
Peserta Standardisasi Dai MUI Dibekali Wawasan Dakwah Terkini di Era Digital
11/06/2024 19:45 JUNAIDIJAKARTA, MUI.OR.ID—Bagaimana teknologi 4.0 mengubah cara berdakwah dan menjalani kehidupan sebagai Muslim?
Anggota Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia, KH Muhammad Choirin memberikan gambaran yang jelas tentang dinamika ini.
Choirin menyoroti kurangnya prioritas terhadap akses informasi agama Islam di ranah pencarian online.
"Realita menunjukkan jumlah pengguna internet di Indonesia telah mencapai 212,9 juta orang, dengan Google menjadi platform yang paling banyak diakses, meskipun demikian, dalam daftar 20 pencarian teratas, tidak banyak web terkait agama Islam,” ungkap Choirin sembari menekankan akses informasi agama Islam belum menjadi prioritas utama.
Kepala LSP Baznas RI tersebut juga menyatakan bahwa teknologi akan berdampak pada implementasi pengalaman agama.
“Pendakwah mempunyai tantangan untuk meningkatkan pemahaman, pengajaran, dan penyebaran ajaran Islam secara efektif dan menyeluruh," tegas Choirin dalam acara Standardisasi Kompetensi Dakwah MUI Angkatan 31 yang digelar di Wisma Mandiri, Senin (10/06/2024).
Lebih lanjut, Choirin menyatakan betapa pentingnya ukhuwah (persaudaraan) tidak hanya di dunia nyata tetapi juga di dunia maya.
“Ukhuwah bukan hanya diperlukan di dunia nyata, melainkan juga dalam dunia maya. Dan ukhuwah tidak mungkin tercipta jika tidak ada muklis (keikhlasan), alim (pengetahuan), dan hilm (kebijaksanaan)," tambah choirin.
Di era modern ini, dakwah dan teknologi menjadi semakin tak terpisahkan, terutama di Indonesia yang kian dipenuhi oleh middle class Muslim. Perhatian para pendakwah pun terhadap fenomena ini semakin mendalam.
"Muslim zaman now cenderung mengejar destinasi wisata yang ramah bagi mereka, yang dikenal dengan sebutan 'lei-sharia'," ungkap Choirin.
Dampaknya, kata dia, bermunculan berbagai aplikasi yang bertujuan memandu Muslim dalam perjalanan halal, mulai dari informasi destinasi, lokasi makanan halal, fasilitas ibadah, hingga panduan doa.
Seiring dengan berkembangnya teknologi, Choirin menerangkan bahwa revolusi teknologi 4.0 telah membuat Muslim kelas menengah di Indonesia semakin religious dan terhubung.
Bukan hanya retorika namun juga data, yang dibeberkan Dosen Universitas Muhammadiyah Jakarta tersebut, ia mengangkat penelitian doktoral dari Okky Setiana Dewi yang mengungkap mengapa pengajian Salafi semakin digemari.
"Empat alasan utama mengapa pengajian Salafi semakin digemari, Pertama, pengajian ini memberikan solusi atas masalah kehidupan sehari-hari dengan merujuk kepada Alquran dan Sunnah, Kedua, konten keagamaannya tersebar luas di media sosial, sehingga mudah diakses, Selain itu, ustadz yang mengisi pengajian dikenal tegas dan jelas dalam menyampaikan pesan, Terakhir, dakwah dikemas dengan menarik dalam metode dan cara penyampaiannya," kata dia.
Paparan dari Choirin memberikan pemahaman yang komprehensif tentang mengapa pengajian Salafi semakin digemari, dengan salah satu faktor utama adalah aksesibilitas konten yang tentu terkait dengan teknologi.
Anggota Majelis Tabligh PP Muhammadiyah tersebut juga menegaskan tiga hal penting dalam dakwah. Yaitu oertama sesuai syar'i, atau sesuai dengan ajaran Islam, dakwah harus aman dari segi regulasi kekitaan, atau sesuai dengan peraturan yang berlaku di Masyarakat.
“Terakhir pentingnya bahwa dakwah harus aman untuk NKRI, atau tidak bertentangan dengan nilai-nilai kebangsaan Indonesia," ungkap Choirin.
Dengan demikian, kata dia, pandangan komprehensif ini menunjukkan bahwa dakwah di era teknologi 4.0 tidak hanya harus memperhatikan aspek agama, tetapi juga harus memahami perubahan sosial dan teknologi untuk tetap relevan dan menjawab kebutuhan umat di zaman yang semakin terhubung ini. (Latifahtul Jannah, ed: Nashih)
Tags: standardisasi