PERTANYAAN
Penanya: MUHAMMAD ZAINI
Lantai yg basah apabila kejatuhan najis apakah seluruh lantai yg basahnya menjadi najis?
JAWABAN
Penjawab: KH. Romli
Wa’alaikumsalam Warahmatullahi Wabarokatuh
Penanya: MUHAMMAD ZAINI
Lantai yg basah apabila kejatuhan najis apakah seluruh lantai yg basahnya menjadi najis?
JAWABAN
Penjawab: KH. Romli
Wa’alaikumsalam Warahmatullahi Wabarokatuh
Bapak Muhammad Zaini dari Kabupaten Tapin-Kalimantan Selatan yang dirahmati Allah. Terima kasih atas pertanyaan yang disampaikan kepada kami.
Perlu dimaklumi, bahwa tidak semua yang persentuhan dengan najis dapat mengakibatkan semuanya menjadi mutanajjis. Jadi apabila lantai yang basah kejatuhan najis, maka cukup mencuci bagian lantai dan sekitar lantai yang terkena najis saja. Bisa dilihat dalam kitab Fathul Mu’in, karya Syekh Zainuddin Al-Malibari, halaman 115, Juz 1 yang berbunyi :
لو أصاب الأرض نحو بول وجف فصب على موضعه ماء فغمره طهر ولو لم ينضب أي يغور سواء كانت الأرض صلبة أم رخوة وإذا كانت الأرض لم تتشرب ما تنجست به فلا بد من إزالة العين قبل صب الماء القليل عليها
Ketika terdapat suatu tanah (lantai) yang terkena najis semisal air kencing, kemudian air kencing tersebut kering, lalu siramlah air pada tempat yang terkena air kencing hingga menggenang, maka sucilah tanah (lantai) tersebut meskipun air tidak terserap ke dalam tanah, baik tanah tersebut keras atau gembur. Ketika terdapat suatu tanah yang tidak dapat menyerap najis, maka wajib untuk menghilangkan bentuk najisnya sebelum menyiram air sedikit di atasnya.”
وإذا تنجست الأرض ببول إو خمر مثلاً وتشربت ما فيها كفاه صب ماء يعمها ولو مرة، وإن كانت الأرض صلبة ولم يقلع ترابها أولم تتشربه كأن كانت نحو بلاط فلا بد من تجفيفها ثم صب الماء عليها ولو مرة
Ketika tanah terkena semisal najis air kencing atau khomer, lalu tanah tersebut menyerapnya, maka dalam mensucikan tanah tersebut cukup menuangkan air di atasnya hingga meratai meskipun hanya menuangkan satu kali. Apabila najis air kencing atau khomer mengenai tanah yang keras, yakni tanah tersebut tidak dapat dikeruk atau tidak dapat menyerap, misalnya tanah tersebut seperti batu ubin, maka dalam mensucikan tanah tersebut harus mengeringkannya terlebih dahulu, baru kemudian dituangi air meskipun hanya sekali. (lihat : Muhammad Nawawi Al-Jawi, Kaasyifatus Sajaa , Bairut: Daaru Ibn Hazm: 2011, hal. 185).
Jadi Najis mutawassithah dapat disucikan dengan cara menghilangkan lebih dahulu najis ‘ainiyah-nya. Setelah tidak ada lagi warna, bau, dan rasan najis tersebut baru kemudian menyiram tempatnya dengan air yang suci dan menyucikan.
Demikian, yang kami sampaikan. Semoga bermanfaat.Wallahu’alam bishowab
Wassalamulaikum, Wr. Wb.🙏