PERTANYAAN
Penanya: FATHIYA
Izin bertanya, apa hukumnya memindahkan makam orang tua dikarenakan makam saat ini akan digusur untuk dijadikan jalan toll/jalan raya?
JAWABAN
Penjawab: KH. Romli
*Wa’alaikumsalam Wr.Wb*
Penanya: FATHIYA
Izin bertanya, apa hukumnya memindahkan makam orang tua dikarenakan makam saat ini akan digusur untuk dijadikan jalan toll/jalan raya?
JAWABAN
Penjawab: KH. Romli
*Wa’alaikumsalam Wr.Wb*
Terima kasih atas pertanyaan yang disampaikan FATHIYA dari Yogyakarta. Semoga diberkahi Allah Swt.
Pada dasarnya memindahkan, membongkar atau menggusur jenazah sebelum jenazah itu rusak, adalah hukumnya haram. Karena merusak kehormatan mayit. Allah berfirman :
(وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ) ، ومن كرامته أن لا يُنبش قبره ولا تُنتهك حرمته.
“Dan sungguh telah kami muliakan Bani Adam” (Q.S. al Isra: 70) dan diantara bentuk penghormatan Allah kepada manusia dengan tidak menggali kuburannya dan merusak kehormatannya.
Begitu juga Nabi bersabda :
كَسْرُ عَظْمِ الْمَيِّتِ كَكَسْرِهِ حَيًّارواه أبو داود،
“Memecahkan tulang mayit seperti memecah tulang orang hidup.” (HR Abu Dawud)
Lihat juga fatwa MUI tahun 1981 tentang memindahan jenazah, bahwa memindahkan jenazah yang telah dimakamkan itu tidak boleh, kecuali ada alasan yang dibenarkan oleh syari’at.
Namun demikian seiring dengan perkembangan, sebagaimana pertanyaan yang disampaikan, ternyata banyak makam-makam yang dipindahkan dan digusur untuk dijadikan jalan raya atau tol. Oleh karena itu bagaimana hukumnya ?
Dalam literatur fiqh ulama berbeda pendapat dalam persoalan ini. Syafi'iyyah berpendapat bahwa haram hukumnya memindahkan mayit dari tempat (negeri/balad) meninggalnya meskipun belum terjadi perubahan pada mayit karena termasuk perbuatan menunda penguburan mayit dan merusak kehormatan mayit. Akan tetapi mereka menyatakan diperbolehkan memindahkan mayit dari tempat meninggalnya untuk dimakamkan ketempat yang saling terhubung atau berdekatan atau telah terjadi adat (uruf) yang berlaku dalam masalah ini (memindahkan mayit dari tempat meninggalnya.
Hanafiyyah berpendapat diperbolehkan memindahkan mayit sebelum dikuburkan baik jaraknya jauh maupun dekat. Akan tetapi, bila sudah dikuburkan tidak diperkenankan (haram) memindahkannya. Menurut salah satu pendapat dari Imam As-Syarkhasy bila telah melewati jarak 2 mil maka makruh memindahkan mayit tersebut.
Malikiyyah berpendapat diperbolehkan memindahkan mayit baik sebelum dikuburkan maupun setelah dikuburkan asal tidak menyebabkan pemindahan tersebut sampai mayit terpecah sehingga mengeluarkan bau busuk yang akan menodai kehormatan mayit (menyebabkan aib bagi mayit), atau pemindahan itu dikhawatirkan mayit akan tergerus air laut, atau pemindahan mayit tersebut untuk dipindahkan ketempat yang lebih berkah dengan dimakamkan diantara keluarganya atau supaya keluarganya dekat untuk menziarahi kuburannya.
Hanabilah berpendapat tidak diperbolehkan memindahkan mayit dari tempat meninggalnya kecuali dengan tujuan yang baik seperti memindahkan mayit ketempat yang mulia dari tempat meninggalnya.
(Lihat : Abdur-Rahman al- Jaziri, madzahibul al-Arb’ah, Juz 1, h. 538 :)
نقل الميت من جهة موته
المالكية- قالوا: يجوز نقل الميت قبل الدفن وبعده من مكان إلى آخر بشروط ثلاثة: أولها: أن لا ينفجر حال نقله، ثانيها: أن لا تهتك حرمته بأن ينقل على وجه يكون فيه تحقير له، ثالثها: أن يكون نقله لمصلحة، كأن يخشى من طغيان البحر على قبره، أو يراد نقله إلى مكان له قيمة، أو إلى مكان قريب من أهله، أو لأجل زيارة أهله إياه فإن فقد شرط من هذه الشروط الثلاثة حرم النقل.
الحنفية- قالوا: يستحب أن يدفن الميت في الجهة التي مات فيها، ولا بأس بنقله من بلدة إلى أخرى قبل الدفن عند أمن تغير رائحته، أما بعد الدفن فيحرم إخراجه ونقله، إلا إذا كانت الأرض التي دفن فيها مغصوبة، أو أخذت بعد دفنه بشفعة.
الشافعية- قالوا: يحرم نقل الميت قبل دفنه من محل موته إلى آخر ليدفن فيه ولو أمن تغيره، إلا إن جرت عادتهم بدفن موتاهم في غير بلدتهم، ويستثنى من ذلك من مات في جهة قريبة من مكة، أو المدينة المنورة، أو بيت المقدس، أو قريباً من مقبرة قوم صالحين فإنه يسن نقله إليها إذا لم يخش تغير رائحته، وإلا حرم، وهذا كله إذا كان قد تم غسله وتكفينه والصلاة عليه في محل موتته، وأما قبل ذلك فيحرم مطلقاً، وكذلك يحرم نقله بعد دفنه إلا لضرورة، كمن دفن في أرض مغصوبه فيجوز نقله إن طالب بها مالكها.
الحنابلة- قالوا: لا بأس بنقل الميت من الجهة التي مات فيها إلى جهة بعيدة عنها، بشرط أن يكون النقل لغرض صحيح، كأن ينقل إلى بقعة شريفة ليدفن فيها أو ليدفن بجوار رجل صالح
Jadi pembongkaran dan pemindahan mayit diperbolehkan apabila sesuai dengan ketentuan dan dengan alasan-alasan yang bersifat syar’i, doruriy dan kebutuhan, Misalnya :
1. Jenazah dikubur tanpa dimandikan, dikubur di tanah atau pakaian yang digasab, harta jatuh di tempat pengkuburan, atau dikubur tanpa menghadap kiblat.
وَنَبْشُهُ بَعْدَ دَفْنِهِ لِلنَّقْلِ وَغَيْرهِ حَرَامٌ إِلَّا لِضَرُوْرَةٍ بِأَنْ دُفِنَ بِلَا غُسْلٍ أَوْ فِيْ أَرْضٍ أَوْ ثَوْبٍ مَغْصُوْبِيْنَ أَوْ وَقَعَ فِيْهِ مَالٌ أَوْ دُفِنَ لِغَيْرِ الْقِبْلَةِ لَا لِلتَّكْفِيْنِ فِي الْأَصَّحِ
(lihat : al-Imam Muhyiddin Abu zakariyya Yahya bin Syaraf al-Nawawi, Minhaj al-Thalibin wa ‘Umdah al-Muftin fi al-Fiqh: 62)
2. Ada kebutuhan yang mendesak, seperti kondisi tanah yang becek atau keluar air kotor yang membuat genangan, di daerah sekitarnya banyak binatang buas, atau hal-hal lain yang sekiranya menggangu mayat.
3. Tanah yang dipakai untuk memakamkan milik orang lain dan pemiliknya tidak rela, hingga harus dipindahkan ke pemakaman umum atau lahan pribadi.
4. Ada rencana untuk menggunakan lahan makam demi kepentingan umum seperti jalan
Dengan catatan, dalam pembongkaran dan pemindahannya tetap harus meperlakukan dan merawat mayit sebagaimana mestinya. Yaitu menjaga kehormatan orang yang meninggal (mayit), tidak boleh merusak jasadnya dan memecah apalagi mematahkan orang meninggal.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Semoga bermanfaat.
Wallahu’alam bishowab