
Spirit Ibadah Syawal dan Konsistensi 3 M
30/04/2024 21:19 JUNAIDIJAKARTA, MUI.OR.ID— Syawal, bulan yang jatuh setelah bulan Ramadhan ini diidentikkan dengan spirit penjagaan dan peningkatan terhadap amalan dan ibadah bagi umat Islam.
Hal tersebut tidak terlepas dari tren peribadatan umat Islam yang pada bulan Ramadhan memiliki intensifitas luar biasa, baik dari sisi kualitas maupun kuantitas. Ramadhan memiliki motivasi kuat terhadap umat Islam sehingga Frekuensi ibadah umat Islam mengalami peningkatan. Semangat ini seiring dengan kemuliaan Ramadhan yang banyak memiliki keutamaan dan keberkahan.
Akan tetapi, terkadang sebagian di antara kita dihadapkan pada kondisi di mana spirit peribadatan pasca-Ramadhan mengalami tren penurunan. Mungkinkah kita mampu mempertahankan kualitas dan kuantitas ibadah kita? Apakah pasca-Ramadhan, kita kembali seperti sedia kala dengan semangat ibadah seadanya?
Terhadap hal tersebut, penting bagi umat Islam untuk kembali merenungi pintasan aktivitas beribadah kita selama Ramadhan. Hal tersebut penting untuk ditempatkan sebagai modal yang memotivasi kita semua untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas dan kuantitas peribadatan pasca Ramadhan. Hal tersebut sejalan dengan Firman Allah SWT:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS Al-Ḥasyr: 18)
Untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas dan kuantitas peribadatan pasca-Ramadhan, kita perlu untuk melakukan aktivitas 3 M yaitu muhasabah, mujahadah, dan muraqabah diri.
Pertama, muhasabah adalah kegiatan mengevaluasi dan introspeksi diri terhadap perjalanan ibadah selama bulan Ramadhan.
Aktivitas ini dimulai dengan mengajukan sejumlah pertanyaan refelektif kepada diri sendiri tentang hakikat dan makna peribadatan kita selama Ramadhan.
Pada gilirannya, jawaban yang diperoleh dari introspeksi itu akan menjadi motivasi untuk aktivitas peribadatan kita selanjutnya. Terkait pentingnya muhasabah ini, Rasulullah SAW bersabda:
الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ، وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ
Artinya: “Orang yang cerdas (sukses) adalah orang yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri, serta beramal untuk kehidupan sesudah kematiannya. Sedangkan orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah SWT.' (HR Tirmidzi).
Kedua adalah aktivitas mujahadah, yaitu kesungguhan diri kita terhadap adanya iktikad untuk terus mempertahankan dan meningkatkan trend positif pada bulan Ramadhan. Dalam membangun kesungguhan diri itu, kita perlu menyadari bahwa ibadah kepada Allah SWT tidak bersifat temporal atau rutinan belaka. Ibadah adalah aktivitas yang senantiasa kontinuitas sebagai bentuk penghambaan kita kepada Yang Mahakuasa.
Allah SWT telah memberikan motivasi pada orang yang bersungguh-sungguh dalam berjuang sebagaimana firman-Nya dalam Alquran surat Al-Ankabut ayat 69:
وَالَّذِيْنَ جَاهَدُوْا فِيْنَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَاۗ وَاِنَّ اللّٰهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِيْنَ
Artinya: “Dan orang-orang yang berjihad (bersungguh-sungguh) untuk (mencari keridaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang orang yang berbuat baik.”
Ketiga adalah dengn cara muraqabah, yaitu mendekatkan atau setidaknya merasa dekat dengan Allah SWT Makna dari muraqabah ini menyangkut kewaspadaan diri kita dalam berperilaku dan beribadah kepada Allah SWT.
Kewaspadaan itu pada gilirannya akan memunculkan kesadaran diri tentang hakikat manusia untuk terus menjalankan perintah Tuhan yang telah ditetapkan. Sejalan dengan hal tersebut, Rasulullah SAW bersabda:
أَنْ تَعْبـــُدَ اللَّهَ كَأَنَّــكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ
Artinya: “Hendaknya engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, sebab meski engkau tidak melihat-Nya, Dia melihatmu...” (HR Bukhari).
Dengan tiga aktivitas tersebut, umat Islam akan menjadikan aktivitas peribadatan tidak hanya semata ritual rutinan belaka, melainkan juga dapat memaknai aktivitas ibadah sebagai bagian dari hakikat penghambaan dan ketakwaan diri kita kepada Allah SWT yang senantiasa ditingkatkan keberadaannya. (Rozi, ed: Nasih)
Tags: syawal