
Khutbah Jumat: Ragam Penyakit Hati dan 2 Obat Penawarnya
18/07/2025 08:14 ADMINFoto: freepik
Oleh: KH DR A Bahrul Hikam MA, anggota Komisi Fatwa MUI Kota Tangerang
اَلسَّلامُ عَليْكُمْ وَرَحْمَةاُللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ
الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي جَعَلَ الْقَلُوبَ مَحَلًّا لِمَعْرِفَةِ الْحَقِّ وَمَيَّزَهَا بِالْفَهْمِ وَالْعَقْلِ مِنْ سَائِرِ الْخَلْقِ، وَأَمَرَ بِتَطْهِيرِهَا مِنْ أَمْرَاضِ الْحَسَدِ وَالْكِبْرِ وَالْعُجُبِ وَالرِّيَاءِ وَالْقَلَقِ،أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَأَشْكُرُهُ،
وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إلَهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ شَهَادَةً تُنْجِي قَائِلَهَا يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ وَأُمِّهِ وَأَبِيهِ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الْمُصْطَفَى مِنْ خَلْقِهِ، وَصَلَّى اللّٰهُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آله وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
أَمَّا بَعْدُ،فَيَاأَيُّهَا الْاِخْوَانُ أُوْصِيْكُمْ وَاِيَايَ بِتَقْوَى اللّٰهِ وَطَاعَتِهِ، بِامْتِثَالِ أَوَامِرِهِ وَاجْتِنَابِ نَوَاهِيْهِ. قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: ثُمَّ قَسَتْ قُلُوْبُكُمْ مِّنْۢ بَعْدِ ذٰلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ اَوْ اَشَدُّ قَسْوَةً ۗ وَاِنَّ مِنَ الْحِجَارَةِ لَمَا يَتَفَجَّرُ مِنْهُ الْاَنْهٰرُ ۗ وَاِنَّ مِنْهَا لَمَا يَشَّقَّقُ فَيَخْرُجُ مِنْهُ الْمَاۤءُ ۗوَاِنَّ مِنْهَا لَمَا يَهْبِطُ مِنْ خَشْيَةِ اللّٰهِ ۗوَمَا اللّٰهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُوْنَ
“Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras, sehingga (hatimu) seperti batu, bahkan lebih keras. Padahal dari batu-batu itu pasti ada sungai-sungai yang (airnya) memancar daripadanya. Ada pula yang terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya. Dan ada pula yang meluncur jatuh karena takut kepada Allah. Dan Allah tidaklah lengah terhadap apa yang kamu kerjakan.”
Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah...
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, atas berkat rahmat-Nya, inayahnya, karunianya, Allah kumpulkan kita bersama pada hari yang mulia ini, di tempat rumahnya yang mulia ini untuk melaksanakan ibadah Shalat Jumat, mudah-mudahan shalat Jumat kita dan apapun ibadah yang kita lakukan ini diterima oleh Allah SWT dan mudah-mudahan semua ibadah-ibadah itu dapat meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT. Amin
Di hari Jumat yang penuh berkah ini, marilah kita meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT dengan selalu menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya, dengan selalu berpegang teguh serta mengikuti sunnah-sunnah nabi-Nya. Karena sesungguhnya, hanya dengan takwa kita akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan keselamatan di akhirat.
Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah...
Suatu ketika Nabi SAW pernah berpesan di hadapan para sahabatnya
أَلَا وَإِنَّ فِي الجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلُحَتْ صَلُحَ الجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ القَلْبُ – رَوَاهُ البُخَارِي وَمُسْلِمٌ
“Ingatlah sesungguhnya di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka seluruh jasad akan ikut baik. Jika ia rusak, maka seluruh jasad akan ikut rusak. Ingatlah segumpal daging itu adalah hati.” (HR Bukhari dan Muslim)
Pertanyaannya hati apakah atau hati yang manakah yang dimaksud oleh Nabi Muhammad SAW? Tentu hati yang dimaksud Nabi SAW bukanlah liver yaitu organ tubuh yang berfungsi sebagai kelenjar dan juga bagian dari sistem pencernaan yang menyaring darah, memproses nutrisi, dan menghasilkan empedu.
Hati atau qalbu yang dimaksud dalam hadits Nabi ini adalah pusat kesadaran, emosi, dan spiritualitas seseorang. Menurut para ulama pengertian hati dengan makna inilah yang dimaksud dalam Alquran, misalnya dalam surat As Syuara ayat 88-89:
يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ إِلَّا مَنْ أَتَى اللّٰهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
“Pada hari dimana harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna”, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang selamat.”
Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah..
Dalam Alquran, hati manusia digambarkan memiliki beberapa keadaan, ada hati yang sakit, ada hati yang selamat atau sehat dan ada hati yang tunduk pada Allah. Hati yang sakit Allah gambarkan sebagai hati yang keras atau hati yang membatu, misalnya dalam Surat Al Baqarah ayat 74:
ثُمَّ قَسَتْ قُلُوْبُكُمْ مِّنْۢ بَعْدِ ذٰلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ اَوْ اَشَدُّ قَسْوَةً ۗ وَاِنَّ مِنَ الْحِجَارَةِ لَمَا يَتَفَجَّرُ مِنْهُ الْاَنْهٰرُ ۗ وَاِنَّ مِنْهَا لَمَا يَشَّقَّقُ فَيَخْرُجُ مِنْهُ الْمَاۤءُ ۗوَاِنَّ مِنْهَا لَمَا يَهْبِطُ مِنْ خَشْيَةِ اللّٰهِ ۗوَمَا اللّٰهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُوْنَ
“Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras, sehingga (hatimu) seperti batu, bahkan lebih keras. Padahal dari batu-batu itu pasti ada sungai-sungai yang (airnya) memancar daripadanya. Ada pula yang terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya.
Dan ada pula yang meluncur jatuh karena takut kepada Allah. Dan Allah tidaklah lengah terhadap apa yang kamu kerjakan.”
Al Imam Al Ghazali adalah salah satu ulama yang konsen membahas penyakit hati dan penawarnya. Dalam Ihya Ulumudin
Imam Ghazali membahas secara rinci banyak penyakit hati antara lain nifaq (kemunafikan) kibr (kesombongan) ‘ujub (bangga diri) riya’ (pamer ibadah) sum’ah (ingin dikenal) hasad (dengki) hubb dunya (cinta dunia berlebihan) hiqd (dendam) ghaflah (kelalaian) ya’s (putus asa) su’u dzan(buruk sangka) dan banyak lagi penyakit hati lainnya.
Beliau memetakan dengan sangat rinci berbagai penyakit hati dan menawarkan terapi penyembuhannya. Dari sekian banyak penyakit hati ini tiga diantaranya yang saling berkaitan adalah hasad (dengki), kibr (sombong) dan cinta berlebihan pada dunia .
Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah..
Penyakit hati yang pertama yaitu Hasad atau dengki yaitu perasaan tidak suka atau benci terhadap nikmat yang Allah berikan kepada orang lain, dan berharap agar nikmat tersebut hilang darinya. Penyakit ini sangat berbahaya, karena pada hakikatnya, orang yang hasad sedang memprotes takdir dan pembagian rezeki Allah SWT. Ia seolah berkata, "Ya Allah, Engkau tidak adil! Mengapa Engkau berikan nikmat itu kepadanya, bukan kepadaku?"
Rasulullah SAW menggambarkan dampak mengerikan dari hasad:
إِيَّاكُمْ وَالْحَسَدَ، فَإِنَّ الْحَسَدَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّارُ الْحَطَبَ
“Jauhilah oleh kalian sifat hasad, karena sesungguhnya hasad itu memakan kebaikan-kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar.” (HR Abu Daud).
Bayangkan, amal-amal baik yang kita kumpulkan dengan susah payah, seperti shalat, puasa, dan sedekah, bisa hangus tak bersisa hanya karena penyakit hasad yang kita pelihara di dalam hati. Orang yang hasad tidak akan pernah merasakan ketenangan. Hatinya senantiasa gelisah melihat kesuksesan orang lain dan bahagia di atas penderitaan orang lain. Hasad memiliki banyak dampak negatif, di antaranya:
• Membentuk jiwa yang tidak mau mensyukuri atas nikmat yang diberikan oleh Allah (kufur nikmat)
• Menyiksa diri sendiri karena hatinya tak tenang yang disebabkan munculnya rasa tidak nyaman atas kebahagiaan orang lain
• Munculnya kebencian dan permusuhan yang dapat menimbulkan kerusakan dalam jangka waktu yang tak terbatas.
Hasad adalah kejahatan energi tersembunyi yang dapat membahayakan manusia. Itulah mengapa Allah menyuruh kita untuk meminta perlindungan Allah dari bahaya hasad:
وَمِن شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ
“Dan dari kejahatan orang yang dengki apabila dia dengki.” (QS Al-Falaq: 5)
Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah…
Penyakit hati yang kedua adalah kibr atau sombong yaitu yaitu sikap berbangga diri dengan menganggap diri sendiri lebih hebat, lebih baik, atau lebih benar daripada orang lain. Orang yang memiliki sifat sombong sering kali merasa dirinya lebih tinggi derajatnya, baik dalam hal ilmu, harta, kedudukan, atau bahkan amal ibadah. Dia merasa seolah-olah tidak ada yang bisa menandingi dirinya, dan dengan begitu dia merendahkan orang lain.
Namun, Rasulullah SAW sangat tegas dalam hal ini. Beliau memberikan ancaman yang sangat berat bagi orang yang memiliki sifat sombong dalam hatinya. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah bersabda:
لاَ يَدْخُلُ الجَنَّةَ مَن كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِن كِبْرٍ
“Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada seberat biji sawi dari kesombongan.”
Hadits ini mengingatkan kita bahwa kesombongan, sekecil apapun, bisa menjadi penghalang bagi kita untuk masuk ke dalam surga Allah. Kita harus menyadari bahwa segala yang kita miliki, baik itu harta, ilmu, ataupun kedudukan, semuanya adalah anugerah dari Allah. Tidak ada satupun yang bisa kita banggakan, karena semuanya berasal dari-Nya dan hanya sementara di dunia ini. Kesombongan hanya akan merusak hati kita dan menghalangi kita dari kebaikan.
Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah...
Penyakit hati yang ketiga adalah cinta berlebihan terhadap dunia. Emosi semacam ini disebut sebagai "induk dari segala kesalahan" dikatakan:
حُبُّ الدُّنْيَا رَأْسُ كُلِّ خَطِيْئَةٍ
“Cinta berlebihan terhadap dunia adalah induk dari segala kesalahan."
Perlu dipahami bahwa Islam tidak melarang kita untuk mencari harta, memiliki rumah yang bagus, atau kendaraan yang nyaman. Yang dilarang adalah ketika kecintaan terhadap dunia ini telah menguasai dan bersemayam di dalam hati, sehingga membuat kita lalai dari tujuan utama kita diciptakan, yaitu untuk beribadah kepada Allah dan mempersiapkan bekal untuk akhirat. Rasulullah SAW bersabda:
فَوَاللّٰهِ مَا الْفَقْرَ أَخْشَى عَلَيْكُمْ، وَلَكِنِّي أَخْشَى عَلَيْكُمْ أَنْ تُبْسَطَ الدُّنْيَا عَلَيْكُمْ كَمَا بُسِطَتْ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ، فَتَنَافَسُوهَا كَمَا تَنَافَسُوهَا، وَتُهْلِكَكُمْ كَمَا أَهْلَكَتْهُمْ
“Demi Allah, bukan kemiskinan yang aku khawatirkan menimpa kalian. Akan tetapi, yang aku khawatirkan adalah jika dunia dibentangkan untuk kalian sebagaimana telah dibentangkan untuk orang-orang sebelum kalian. Lalu kalian berlomba-lomba memperebutkannya sebagaimana mereka berlomba-lomba, hingga akhirnya dunia itu membinasakan kalian sebagaimana ia telah membinasakan mereka.” (HR Bukhari dan Muslim).
Salah satu tanda bahwa kita sudah mencintai dunia secara berlebihan adalah ketika kita menjadikan dunia sebagai tujuan utama, bukan sarana menuju akhirat. Ketika kita merasa berat untuk berinfak dan bersedekah. Ketika kita selalu merasa kurang dan tidak pernah puas (thulul amal). Ketika kita berani menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kenikmatan duniawi.
Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah…
Setiap penyakit tentu ada obatnya, demikian pula penyakit hati. Sang Pencipta hati, yaitu Allah SWT memberikan petunjuk pada kita bahwa salah satu obat dari penyakit hati ialah membaca Alquran. Allah SWT berfirman:
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ
"Dan Kami turunkan dari Alquran (sesuatu) yang menjadi penawar (obat) dan rahmat bagi orang-orang yang beriman." (QS Al-Isra': 82)
Dalam ayat lain, Allah menegaskan secara spesifik bahwa obat itu ditujukan untuk penyakit yang ada di dalam dada (hati):
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ
"Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (Alquran) dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman." (QS Yunus: 57).
Tentu saja membaca Alquran yang bisa menjadi obat penyakit hati bukan dengan sekedar membaca tetapi membaca yang disertai tadabbur. Ketika seseorang membaca Alquran dengan penuh perenungan (tadabbur), ayat-ayatnya akan berfungsi seperti cermin yang memantulkan kondisi hatinya. Ketika membaca ayat tentang kesombongan Iblis, ia akan bertanya pada dirinya: "Adakah sifat 'Aku lebih baik darinya' dalam diriku?" Ketika membaca ayat tentang kaum munafik yang suka pamer (riya'), ia akan berintrospeksi: "Untuk siapa aku melakukan amalku selama ini?" Ketika membaca ayat yang mencela orang-orang yang menumpuk harta dan lalai, ia akan memeriksa hatinya: "Apakah duniaku telah melalaikanku dari akhiratku?"
Hal yang kedua yang bisa menjadi obat hati adalah berdzikir, Jika Alquran adalah resep dan panduan penyembuhan, maka dzikrullah (mengingat Allah) adalah proses meminum obat itu sendiri. Keduanya tidak terpisahkan, sebab Alquran adalah bentuk dzikir yang paling agung. Allah menyatakan:
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan
mengingat Allah hati menjadi tenteram." (QS Ar-Ra'd: 28)
Para ulama, menjelaskan bahwa dzikir memiliki beberapa tingkatan, yang semuanya saling melengkapi: yang pertama dzikrul lisan, yaitu mengucapkan kalimat-kalimat thayyibah (tasbih, tahmid, tahlil, takbir), membaca Alquran, dan berdoa.
Lalu dzikrul qalbi yaitu kesadaran dan kehadiran hati bersama Allah. Merenungkan ciptaan-Nya (tafakkur), merasa diawasi oleh-Nya (muraqabah), dan senantiasa mengingat-Nya dalam setiap keadaan, bahkan saat diam. Dan ketiga adalah dzikir anggota tubuh (dzikrul jawarih) yaitu ketika seluruh anggota tubuh bergerak dalam ketaatan kepada Allah.
Mata yang menundukkan pandangan, tangan yang bersedekah, kaki yang melangkah ke masjid; semuanya adalah bentuk dzikir praktis. Maka obat hati yang paling manjur adalah ketika ketiga tingkatan ini bersatu: lisan berucap, hati menghayati, dan anggota tubuh membuktikan.
Pada akhirnya mudah-mudahan Allah memberikan kita taufik dan kekuatan untuk bisa menyembuhkan penyakit hati yang kita alami agar kelak kita menghadap Allah dengan hati yang selamat amin allahumma amin..
بَارَكَ اللّٰه لِيْ وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذاَ وَأَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Tags: khutbah jumat, penyakit hati, khutbah jumat penyakit hati, khutbah jumat, penyakit hati, khutbah jumat penyakit hati