Potret Keislaman di Brunei dan Singapura, Komitmen Sama Perkuat Wasathiyah

Potret Keislaman di Brunei dan Singapura, Komitmen Sama Perkuat Wasathiyah

08/08/2024 06:56 ADMIN

JAKARTA, MUI.OR.ID – Singapura dan Brunei Darussalam, mempunyai karakter keislaman yang khas di masing-masing negara. Potret keislaman di dua negara tersebut disampaikan masing-masing terungkap dalam Konferensi Internasional Dai Asia Tenggara yang digelar Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam rangka Milad ke-49 MUI, di Jakarta, Kamis (27/7/2024) lalu.

Dai Brunei Darussalam, Ustadz Ahmad Faris Ramadhani, menjelaskan bahwa negara ini memiliki konstitusi yang menetapkan Islam sebagai agama resmi.

"Di Brunei, agama Islam yang dianut adalah sesuai dengan mazhab Syafii, dan dakwahnya mengikuti ahlusunnah waljamaah," jelas Ustadz Faris.

Brunei menganut falsafah Melayu Islam Beraja yang mendasari kehidupan beragama di negara tersebut. Pemerintah Brunei sangat aktif dalam mendukung dakwah Islam.

"Pusat Dakwah Islamiyah di bawah Kementerian Agama bertugas mengajak non-Muslim untuk memeluk Islam, baik di kota maupun di pedalaman yang sulit diakses," ujar Ustadz Faris.

Setiap tahun, sekitar 400 orang non-Muslim di Brunei memeluk agama Islam, dengan insentif seperti biaya haji bagi para mualaf yang istiqamah telah diuji dan lulus.

Untuk memastikan kualitas dakwah, Majelis Agama Islam Brunei mewajibkan setiap pendakwah memiliki sertifikasi yang hanya berlaku selama dua tahun dan harus diperbarui melalui wawancara yang ketat.

"Masjid-masjid di Brunei berada di bawah naungan kementerian, dan setiap pemilihan imam serta bilal harus melalui sertifikasi. Laporan tahunan juga harus mencakup perkembangan dakwah di masjid tersebut," tambah Ustadz Faris.

Brunei juga memiliki dua universitas Islam yang aktif dalam dakwah: Universitas Islam Sultan Sharif Ali dan Universitas Perguruan Agama Seri Begawan.

"Setiap dosen harus berdakwah kepada masyarakat di luar kampus untuk dapat mempertahankan jabatan mereka," ujar Ustadz Faris.

Sementara itu, dai Singapura, Ustadz Muhammad Nuzhan Bin Abdul, menjelaskan berbagai inisiatif untuk menerapkan Islam Wasathiyah, terutama dalam menghadapi tantangan modernisasi dan media sosial.

Salah satu inisiatif penting adalah peran Naib Tariq (sistem hukum dan administrasi Islam) dalam prosesi pernikahan.

"Ketika pasangan Muslim menikah, mereka harus bertemu dengan Naib Tariq. Ini adalah tonggak penting dalam hidup ketika ingin naik ke level lain dalam hidup mereka," jelas Ustadz Nuzhan.
Pertemuan ini dianggap krusial karena membantu pasangan memahami dan menguatkan fondasi agama mereka.

Namun, konsep Wasatiyah atau moderasi dalam Islam menghadapi tantangan tersendiri di Singapura. Menurut Ustadz Nuzhan, bagi generasi muda seperti Gen Z, hal ini memerlukan pendekatan yang berbeda.

"Untuk mengatasi tantangan ini, masjid, imam, dan lembaga keagamaan lainnya didorong untuk mengikuti kursus tentang media sosial, kita harus belajar tentang algoritma online dan berkolaborasi untuk menjangkau audiens yang lebih luas," tambah Ustadz Nuzhan.

Di Singapura, terdapat Skema Pengakuan Asatizah (ARS) yang mengharuskan para Asatizah (pendakwah) mengikuti kursus selama 12 jam setiap tahun.

"Jika mereka tidak mengikuti kursus tersebut, mereka tidak bisa memperbarui pengetahuan mereka dan tidak bisa berdakwah," jelas Nuzhan.

Skema ini bertujuan untuk memastikan bahwa para pendakwah selalu memperbarui pengetahuan mereka dan mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman.

Islam di Singapura menikmati kebebasan beragama di bawah hukum. Dewan Agama Islam Singapura memainkan peran penting dalam mengatur urusan Islam, termasuk mengawasi masjid, sertifikasi halal, dan pendidikan agama.

"Masjid-masjid di Singapura berfungsi sebagai pusat kegiatan komunitas, pendidikan agama, dan pertemuan sosial, serta sebagai pusat dialog antaragama," ujar Nuzhan.

Dialog antaragama juga menjadi sarana penting untuk kolaborasi antaragama dalam mencapai kekuatan dan pengaruh politik.

"Dialog antaragama adalah cara untuk berkolaborasi dengan semua agama untuk mencapai kekuatan dalam hal kekuasaan atau pengaruh politik," jelas Nuzhan.

Hal ini menunjukkan bahwa di tengah keragaman agama, kolaborasi dan pemahaman antaragama tetap menjadi prioritas.

Baik Singapura maupun Brunei Darussalam menunjukkan komitmen yang kuat dalam mengarusutamakan dan menerapkan Islam Wasathiyah. Inisiatif-inisiatif inovatif dan dukungan pemerintah yang solid menjadi kunci keberhasilan dakwah di kedua negara ini. (Latifahtul Jannah, ed: Nashih)

Tags: islam di brunei, dakwah islam di brunei, Brunei darussalam, islam singapura, islam di Singapura, muslim Singapura