkan dalam kitab suci Alquran bahwa Nabi Ibrahim ‘alaihis salam belum dikaruniai keturunan sampai usia lanjut. Beliau sangat ingin dikaruniai seorang anak, dan oleh karenanya tidak henti-hentinya berdoa agar keinginan tersebut dikabulkan oleh Allah Ta’ala:
رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِيْنَ
“Wahai Tuhanku berilah aku keturunan yang shalih.” (QS As-Shaffat: 100)
Setelah sekian lama, akhirnya Allah menjawab dan mengabulkan doa tersebut. Lahirlah putra beliau dan diberi nama Ismail. Setelah anak tersebut berusia antara 9-11 tahun, Allah memintanya untuk diqurbankan. Dapat dibayangkan bagaimana perasaan nabi Ibrahim saat itu. Pasti berat sekali.
Tidak mudah bagi seorang ayah yang telah sekian lama mendambakan seorang anak, lalu setelah anak itu lahir dan di usia yang sedang lucu-lucunya, diperintahkan untuk mengorbankannya. Secara manusiawi perintah tersebut sulit sekali untuk dipenuhi.
Tapi Nabi Ibrahim tidaklah demikian. Perintah tersebut diterimanya dengan penuh ketundukan dan kepatuhan. Sikap tersebut muncul dari keimanan yang total kepada Allah Ta’ala. Beliau meyakini bahwa semua perintah Allah pasti mengandung kemaslahatan. Beliau juga yakin bahwa semua yang ada pada diri manusia tidak lain pada hakekatnya merupakan milik Allah SWT.
Termasuk anak semata wayangnya yang telah lama dinanti itu. Apabila Allah memerintahkan untuk mengorbankannya, maka pada hakekatnya itu adalah mengembalikan sesuatu yang dititipkan dan dikembalikan pada pemilik hakikinya.
Sebelum melaksanakan perintah tersebut, nabi Ibrahim merundingkan pada anaknya yaitu Nabi Isma’il. Sebuah contoh mulia bagaimana orang tua meminta pandangan anaknya terhadap suatu keputusan yang akan berakibat dan berdampak pada anak tersebut.
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى. قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
“Maka tatkala anak itu sampai usia remaja, Ia berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar." (QS Ash-Shaffat: 102)
Sungguh sangat mengagumkan seorang ayah yang sanggup menjalankan perintah mengorbankan anak satu-satunya yang sudah didambakan kelahirannya sekian lama. Lebih mengagumkan lagi adalah sikap anak tersebut yang penuh keyakinan dan kesabaran mendorong ayahnya untuk menjalankan perintah tersebut. Meskipun itu artinya mengorbankan nyawanya.
Ketika ketaatan dan keikhlasan yang luar biasa dari nabi Ibrahim dan Nabi Islamil ‘alaihimas salam dalam menerima perintah tersebut, rupanya itu merupakan ujian dari Allah kepada mereka berdua. Maka tatkala mereka siap untuk melaksanakan perintah itu, Allah menggantinya dengan seekor domba yang besar.
فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ، وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ، قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ، إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِينُ، وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ
“Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya). Dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu", sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (QS Ash-Shaffat: 103-107)
Ketaatan dan keikhlasan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail ‘alaihimas salam dalam menerima dan menjalankan perintah Allah, merupakan contoh terbaik yang patut menjadi teladan kita umat Islam.
Saat ini, banyak sekali umat Islam yang seakan tidak peduli dengan perintah Allah di dalam ajaran agama. Perintah Allah dipilah dan dipilih untuk ditaati dan diimani. Mana perintah yang sesuai dengan kepentingan dan keinginannya, maka ia akan menjalankan perintah tersebut. Tapi jika sebaliknya, ia menganggap angin lalu saja perintah tersebut. Kepasrahan dan ketundukan total kepada Allah Dzat
Yang Maha Kuasa saat ini merupakan sesuatu yang sulit ditemukan di kalangan umat Islam.
Bukti nyata hal itu adalah ketundukan dan kepatuhan umat Islam dalam menjalankan ajaran agama dalam bidang mu’amalah, khususnya ekonomi. Allah telah melarang aktifitas ekonomi yang mengandung riba, gharar, dan maisir. Para ulama telah merumuskan panduan praktis untuk hal itu, dan bahkan lembaga keuangan yang dijalankan berlandaskan syariah juga sudah banyak.
Namun tetap saja kita dapati banyak umat Islam yang tidak menghiraukannya. Aktivitas ekonomi yang dijalankan tidak dilandaskan pada ajaran agama. Selalu saja dicari-cari alasan dan pembenaran untuk mendukung sikap tersebut.
Seakan-akan tidak ada aturan dalam agama terkait dengan ekonomi.
Padahal ketundukan pada ajaran agama seharusnya dilakukan secara total, tidak pilah pilih. Ketundukan umat Islam pada syariat tentang ekonomi harusnya sama seperti ketundukan mereka pada syariat tentang akidah dan ibadah..
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا ادْخُلُوْا فِى السِّلْمِ كَاۤفَّةًۖ وَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِۗ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ ٢٠٨
“Wahai orang-orang yang beriman, masuklah ke dalam Islam secara menyeluruh dan janganlah ikuti langkah-langkah setan! Sesungguhnya ia musuh yang nyata bagimu.” (QS Al Baqarah: 208)
Oleh karena itu, melalui momentum Idul Adha ini khatib mengajak kita semua umat Islam untuk meneladani nabi Ibrahim dan nabi Ismail dalam menerima dan menjalankan perintah Allah, yaitu dengan penuh ketaatan dan keikhlasan, tunduk dan patuh secara total. Karena, setiap mukmin harus meyakini bahwa semua perintah Allah apabila dilaksanakan secara benar, pasti akan membawa kemanfaatan dan kemaslahatan pada orang yang menjalankan tersebut.
الله أكبر (×3) لا إله إلا الله والله أكبر، الله أكبر ولله الحمد
Kaum Muslimin wal Muslimat, ‘aidin wal ‘aidat, rahimakumullah...
Hikmah berikutnya dari syariat berkurban ialah semangat menjalani kehidupan dengan penuh optimistis. Sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Ibrahim dan istrinya yang diperintah oleh Allah untuk berpindah ke Makkah. Saat ini Makkah merupakan sebuah daerah yang berupa padang tandus, jauh dari mana-mana dan tidak ada siapapun yang tinggal di situ. Hal itu terekam dalam sebuah hadis shahih Riwayat imam al-Bukhari:
يا إبراهيم أين تذهب وتتركنا بهذا الوادي الذي ليس فيه إنس ولا شيء؟ فقالت له ذلك مراراً وجعل لا يلتفت إليها. فقالت له: آالله الذي أمرك بهذا ؟ قال: نعم، قالت: إذن لا يضيعنا
“(Hajar berkata) wahai Ibrahim, ke mana engkau akan pergi dan meninggalkan kami di lembah yang tidak ada manusia dan tidak ada apapun (di sini)? Hajar mengucapkan itu berulang-ulang. Hal itu tidak membuat Ibrahim memalingkan muka kepadanya. Kemudian Hajar bertanya padanya: apakah Allah yang memerintahkan kepadamu tentang hal ini? Ibrahim menjawab: iya. Kemudian Hajar berkata: jika demikian Allah tidak akan menyia-nyiakan kita.”.
Ini adalah sikap optimis yang paripurna dalam menjalani kehidupan. Makkah saat itu merupakan daerah tandus yang tidak ada apapun dan tidak ada siapapun. Berpindah dan meninggalkan keluarga di tempat seperti itu bukanlah perkara mudah. Butuh ketetapan hati yang didasari kepercayaan yang penuh terhadap rahmat Allah. Selagi yang dilakukan merupakan pelaksanaan atas perintah Allah, maka pasti akan membawa kebaikan di kemudian hari. Maka Nabi Ibrahim berdoa:
رَبَّنَآ اِنِّيْٓ اَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِيْ بِوَادٍ غَيْرِ ذِيْ زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِۙ رَبَّنَا لِيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ فَاجْعَلْ اَفْـِٕدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِيْٓ اِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِّنَ الثَّمَرٰتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُوْنَ ٣٧
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak ada tanamannya (dan berada) di sisi rumah-Mu (Baitullah) yang dihormati. Ya Tuhan kami, (demikian itu kami lakukan) agar mereka melaksanakan salat. Maka, jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan anugerahilah mereka rezeki dari buah-buahan. Mudah-mudahan mereka bersyukur.” (QS Ibrahim: 37)
Apa yang dilakukan Nabi Ibrahim dan keluarganya tersebut patut menjadi ‘ibrah bagi kita yang hidup saat ini, bahwa optimisme dalam menjalani kehidupan itu sangat penting. Optimisme tersebut berpangkal dari keimanan bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan hambanya yang telah berusaha menjalankan kehidupan sesuai dengan tuntunan ajaran agama.
Sikap optimis seperti itu muncul dilandasi oleh husnuz zhan (prasangka baik) terhadap kasih sayang Allah yang akan tercurah kepada siapapun yang telah berusaha menjalankan ajaran agama. Di tengah situasi global yang oleh para ekonom disebut “paling suram” di beberapa tahun terakhir, masih ada harapan dan optimisme bahwa Allah Yang Mahamengatur pasti tidak akan menyia-nyiakan hamba-Nya yang telah sungguh-sungguh menjalankan petunjuk ajaran agama.
Oleh karena itu, dalam kesempatan yang mulia ini mari kita bersama berazam dan bertekad untuk secara sungguh-sungguh menjalankan ajaran agama, baik dalam perkara akidah, ibadah, akhlak, maupun mu’amalah. Kita bermohon kepada Allah SWT agar situasi global kembali tenang, perang yang terjadi di beberapa tempat segera berhenti, dan negara kita semakin baik kondisinya dan masyarakatnya juga dapat hidup baik, sejahtera dan bahagia.
إِنَّ أَحْسَنَ الْكَلَامِ كَلَامُ اللهِ الْمَلِكِ المْنَاَّنِ، وَبِهِ يَهْتَدِي الْمُهْتَدُونَ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. اِنَّآ اَعْطَيْنٰكَ الْكَوْثَرَۗ، فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ، اِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْاَبْتَرُࣖ
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ اللهُ منِّيْ وَمِنْكُمْ تَلاَوَتَهُ إِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ، لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ, فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمِ
Khutbah Kedua
اللهُ أَكْبَرُ x7
لاَ إلِهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وللهِ الْحَمْدُ
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا أَمَرْ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ إِرْغَاماً لِمَنْ جَحَدَ بِهِ وَكَفَرْ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ الخَلاَئِقِ وَالْبَشَرْ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ إِلَى يَوْمِ الْمَحْشَرْ
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ! اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
فَقَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمْ، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ : إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنْ، وَعَلَيْنَا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنْ
- اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ
- اَللّهُمَّ انْصُرِ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْفَاجِرَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ،اللهم انصر المسلمين في كل مكان وخاصة في فلسطين، واخذل من
خذل المسلمين، واجعل بلدتنا إندونيسيا بلدة آمنة مطمئنة
- وَ نَسْأَلُكَ اللهُمَّ دَوَامَ الْعِنَايَةِ وَ التَأْيِيْدِ، لِحَضْرَةِ مَوْلاَنَا سُلْطَانِ الْمُسْلِمِيْنَ، الْمُؤَيَّدِ بِالنَّصْرِ وَ التَّمْكِيْنِ
- اللهُمَّ انْصُرْهُ وَ انْصُرْ عَسَاكِرَهُ، وَ امْحَقْ بِسَيْفِهِ رِقَابَ الطَّائِفَةِ الْكَافِرَةِ، وَ أَيِّدْ بِشَدِيْدِ رَأْيِهِ عِصَابَةَ الْمُؤْمِنِيْنَ، وَ اجْعَلْ بِفَضْلِكَ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا مُطْمَئِنَّا، وَ ارْفَعِ اللهُمَّ مَقْتَكَ وَ غَضَبَكَ عَنَّا، وَ لاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا بِذُنُوْبِنَا مَنْ لاَ يَخَافُكَ وَ لاَ يَرْحَمْنَا يَآ أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
- اللهُمَّ إِيَّاكَ نَسْأَلُ فَلاَ تُخَيِّبْنَا، وَ إِلَيْكَ نَلْجَأُ فَلاَ تَطْرُدْنَا، وَ عَلَيْكَ نَتَوَكَّلُ فَاجْعَلْنَا لَدَيْكَ مِنَ الْمُقَرَّبِيْنَ
- رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. آمِيْنَ يَا مُجِيْبَ السَّائِلِيْنَ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Tags: Idul adha, khutbah Idul adha, Idul adha Nabi ibrahim, nabi ismail, Idul adha 2025, jamaah haji, haji