
Khutbah Jumat: Menjaga Profesionalisme dan Integritas di Dunia Kerja
06/12/2024 05:21 ADMINOleh KH Amin Munawar MA, Sekretaris Umum MUI Kota Tangerang
الَسَّلامُ عَليْكُمْ وَرَحْمَةاُللهِ وَبَرَكَاتُه
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ، اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ هَدَانَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَأَفْهَمَناَ بِشَرِيْعَةِ النَّبِيِّ الْكَرِيْمِ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ ذُوالْجَلَالِ وَالْاِ كْرَامِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ خَيْرُ الْأَنَامِ، الَلّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلٰى يَوْمِ الزِّحَامِ
أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْاِخْوَانُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَي اللهِ وَطَاعَتِهِ للَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
قاَلَ تعَاَلٰى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ : أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ : يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُووا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. وَقَالَ اَيْضًا. : اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُكُمْ اَنْ تُؤَدُّوا الْاَمٰنٰتِ اِلٰٓى اَهْلِهَاۙ وَاِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ اَنْ تَحْكُممُوْا بِالْعَدْلِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهٖ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ سَمِيْعًاۢ بَصِيْرًا.
صدقالله العظيم
Para hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah SWT..
Alhamdulillah pada kesempatan Jumat yang mulia ini, kita masih senantiasa diberikan rahmat hidayah serta inayah oleh Allah SWT sehingga kita diberikan kemudahan untuk mengungkapkan rasa syukur dengan melaksanakan rangkaian ibadah shalat Jumat di masjid ini dalam keadaan sehat walafiat. Sebagai wujud rasa syukur kita kepada Allah SWT, marilah kita senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWTdengan sebenar-benar keimanan dan sebaik-baik ketakwaan, minimal dengan jalan imtitsalu awamirillah wajtinabu nawahihi yaitu menjalankan apa pun yang diperintahkan oleh Allah swt dan berupaya dengan sungguh-sungguh untuk menjauhi apa pun yang dilarang-Nya dan semoga sholawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi besar Muhammad SAW.
Para hadirin sidang Jumat yang berbahagia…
Akhir-akhir ini kita mendengar banyak berita yang menunjukkan tidak adanya integritas dan profesionalisme dalam bekerja. Misalnya, melakukan tindakan-tindakan yang mencederai diri dan komitmen bekerja seperti perbuatan asusila, melanggar etika, korupsi, dan sebagainya. Ini menunjukkan buruknya kualitas seseorang dalam bekerja.
Hadirin jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah…
Dalam sejarah Islam, terdapat kisah yang menunjukkan tidak adanya Integritas dan profesionalisme dalam bekerja. Seperti tragedi perang Uhud, yang membuat Nabi SAW dan para sahabatnya diserang balik oleh para musuh sehingga membuat kelompok Islam mundur dan kalah. Ini akibat dari sikap para sahabat yang tergiur terhadap harta ghanimah sehingga menjadikan mereka tidak disiplin sebagaimana arahan nabi Muhammad SAW.
Namun para sahabat segera menyadari kesalahan tersebut. Mereka menjadikan perang Uhud sebagai pelajaran berharga agar tidak sampai terulang kembali. Alhasil, pada perang-perang berikutnya para sahabat melakukannya sesuai arahan dan strategi yang telah disepakati bersama Nabi.
Di era saat ini, tidak adanya integritas dan profesionalisme dalam bekerja dan menjalankan amanat jabatan sering kita dengar di berbagai kesempatan. Padahal kedua aspek ini mestinya dijadikan prinsip sekaligus komitmen dalam melakukan sebuah pekerjaan, terlebih pekerjaan yang menyangkut hajat banyak orang. Sebab pada dasarnya sebuah pekerjaan itu merupakan amanah, maka sudah seyogyanya amanah harus ditunaikan sebagaimana mestinya. Allah berfirman di surat an-Nisa’: 58:
۞ اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُكُمْ اَنْ تُؤَدُّوا الْاَمٰنٰتِ اِلٰٓى اَهْلِهَاۙ وَاِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ اَنْ تَحْكُمُوْا بِالْعَدْلِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ نِعِمَّا يَععِظُكُمْ بِهٖ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ سَمِيْعًاۢ بَصِيْرًا
Artinya: “Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia hendaknya kamu menetapkannya dengan adil. Sungguh, Allah sebaik-baik yang memberi pengajaran kepadamu. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Mahamelihat.”
Hadirin jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah…
Agama Islam sendiri mengajarkan agar ketika bekerja hendaknya kita melakukannya secara optimal dan penuh tanggung jawab.
Hal ini sebagaimana sabda Nabi yang diriwayatkan imam al-Thabrani di dalam kitab al-Mu’jam al-Awsath:
إِنَّ اللّٰهَ عَزَّ وَجَلَّ يُحِبُّ إِذَا عَمِلَ أَحَدُكُمْ عَمَلًا أَنْ يُتْقِنَهُ
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyukai seseorang ketika mengerjakan sebuah pekerjaan dilakukan dengan profesional.”
Patut menjadi catatan di sini bahwa integritas dan profesionalisme bukan berarti harus serba sempurna, melainkan integritas dan profesionalisme di sini bermakna sungguh-sungguh dalam bekerja sesuai kapasitas dan kredibilitasnya. Kedua aspek inilah yang perlu kita sadari bersama. Kita harus mengaca dan merenung akan bakat dan kemampuan kita masing-masing.
Apabila memang pada dasarnya pekerjaan itu bukan bidang kita namun kita tetap memaksakan diri untuk mengerjakannya, maka sudah pasti hasilnya tidak akan maksimal. Bahkan bisa saja masuk pada pepatah ‘jauh panggang dari api.’ Diakui atau tidak, banyak pekerjaan di sekitar kita yang dilakukan oleh bukan ahlinya. Di dunia pendidikan, kantor, perusahaan, wirausaha, dan bidang lainnya, seringkali proses rekrutmen dan penentuan jabatan dan pekerjaannya bukan berdasarkan kapasitas, melainkan berdasarkan kedekatan, baik personal maupun sosial. Kita harus mengingat ultimatum yang pernah disabdakan Nabi SAW sebagaimana diriwayatkan Imam al-Bukhari di dalam kitab Shahih-nya:
إِذَا وُسِّدَ الأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أهْلِهِ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ
Artinya: “Apabila sebuah urusan diberikan kepada bukan ahlinya maka tunggulah waktu kebinasaannya.”
Dalam hadits ini Nabi SAW hendak menegaskan agar kita memberikan mandat kepada seseorang yang memang mempunyai kapasitas sesuai bidangnya, sehingga yang bersangkutan dapat mengerjakan mandat tersebut secara profesional. Ini yang pertama. Yang kedua, kita juga harus jujur kepada diri sendiri mengenai kapasitas kita sendiri. Kita tidak boleh terlena dengan gaji atau upah yang dijanjikan sehingga membuat lupa diri terhadap kapasitas yang kita miliki. Bila memang tidak mampu untuk mengemban sebuah jabatan atau pekerjaan, maka lebih baik tidak menyentuh ranah tersebut sama sekali.
Hadirin jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah…
Badruddin al-‘Aini ketika mengomentari hadits tersebut di dalam kitabnya, ‘Umdah al-Qari syarh Shahih al-Bukhari, mengatakan bawah maksud ‘urusan’ di situ adalah urusan-urusan yang berkaitan dengan agama, seperti ketatanegaraan, putusan pengadilan, dan fatwa persoalan agama. Ada pendapat juga yang mengatakan bahwa bisa saja urusan tersebut tidak berkaitan dengan agama secara an sich. Jika kita cermati lagi, memang tampaknya hadits tersebut berbicara urusan secara umum, sehingga tidak terbatas pada urusan agama saja.
Dengan demikian, urusan duniawi juga menjadi objek dari peringatan tersebut. Dan itu sudah terbukti dalam kehidupan kita sehari-hari ketika melihat sebuah pekerjaan dilakukan oleh orang yang tidak mempunyai kapasitas di pekerjaan itu, maka akan tidak maksimal. Inilah yang menjadi PR kita bersama demi membangun peradaban yang lebih baik. Kita gali potensi dan bakat kita agar dapat memberikan kontribusi yang optimal bagi dunia, minimal di lingkungan sekitar.
Dunia saat ini serba berlomba-lomba dalam berbagai aspek, sehingga bila kita hanya menjadi penonton atau objek, maka kita selaku umat Islam akan tertinggal jauh. Marilah kita fokus mengembangkan kapasitas yang sudah kita miliki saat ini dengan memperbanyak belajar. Kemudian kita mengambil peran sesuai dengan kapasitas kita sehingga integritas dan profesionalisme dapat terealisasi.
Dunia kerja yang sedang kita jalani hari ini seyogianya dilakukan dengan semaksimal mungkin. Setiap profesi yang melekat pada diri kita pasti masih bisa dikembangkan. Maka bekerja secara profesional pada sejatinya tidak terlena dengan zona nyaman. Dengan kata lain, kita tidak boleh merasa cukup atas kapasitas dan kemampuan yang kita miliki saat ini. Sebab integritas dan profesionalisme meniscayakan adanya berbagai perubahan dan inovasi jitu yang sekiranya mampu menciptakan kehidupan yang lebih baik. Begitu pula dengan integritas mengandalkan pada kejujuran dalam setiap pekerjaan yang kita tekuni.
Bila kita berintegritas dalam bekerja, kita akan menjadi ‘pribadi yang seharusnya’, bukan ‘yang seenaknya’. Kita akan mengerahkan seluruh kemampuan kita demi memberikan hasil yang terbaik. Serta, tidak ada kata menyerah dalam kamus bekerja kita.
Hadirin jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah…
Penting juga untuk dipertegas di sini bahwa melaksanakan ibadah dan kewajiban agama lainnya juga termasuk dari sebuah pekerjaan. Maka dari itu, bagaimana caranya kita mengerjakan berbagai kewajiban agama kita secara profesional. Ibadah shalat, puasa, sedekah, dan lainnya, baik yang fardhu maupun yang sunnah, yang personal maupun yang sosial, kita lakukan dengan maksimal. Dengan demikian, kita bukan hanya akan menjadi pribadi yang baik di mata manusia, melainkan juga akan mendapatkan derajat yang tinggi di hadapan Allah. Semoga kita dapat melakukan itu semua seiring taufik dan hidayah-Nya. Amin.
جَعَلَنَا اللهُ وَإِيَّاكُمْ مِنَ الْفَائِزِينَ اْلآمِنِيْنَ وَأَدْخَلَنَا وَإِيَّاكُمْ فِي زُمْرَةِ عِبَادِهِ الْمُؤْمِنِيْنَ بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِي وَلَكُمْ وَلِسسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Tags: khutbah jumat, teks khutbah jumat, profesionalisme, profesionalisme dunia kerja, profesional kerja, pekerja profesional, prinsip profesional islam, profesionalisme menurut islam, integritas menurut islam