JAKARTA, MUI.OR.ID —Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Anwar Iskandar, menekankan pentingnya optimalisasi manfaat haji bagi berbagai pihak, khususnya bagi masyarakat Indonesia.

Hal tersebut disampaikan saat menerima kunjungan dari Badan Penyelenggara Haji (BPH) pada 29 Oktober 2024 di Aula Buya Hamka Gedung MUI Pusat.

Dalam pernyataannya, Kiai Anwar menyampaikan bahwa terdapat banyak aspek yang dapat mendatangkan manfaat besar dalam pengelolaan penyelenggaran haji, baik dari segi ekonomi maupun kesejahteraan.

Atas dasar itulah Kiai Anwar menyebutkan bahwa MUI akan berkomitmen untuk mendukung program-program dari Badan Penyelenggara Haji BPH yang akan mendatang.

"Sebagaimana kita tahu bahwa ada banyak hal-hal yang nanti menjadi pekerjaan dari bagian ini, yang tentu harus mendapatkan dukungan dari kita semuanya," ungkap Kiai Anwar, Rabu (30/10/24).

Selain itu, dalam forum kunjungan Badan Penyelenggara Haji (BPH) Kiai Anwar juga menjelaskan tentang tujuan ibadah haji. Menurutnya tujuan dalam penyelenggaraan ibadah haji memiliki banyak manfaat bagi beberapa pihak.

“Tujuan utama dari ibadah haji adalah untuk memberikan manfaat yang luas, yang dalam bahasa Alquran disebut dengan istilah manāfi‘,” kata Kiai Anwar.

“Manfaat ini meliputi keuntungan bagi banyak pihak, mulai dari negara Indonesia (selaku penyelenggara sekaligus jamaah haji) hingga pihak-pihak di Arab Saudi yang terlibat dalam berbagai aspek penyelenggaraan haji,” imbuhnya.

Kiai Anwar menjelaskan, ibadah haji apabila dikelola dengan baik oleh Badan Penyelenggara Haji akan memberikan manfaat yang besar untuk negara, terutama dalam roda perekonomian.

“Salah satu tujuan haji yang lainnya itu adalah manāfi‘ (manfaat), manāfi‘ itu banyak sekali, termasuk benefit. Indonesia dapat benefit, Arab Saudi juga dapat benefit, yang punya pesawat terbang juga dapat benefit, transportasi dapat benefit, yang punya catering juga dapat benefit,” jelasnya.

Pernyataan ini memperlihatkan komitmen MUI dalam memperjuangkan optimalisasi manfaat haji, tidak hanya dari aspek spiritual tetapi juga dari sisi ekonomi dan kesejahteraan bagi umat di Indonesia. (Fitri/Dhea, ed: Nashih)