
Khutbah Jumat: Menjaga Perarairan dari Musibah
20/10/2023 10:53 JUNAIDIOleh: Dr Agus Hermanto, MHI, pengurus Komisi Penelitian MUI Lampung
(الخطبة الأولى)
السّلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالهُدَى وَدِيْنِ الحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ المُشْرِكُوْنَ أَشْهَدُ أَنْ لاإِلهَ إِلا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.أَمَّا بَعْدُ
فَيَا عِبَادَ اللهِ! أُوْصِى نَفْسِى وَأَنْتُمْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ, إِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم}، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا وقال تعالى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.صَدَقَ اللهُ العَظِيمْ.
Ma’asyiral muslimin Rahimakumullah!
Alhamdulillah, atas ijin dan karunia Allah kita semua dapat menjalankan segala aktifitas kita dengan baik, lancar, hingga kita dapat menjalankan ibadah Jumat pada siang hari ini. Shalawat dan salam senantiasa terlimpahkan kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW, yang selalu menjadi suri teladan bagi kita semua, semoga shalawat dan salam senantiasa kita dapatkan pada hari akhir nanti, amin ya rabbal ‘alamin.
Mari kita senantiasa menjaga iman kita, agar kita senantiasa dapat selalu beribadah dan memperbanyak amal saleh, sehingga dengan cara itulah, ketakwaan di sisi Allah akan senantiasa kita dapatkan. Taqwa sendiri adalah menjalankan segala apa yang diperintahkan Allah dan menjauhkan atas apa yang dilarang oleh-Nya.
Jama’atal mushalin rahimakumullah!
Selain air memiliki manfaat, dalam beberapa fenomena alam juga terjadi bencana alam yang disebabkan air, hal tersebut mencerminkan karean kurangnya bersyukur manusia atas segala anugrah Tuhan yang Mahakuasa, sehingga manusia sombong dan melakukan kerusakan dengan berbagai cara dalam pemanfaataan air. Allah SWT, berfirman dalam Alquran surat al-Anam ayat 6 sebagaimana berikut:
اَلَمْ يَرَوْا كَمْ اَهْلَكْنَا مِنْ قَبْلِهِمْ مِّنْ قَرْنٍ مَّكَّنّٰهُمْ فِى الْاَرْضِ مَا لَمْ نُمَكِّنْ لَّكُمْ وَاَرْسَلْنَا السَّمَاۤءَ عَلَيْهِمْ مِّدْرَارًا ۖوَّجَعَلْنَا الْاَنْهٰرَ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهِمْ فَاَهْلَكْنٰهُمْ بِذُنُوْبِهِمْ وَاَنْشَأْنَا مِنْۢ بَعْدِهِمْ قَرْنًا اٰخَرِيْنَ
Artinya: “Tidakkah mereka memperhatikan berapa banyak generasi sebelum mereka yang telah Kami binasakan, padahal (generasi itu) telah Kami teguhkan kedudukannya di bumi, yaitu keteguhan yang belum pernah Kami berikan kepadamu. Kami curahkan hujan yang lebat untuk mereka dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka, kemudian Kami binasakan mereka karena dosa-dosa mereka sendiri, dan Kami ciptakan generasi yang lain setelah generasi mereka.” (QS al-Anam ayat 6).
Dalam ayat lain Allah SWT, juga menjabarkan dalam surat Taha ayat 78 sebagaimana berikut:
فَاَتْبَعَهُمْ فِرْعَوْنُ بِجُنُوْدِهٖ فَغَشِيَهُمْ مِّنَ الْيَمِّ مَا غَشِيَهُمْ ۗ
Artinya: “Kemudian Firaun dengan bala tentaranya mengejar mereka, tetapi mereka digulung ombak laut yang menenggelamkan mereka.” (QS Taha: 78).
Segala kerusakan yang terjadi pada cerita Nabi Musa yang dengan ditenggelamkannya Firaun merupakan fenomena alam dan mukjizat nabi yang dianugerahkan Allah kepadanya, sampai hari ini fenomena alam ini masih sulit untuk dipahami sebab alamiahnya.
Jamaah shalat Jumat yang berbahagia!
Pada saat ini kita saksikan beberapa fenomena alam yang terjadi dari air, seperti banjir, rob, tsunami dan lainnya adalah hasil perbuatan manusia yang tidak sadar dan kembali kepada Allah dengan cara bersyukur. Allah berfirman dalam Alquran surat ar-Rum ayat 41, sebagaimana berikut:
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ
Artinya: “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS ar-Rum ayat 41).
Fenomena alam yang terjadi biasanya terjadi pada dua faktor, yaitu internal dan eksternal, secara internal, bahwa Allah menciptakan alam sebagai makhluk yang fana, sehingga dalam waktu cepat atau lambat akan mengalami rusak dan punah, secara qadrati dan alamiah, sedangkan secara eksternal, bahwa allah menjadikan alam semesta raya ini sebagai anugrah untuk manusia, sehingga, kerusakan alam terkadang terjadi akibat dari tangan-tangan manusia yang tidak bertanggungjawab, hingga menjadikan alam tereksploitasi dan mengalami segala kerusakannya.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah!
Di antara bentuk-bentuk kerusakan alam yang disebabkan oleh air adalah:
1. Banjir
Kejadian alam yang berasal dari air yang lazim kita saksikan pada saat ini adalah banjir, banjir acap kali mendatangkan bencana yang dahsyat apabila kemudian masuk sampai pada permukaan tanah, hingga menelan banyak korban. Allah menerangkan dalam Alquran tentang kejadian banjir terbesar sepanjang sejarah adalah kejaian pada masa Nabi Nuh alaihissalam, sebagaimana dijelaskan dalam surat al-Qamar ayat 11-13:
فَفَتَحْنَآ اَبْوَابَ السَّمَاۤءِ بِمَاۤءٍ مُّنْهَمِرٍۖ وَّفَجَّرْنَا الْاَرْضَ عُيُوْنًا فَالْتَقَى الْمَاۤءُ عَلٰٓى اَمْرٍ قَدْ قُدِرَ ۚ وَحَمَلْنٰهُ عَلٰى ذَاتِ اَلْوَاحٍ وَّدُسُرٍۙ
Artinya: “Lalu Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah, dan Kami jadikan bumi menyemburkan mata-mata air maka bertemulah (air-air) itu sehingga (meluap menimbulkan) keadaan (bencana) yang telah ditetapkan. Dan Kami angkut dia (Nuh) ke atas (kapal) yang terbuat dari papan dan pasak.” (QS al-Qamar ayat 11-13).
Sampai hari ini para ahli masih belum menemukan satu pemahaman yang mendalam tentang kejadian tersebut dalam beberapa referensi, namun realita itu terjadi secara nyata sebagaimana dijabarkan dalam firman Allah dalam surat al-Haqqah ayat 11, sebagaimana berikut:
اِنَّا لَمَّا طَغَا الْمَاۤءُ حَمَلْنٰكُمْ فِى الْجَارِيَةِۙ
Artinya: “Sesungguhnya ketika air naik (sampai ke gunung), Kami membawa (nenek moyang) kamu ke dalam kapal.” (QS al-Haqqah ayat 11).
Allah memerintahkan kepada Nabi Nuh untuk menaikkan seluruh umatnya dan seluruh sepies secara berpasang-pasangan, namun anak Nabi Nuh yang bernama Kan’an akhirnya tenggelam, karena murka Allah, yang pada awalnya ia ingin pergi ke gunung yang tinggi, namun gunung itu juga ternyata tenggelam. Firman Allah dalam surat al-Hud ayat 43 sebagaimana berikut:
قَالَ سَاٰوِيْٓ اِلٰى جَبَلٍ يَّعْصِمُنِيْ مِنَ الْمَاۤءِ ۗقَالَ لَا عَاصِمَ الْيَوْمَ مِنْ اَمْرِ اللّٰهِ اِلَّا مَنْ رَّحِمَ ۚوَحَالَ بَيْنَهُمَا الْمَوْجُ فَكَانَ مِنَ الْمُغْرَقِيْنَ
Artinya: “Dia (anaknya) menjawab, “Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat menghindarkan aku dari air bah!” (Nuh) berkata, “Tidak ada yang melindungi dari siksaan Allah pada hari ini selain Allah yang Mahapenyayang.” Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka dia (anak itu) termasuk orang yang ditenggelamkan.” (QS al-Hud ayat 43).
Begitu juga negeri Saba ayang kembali ingkar kepada Allah pada masa Ratu Bilqis dalam cerita Alquran surat Saba ayat 15-16, sebagaimana berikut:
لَقَدْ كَانَ لِسَبَاٍ فِيْ مَسْكَنِهِمْ اٰيَةٌ ۚجَنَّتٰنِ عَنْ يَّمِيْنٍ وَّشِمَالٍ ەۗ كُلُوْا مِنْ رِّزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوْا لَهٗ ۗبَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَّرَبٌّ غَفُوْرٌ فَاَعْرَضُوْا فَاَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ سَيْلَ الْعَرِمِ وَبَدَّلْنٰهُمْ بِجَنَّتَيْهِمْ جَنَّتَيْنِ ذَوَاتَيْ اُكُلٍ خَمْطٍ وَّاَثْلٍ وَّشَيْءٍ مِّنْ سِدْرٍ قَلِيْلٍ
Artinya: “Sungguh, bagi kaum Saba ada tanda (kebesaran Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri, (kepada mereka dikatakan), “Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik (nyaman) sedang (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Mahapengampun. Tetapi mereka berpaling, maka Kami kirim kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit pohon Sidr.” (QS Saba 15-16).
Hadirin jamaah shalat Jumat yang mulia!
Kejadian alam lainnya adalah:
2. Luapan Air Laut (Rob)
Meskipun tidak diceritakan dalam ayat Alquran secara detail, namun pada cerita Nabi Musa dan kisah Firaun menceritakan kisah yang serupa, luapan air yang dahsyat dari lautan kedaratan sering juga nampak dalam masa akhir-akhir ini, dalam konteks al-Qur’an allah berfirman dalam surat al-Takwil ayat 6, al-Infithar ayat 3.
3. Badai
Badai adalah cuaca yang ekstrem, mulai dari hujan es dan badai salju sampai badai pasir dan debu. Badai disebut juga siklon tropis oleh meteorolog, berasal dari samudera yang hangat. Badai bergerak di atas laut mengikuti arah angin dengan kecepatan sekitar 20 km/jam. Badai bukan angin ribut biasa.Kekuatan anginnya dapat mencabut pohon besar dari akarnya, meruntuhkan jembatan, dan menerbangkan atap bangunan dengan mudah. Tiga hal yang paling berbahaya dari badai adalah sambaran petir, banjir bandang, dan angin kencang. Terdapat berbagai macam badai, seperti badai hujan, badai guntur, dan badai salju.
Gelombang badai adalah gelombang panjang yang kecepatan penjalarannya sangat tergantung pada kedalaman peraiaran. Gelombang ini dibangkitkan oleh badai (storm) yang memiliki kecepatan tinggi dan akibat tekanan atmosfer yang rendah. Badai yang berhembus kepantai dapat mengangkat permukaan laut di pantai sehingga dapat menggenagi kawasan pesisir; tekanan udara rendah yang menyertai badai penyebab kenaikan tinggi muka laut, laut seakan tersiup oleh badai sehingga muka lautnya naik.
4. Erosi
Dijelaskan dalam surat al-Baqarah ayat 264, dan ayat 265. Erosi adalah perubahan bentuk tanah atau batuan yang dapat disebabkan oleh kekuatan air, angin, es, pengaruh gaya berat, ataupun organisme hidup. Demikian penjelasan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dalam publikasi resminya. Erosi tanah yang tidak terkendali dapat menimbulkan kerugian bagi manusia dan ekosistem. Erosi atau pengikisan adalah proses penghanyutan tanah oleh kekuatan air ataupun angin.
Erosi dapat terjadi secara alami maupun akibat perbuatan manusia. Salah satu pemicu erosi akibat ulah manusia adalah erosi tanah di lereng gunung akibat penggundulan hutan. Proses erosi melibatkan tiga peristiwa secara berurutan, yaitu pengelupasan, pengangkutan, dan pengendapan. Saat semua yang ada di alam masih berjalan seimbang, erosi secara alami biasanya tidak sampai menimbulkan bencana, kecuali dalam kasus-kasus ekstrem.
Sebab, partikel tanah yang terangkut seimbang dengan banyaknya tanah yang terbentuk. Beda halnya saat manusia mulai merusak alam, maka proses erosi akan dipercepat. Lapisan atas tanah menjadi lebih tipis.
Akibatnya, lebih banyak lapisan tanah ikut hanyut bersama dengan air. Kembali mengutip keterangan dari BNPB, erosi tak hanya dapat mengakibatkan penipisan lapisan tanah, melainkan juga penurunan tingkat kesuburan. Kualitas kesuburan lahan merosot apabila erosi membuat butiran tanah yang mengandung unsur hara terangkut limpasan air permukaan dan diendapkan di tempat lain.
5. Pencemaran Air
Sebagaimana dijelaskan dalam surat al-Waqi’ah ayat 68-70. Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air seperti danau, sungai, lautan, dan air tanah akibat aktivitas manusia. Menurut PP no 20 tahun 1990, pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas dari air tersebut turun hingga batas tertentu yang menyebabkan air tidak berguna lagi sesuai dengan peruntukannya. Berikut adalah sumber-sumber pencemaran air. Limbah industri berupa bahan kimia cair maupun padat, dari sisa-sisa bahan bakar seperti tumpahan minyak dan oli, kebocoran pipa-pipa minyak tanah yang ditimbun dalam tanah.
6.Kekeringan
Dijelaskan dalam surat al-Hadid ayat 20, Yusuf ayat 46-49. Kekeringan adalah keadaan kekurangan pasokan air pada suatu daerah dalam masa yang berkepanjangan (beberapa bulan hingga bertahun-tahun). Biasanya kejadian ini muncul bila suatu wilayah secara terus-menerus mengalami curah hujan di bawah rata-rata. Musim kemarau yang panjang akan menyebabkan kekeringan karena cadangan air tanah akan habis akibat penguapan (evaporasi), transpirasi, ataupun penggunaan lain oleh manusia.
Kekeringan dapat menjadi bencana alam apabila mulai menyebabkan suatu wilayah kehilangan sumber pendapatan akibat gangguan pada pertanian dan ekosistem yang ditimbulkannya. Dampak ekonomi dan ekologi kekeringan merupakan suatu proses sehingga batasan kekeringan dalam setiap bidang dapat berbeda-beda. Namun, suatu kekeringan yang singkat tetapi intensif dapat pula menyebabkan kerusakan yang signifikan.
Hadirin jamaah shalat Jumat yang berbahagia!
Pencemaran air berarti bahwa air sungai, danau atau laut terkontaminasi oleh limbah industri, limbah rumah tangga dan lainnya. Tercemarnya air tanah atau air sungai menyebabkan air tersebut tidak dapat digunakan lagi sebagai air minum atau kebutuhan lain, tidak saja bagi manusia, namun juga bagi makhluk lainnya selain manusia.
Air merupakan salah satu sumber daya alam paling vital di bumi dan telah ada sejak zaman dahulu. Faktanya, air yang kita minum telah ada dalam suatu bentuk seperti sekarang atau yang lain sejak zaman dinosaurus. Bumi memiliki lebih dari dua pertiga permukaannya yang tertutup air. Ini artinya lebih dari 1 oktillion liter (1.260.000.000.000.000.000.000 liter) air yang didistribusikan di lautan, sungai, danau dan sungai.
Jumlah tersebut merupakan jumlah yang banyak, namun sebenarnya hanya kurang dari 0,3% yang bisa dikonsumsi manusia. Seiring dengan kemajuan komersialisasi dan industrialisasi, jumlah itu terus menyusut. Selain itu, praktik-praktik yang tidak efisien dan ketinggalan zaman, kurangnya kesadaran, dan banyak keadaan lain telah menyebabkan pencemaran air.
Masalah pencemaran air yang meluas ini membahayakan kesehatan kita. Air yang tidak aman membunuh lebih banyak orang setiap tahun daripada gabungan perang dan semua bentuk kekerasan lainnya. Sementara itu, sumber air minum kita terbatas. Tanpa tindakan, tantangan hanya akan meningkat pada 2050, ketika permintaan global untuk air tawar diharapkan menjadi sepertiga lebih besar dari yang sekarang.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah!
Pencemaran air berdampak luas, misalnya dapat meracuni sumber air minum, meracuni makanan hewan, ketidak seimbangan ekosistem sungai dan danau, pengrusakan hutan akibat hujan asam, dan sebagainya. Pencemaran air di badan air, sungai dan danau, nitrogen dan fosfat (dari kegiatan pertanian) telah menyebabkan pertumbuhan tanaman air yang di luar kendali (eutrofikasi berlebihan). Ledakan pertumbuhan ini menyebabkan oksigen, yang seharusnya digunakan bersama oleh seluruh hewan/tumbuhan air, menjadi berkurang. Ketika tanaman air tersebut mati, dekomposisi mereka menyedot lebih banyak oksigen. Sebagai akibatnya, ikan akan mati, dan aktivitas bakteri menurun.
Hadirin jamaah shalat Jumat yang mulia!
Air merupakan sumber kehidupan manusia, sehingga dikatakan oleh pakar bahwa tubuh manusia terdapat 70 persen adalah air. Air merupakan sumber alam yang suci dan sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Dalam konteks Islam, air selain dapat digunakan sebagai sumber kehidupan yang dapat dikonsumsi, air juga dapat digunakan untuk bersuci, baik untuk menhilangkan hadats ataupun najis, adapaun jenis-jenis air suci dibagi menjadi tujuh, yaitu air laut, air dari sumber mata air, air sumur, air embun, air sungai, air salju, dan air hujan.
Air itu sendiri terbagi pada air suci yang mensucikan, air suci yang tidak dapat digunakan untuk bersuci, air mustakmal (yaitu air yang sudah terpakai) dan air najis. Air suci artinya adalah air yang belum tercampur dengan apapun benda yang mempengaruhi, yang kerap juga disebut air mutlak, sedangkan air najis adalah air yang tercampur dengan benda najis, sehingga air tersebut tidak dapat disebut lagi air suci.
Bahkan ada air mustakmal, yaitu air yang telah digunakan untuk bersuci, tidak lagi dapat digunakan kedua kali, selain itu juga terdapat air musyammas, yaitu air yang telah dipanaskan di terik matahari secara langsung, dengan menggunakan bejana (wadah) yang berbahan dari besi mislnya, atau timah atau yang lainnya, yang dapat menyebabkan air tersebut rusak atau dapat pula menyebabkan sakit kulit.
Dalam konteks saat ini, kita melihat banyak fenomena yang terjadi pada lingkungan kita termasuk tentang air. Misalnya air sumur atau air bor, melihat fenomena yang terjadi disekitar rumah kita terdapat banyak galian sumur ataupun bor, sedangkan di sisi lain, jumlah penduduk yang semakin meningkat, sehingga jarak rumah antara yang satu dengan yang lainnya sangat mepet dan nyaris tidak ada ruang dan jarak antara satu rumah dengan rumah tetangga, padahal idealnya jarak antara sumur dan jamban atau tempat penampungan kotoran manusia minimal 10 meter, sehingga tidak ada air yang terserap kedalam sumur kita.
Realita ini sangat sulit ditanggulangi, karena rumah kita dengan yang lainnya nyaris hanya berbatasan dengan tembok yang tinggi, hingga kita tidak tahu sumur dan sapiteng tetangga. Mungkin kita sudah berhati-hati dengan memberikan jarak antara sumber mata air kita dengan saptictank kita, tapi apakah saptictank tetangga kita juga jaraknya sudah mencapai batas minimal yaitu 10 meter, hal ini sangat sulit, dan jika hal ini berjalan tanpa kita sadari, berarti selama ini kita hidup dengan cara yang tidak sehat sesuai dengan anjuran ekologi.
Hadirin yang lulia!
Contoh lain, kita lihat di beberapa pesantren yang memiliki kolam ikan, sehingga kotoran para santri dibuang kekolam untuk dikonsumsi, juga menimbulkan permasalahan baru, karena ikan tersebut kemudian hari dijual dan dikonsumsi oleh manusia, padahal secara medis bahwa kotoran manusia mengandung virus atau bakteri yang jika dimakan oleh ikan tidak akan mati, hingga kemudian ikan tersebut dimakan kembali oleh manusia, tentunya hidup seperti ini merupakan bentuk cara hidup yang tidak ramah lingkungan.
Ditambah lagi misalnya kita lihat banyaknya orang di masyarakat tertentu yang membuang kotoran ke sungai, padahal aliran sungai tersebut tidak deras alirannya, hingga kotoran tersebut juga mengendap di sungai seperti halnya air da'im, yaitu air tenang yang tidak mengalir, yang tidak boleh seseorang membuang kotoran kedalamnya, karena akan berbahaya dalam keberlangsungan hidupnya, banyaknya penyakit seperti demam berdarah dan sebagainya, yang merupakan imbas dari air yang kotor dan kumuh.
Fenomena lain adalah terjadi pada air minum atau air mineral yang kita konsumsi setiap hari, harus juga kita pastikan kebersihan dan kehalalannya. Mungkin saja memiliki sertifikat halal, tapi sejatinya dalam waktu kurang lebih enam bulan harus ada uji ulang terhadap kemurnian air tersebut, karena dikhawatirkan air mengalami perubahan baik disebabkan oleh mesin pengolahannya, ataupun zat lain yang menjadikan air tersebut terkontaminasi, namun karena biaya pengujian ulang juga cukup tinggi, hingga acap kali pengolahan air jarang adanya uji ulang terhadap kebersihannya.
Hadirin jamaah shalat Jumat yang mulia!
Dari beberapa fenomena yang terjadi di atas, maka menjaga dan merawat lingkungan adalah sesuatu yang wajib bagi kita, karena hal tersebut merupakan ajaran agama Islam, sehingga air mutlak yang selama ini menjadi esensi dan standar dari sucinya air benar-benar terjaga dan tidak terkontaminasi dari segala pencemarannya.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ
(الخطبة الثانية)
الحَمْدُ ِللهِ الَّذِى تَتِمُّ الصَّالِحَاتِ , وَأَشْهَدُ أَنْ لا إِلهَ إِلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ , اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ أَمَّا بَعْدُ,
فَيَا عِبَادَ اللهِ! أُوْصِى نَفْسِى وَأَنْتُمْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ, إِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ ، وَثَنَّى بِمَلاَئِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ ، فَقَالَ تَعَالَى وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاً عَلِيْمًا ، تَنْبِيْهًا لَنَا وَتَعْلِيْمًا ، وَتَشْرِيْفًا لِنَبِيِّهِ وَتَعْلِيْمًا "إِنَّ اللهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَااَّلذِيْنَ آمَنُوْ ا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا"
اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وعلى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ فِي العَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ الأحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَقَاضِيْ الحَاجَاتِ وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِهِمْ وَانْصُرْهُمْ عَلَى عَدُوِّكَ وَعَدُوِّهِمْ ,
اللّهُمَّ لا تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لايَخَافُكَ وَلا يَرْحَمُنَا , اللّهُمَّ انْصُرِ المُجَاهِدِيْنَ الَّذِيْنَ يُجَاهِدُوْنَ فِي سَبِيْلِكَ فِي كُلِّ زَمَانٍ وَمَكَانٍ, اللّهُمَّ انْصُرْ مَنْ نَصَرَ دِيْنَكَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ دِيْنَكَ ,
اللّهُمَّ أَعِزَّ الإسْلامَ وَالمُسْلِمِيْنَ وَأَذِّلَّ الشِّرْكَ وَالمُشْرِكِيْنَ وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَانْصُرْ عِبَادَكَ المُؤْمِنِيْنَ,
اللّهُمَّ اجْعَلْنَا فِى هَذَا الشَّهْرِ المُبَارَكِ مِنَ السُّعَدَاءِ المَقْبُوْلِيْنَ وَ لاَ تَجْعَلْنَا اللّهُمَّ مِنَ الأَشْقِيَاءِ المَرْدُوْدِيْنَ,
اللَّهُمَّ إِنِّا نعُوذُبِكَ مِنْ البَرَصِ، وَالجُنُونِ، وَالجُذَامِ، وَمِنْ سَيِّءِ الأَسْقَامِ تَحَصَّنَا بِذِى الْعزَّةِ وَالْجَبَرُوْتِ وَاعَتَصَمْنَا بِرَبِّ الْمَلَكُوْتِ وَتَوَكَّلْنَا عَلَى الْحَيِّ الَّذِى لاَ يَمُوْتُ
اللّهُمَّ اصْرِفْ عَنَّا هَذا الْوَبَاءَ وَقِنَا شَرَّ الرَّدَى وَنَجِّنَا مِنَ الطَّعْنِ والطَّاعُوْنِ وَالْبَلاَءِ بِلُطْفِكَ يَا لَطِيفُ يَا خَبِيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ رَبَّنَا لاتُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الوَهَّاب رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَ اللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالعَدْلِ وَالإحْسَانِ وَاِيْتَآءِ ذِيْ القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالمُنْكَرِ وَالبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ فَاذْكُرُوْا اللهَ العَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْا عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكَمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Tags: khutbah jumat, khutbah Jumat bencana air, musibah air, bencana alam air, al-Qamar ayat 11-13, al-Anam ayat 6, ar-Rum ayat 41, contoh khutbah jumat, memelihara air, menjaga air