Wakil Ketua Umum MUI Kenang Paus Fransiskus Sebagai Pejuang Perdamaian dan Keberagaman

Wakil Ketua Umum MUI Kenang Paus Fransiskus Sebagai Pejuang Perdamaian dan Keberagaman

22/04/2025 19:47 ADMIN

JAKARTA, MUI.OR.ID – Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyampaikan duka cita yang mendalam atas wafatnya Paus Fransiskus, pemimpin umat Katolik dunia. 

Wakil Ketua Umum MUI, KH Marsudi Syuhud, mengenang Paus Fransiskus sebagai sosok yang sangat peduli terhadap perdamaian dan kaum tertindas, serta aktif menyuarakan pentingnya hidup berdampingan dalam kerukunan antar umat beragama.

“Saya secara pribadi turut berduka cita atas wafatnya Yang Mulia Paus Fransiskus,” ungkap Kiai Marsudi Kantor MUI, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (22/4/2025).

Kiai Marsudi memiliki hubungan dekat dengan Vatikan sejak masa kepemimpinan Paus Benediktus XVI hingga Paus Fransiskus.

Kiai Marsudi menilai Paus Fransiskus sebagai sosok yang sangat peduli terhadap rakyat kecil dan mereka yang kurang beruntung.

“Beliau sangat peduli terhadap orang-orang kecil. Paus yang sangat merakyat dan mampu menjalin hubungan dengan siapa saja,” tuturnya.  

Menurut Kiai Marsudi, perhatian Paus Fransiskus terhadap isu kemiskinan sangat nyata dan menjadi inspirasi lintas agama.

“Paus senantiasa memikirkan persoalan kemiskinan yang, pada hakikatnya, merupakan musuh bersama bukan hanya bagi umat Katolik, tetapi juga bagi umat Islam,” ujarnya.

Lebih lanjut, Kiai Marsudi menyoroti upaya-upaya luar biasa yang telah dilakukan oleh Paus dalam mewujudkan kehidupan yang lebih baik.

“Kita semua mendambakan kehidupan yang layak, dan Yang Mulia Paus telah berupaya keras untuk mewujudkan hal tersebut,” tambahnya.

Kiai Marsudi juga menekankan pentingnya hidup berdampingan dalam kerukunan antar umat beragama.

“Dalam ajaran Islam sendiri, kita diajarkan untuk hidup damai, saling memahami, dan saling menghormati satu sama lain,” sambungnya.

Kiai Marsudi mengutip ayat "لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ" (lakum dīnukum wa liya dīn) dari Surah Al-Kafirun ayat 6, yang berarti "Untukmu agamamu, dan untukku agamaku." Ayat ini dijadikan prinsip dasar hidup berdampingan dalam keberagaman. 

Menurutnya, prinsip ini mengajarkan toleransi dan kebebasan beragama, dengan menghargai keyakinan orang lain tanpa mencampuradukkan agama.

Kiai Marsudi juga menekankan pentingnya membangun hubungan kemanusiaan secara universal dalam konteks muamalah. 

"Kita dapat terus bekerja sama secara kemanusiaan dengan siapa pun, apa pun agamanya. Itu bagian dari ajaran Islam sebagai rahmatan lil 'alamin," tuturnya. (Latifahtul Jannah/Azhar)

Tags: Paus