Khutbah Jumat: Urgensi Keseimbangan Antara Ibadah dan Muamalah

Khutbah Jumat: Urgensi Keseimbangan Antara Ibadah dan Muamalah

10/05/2024 06:42 JUNAIDI

Oleh: Drs KH Amin Munawar, MA Wakil Ketua Umum Kota Tangerang  

الَسَّلامُ عَليْكُمْ وَرَحْمَةاُللهِ وَبَرَكَاتُه
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ، اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ هَدَانَا سُبُلَ السَّلَامِ وَأَفْهَمَناَ بِشَرِيْعَةِ النَّبِيِّ الْكَرِيْمِ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ ذُوالْجَلَالِ وَالْاِ كْرَامِ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، الَلّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلٰى يَوْمِ الدِّ يْنِ.
أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْاِخْوَانُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَي اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. 
قاَلَ تعَاَلٰى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ : أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ : يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
وَقَالَ اَيْضًا. : وَابْتَغِ فِيْمَآ اٰتٰىكَ اللّٰهُ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَاَحْسِنْ كَمَآ اَحْسَنَ اللّٰهُ اِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِى الْاَرْضِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ


Para hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah SWT...

Alhamdulillah pada kesempatan Jumat yang mulia ini, kita masih senantiasa diberikan rahmat hidayah serta inayah oleh Allah SWT sehingga kita diberikan kemudahan untuk mengungkapkan rasa syukur dengan melaksanakan rangkaian ibadah shalat Jumat di masjid ini dalam keadaan sehat wal’afiat. Sebagai wujud rasa syukur kita kepada Allah SWT, marilah kita senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT dengan sebenar-benar keimanan dan sebaik-baik ketakwaan, minimal dengan jalan imtitsalu awamirillah wajtinabu nawahihi yaitu menjalankan apa pun yang diperintahkan oleh Allah SWT dan berupaya dengan sungguh-sungguh untuk menjauhi apa pun yang dilarang-Nya dan semoga shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi besar Muhammad SAW.

Para hadirin sidang Jumat yang berbahagia...

Khatib kali ini akan menyampaikan dengan tema “Keseimbangan Hidup Antara Dunia dan Akhirat”. Pada dasarnya manusia terbagi atas tiga golongan yaitu pertama orang yang berusaha untuk dunia saja. Kedua, orang yang berusaha untuk akhirat saja. Ketiga, orang yang berusaha seimbang antara dunia dan akhirat.

Untuk lebih jelasnya, Marilah kita jabarkan satu per satu.
Pertama, golongan yang berusaha untuk dunia saja.  
Golongan ini ialah orang yang seluruh usaha dan aktivitasnya hanya untuk kepentingan dunia semata. Dia reguk dunia sepuas-puasnya, tapi dia lupakan negeri akhirat. Dia lupa bahwa hidup di dunia hanya sementara. Dia juga lupa bahwa kehidupan yang kekal abadi adalah di akhirat. Seluruh usahanya hanya mengejar harta mencari keindahan dunia, namun dia lupa kepada agama Allah yakni lupa membantu fakir miskin, anak yatim, orang terlantar dan menolong sesama manusia. Tidak sekalipun mengerjakan sholat, tak mau datang ke masjid walaupun rumahnya dekat dengan masjid. Jika diberi pelajaran agar beribadah kepada Allah, dia seolah-olah tidak mendengar, apatis terhadap agama.  

Allah mengecam golongan ini sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 6 sebagai berikut:

اِنَّ الَّذِيۡنَ كَفَرُوۡا سَوَآءٌ عَلَيۡهِمۡ ءَاَنۡذَرۡتَهُمۡ اَمۡ لَمۡ تُنۡذِرۡهُمۡ لَا يُؤۡمِنُوۡنَ‏
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman.”

Selain itu dalam berusaha pun mereka hanya mementingkan diri sendiri, tidak perduli dengan orang lain. Dalam mencapai tujuannya kalau perlu hantam kanan, hantam kiri, injak yang di bawah, yang penting asal dia yang maju atau berhasil, biarlah orang lain teraniaya. Golongan ini biasanya tidak mempunyai pergaulan kemasyarakatan yang baik. Contoh yang paling tepat ialah Qarun. Di zaman nabi Musa ada orang yang bernama Qarun.  

Qarun adalah seorang yang teramat miskin dan menderita. Karena tidak tahan, datanglah ia kepada nabi Musa dan berkata: “Ya Nabi Allah, Musa alaihissalam, sesungguhnya saya ini orang miskin, anak saya banyak, untuk itu doakanlah saya kepada Allah agar saya menjadi orang kaya”. Lalu Nabi Musa AS berkata, ”Bila nanti engkau betul-betul menjadi orang kaya, apakah engkau tidak akan lupa kepada Allah?”, dijawabnya :”Oo.. tidak Ya Nabi Allah Musa, bahkan bila saya jadi orang kaya, saya akan semakin dekat kepada Allah dan orang miskin.” Lalu Nabi Musa bermunajat dan berdo’a kepada Allah, agar Qarun dijadikan orang kaya. Setelah itu do’a Nabi Musa dikabulkan oleh Allah. Tak lama setelah itu Qarun betul-betul menjadi orang kaya raya, hingga 100 ekor unta sekadar membawa anak kunci toko Qarun. Tapi memanglah sifatnya manusia, ketika miskin dia merintih dan berdoa kepada Allah, ketika miskin rajin baca ayat kursi, tapi setelah dapat kursi hilang ayatnya, tinggal kursinya. Begitulah Qarun, hingga suatu hari datanglah salah seorang utusan Nabi Musa ke rumahnya seraya berkata, ”Oh tuan Qarun, saya ke sini diutus Nabi Musa. Beliau menyampaikan karena tuan adalah orang kaya, jadi tuan harus mengeluarkan zakat 10 persen.” 

Kemudian Qarun dengan congkaknya berkata, ”Perlu kau sadari bahwa harta yang saya miliki ini adalah jerih payah saya, tidak berserikat dengan Musa, untuk itu tolong sampaikan kepada Musa, bahwa saya tidak akan mengeluarkan zakat.” Lalu pulanglah utusan Nabi Musa dengan perasaan kecewa. Kemudian Nabi Musa mengutus utusan yang lain, namun tetap kembali dengan tangan hampa. Terakhir datanglah Nabi Musa sendiri sambil berkata, “Wahai Qorun, sekarang engkau telah menjadi orang kaya, tapi lupakah engkau bahwa sewaktu miskin dulu engkau telah berjanji bahwa bila engkau menjadi orang kaya tidak akan lupa kepada orang miskin dan akan semakin dekat dengan Allah?” Qarun menjawab, “Itu dulu wahai Nabi Musa, sekarang saya tidak ingat lagi akan hal itu, pokoknya saya tidak akan mengeluarkan zakat.”             

Sehabis Qarun berbicara, Nabi Musa menghentakkan tongkatnya ke tanah, setelah itu dalam beberapa menit Qarun dan seluruh harta kekayaannya tenggelam ke dalam tanah. Demikian sehingga sekarang bila ada orang yang menggali-gali tanah untuk mencari benda/harta disebut sedang mencari harta Karun. Allah SWT telah memperingatkan kepada kita di dalam surat Ibrahim ayat 7 sebagai berikut :

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لأزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ 

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.

Kaum Muslimin sidang jamaah Jumat Rahimakumullah...

Kedua, golongan yang kedua ialah golongan yang berusaha untuk akhirat saja. Seluruh usaha yang dilakukannya hanya beribadah kepada Allah, untuk keselamatan hidupnya di akhirat, namun dia melupakan dunianya. Tidak mau tahu dengan anak dan isteri, dengan masyarakat sekitarnya. Dia sibuk dzikir saja kepada Allah, akhirnya dunia tersia-sia. Seorang sastrawan Ali Akbar Nafis bercerita dalam cerpennya yang sangat terkenal yakni “Robohnya Surau Kami”. Pada cerpen itu Ali akbar bercerita ada seorang Haji yang bernama Haji Shaleh, ia taat beribadah kepada Allah, namun ia akhirnya dimasukkan oleh Allah ke dalam neraka. Setiba di neraka dia terkejut dan berkata, ”Haah, kenapa Allah memasukkanku ke dalam neraka, padahal aku taat beribadah, barangkali Tuhan itu lupa bahwa aku ini orang yang taat beribadah.” 

Teman-teman yang sama-sama masuk neraka dengannya juga berkata demikian, lalu mereka protes kepada Allah, setiba dihadapan Allah, lalu ditanya, ”Engkaukah yang bernama Haji Shaleh?”, dijawabnya, “Benar Tuhan.” “Apakah engkau mengerjakan shalat?,” dijawabnya, ”Ya Tuhan, disamping shalat wajib saya kerjakan shalat sunat.” “Bagus”, kata Tuhan, “Apakah engkau naik Haji?”, dijawabnya: ”Ya Tuhan.” Allah katakan, ”Bagus, memang engkau orang yang taat beribadah kepada-Ku.” Lalu Allah bertanya lagi, ”Apakah engkau punya anak?”, dijawabnya: ”Punya Tuhan.” Ditanya lagi, ”Pernahkah anakmu engkau suruh shalat?,” dijawabnya, ”Oo itu memang saya lupa, Tuhan, saking sibuknya aku beribadah kepada-Mu, saya tak ingat menyuruh anak shalat”. Akhirnya Allah berkata :”Karena kamu hanya mementingkan diri sendiri, tidak bertanggungjawab kepada anak dan isteri serta masyarakat, masuklah kamu ke dalam neraka”. Di dalam surat At-Tahrim ayat 6 Allah berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلائِكَةٌ غِلاظٌ شِدَادٌ لا يَعْصُونَ اللّٰهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ (٦)
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
Ketiga, golongan yang ketiga yaitu orang yang berusaha seimbang antara dunia dan akhirat. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al Qashash ayat 77 sebagai berikut :
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللّٰهُ الدَّارَ الآخِرَةَ وَلا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللّٰهُ إِلَيْكَ وَلا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الأرْضِ إِنَّ اللّٰهَ لا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ (٧٧)
Artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS Al Qashash: 77)

Kaum Muslimin yang berbahagia...

Kesimpulan khotbah kita pada hari ini adalah ada tiga golongan manusia, yang pertama orang yang berusaha untuk dunia saja, nanti di akhirat tempatnya di neraka, kedua orang yang berusaha untuk akhirat saja, nanti di akhirat tempatnya juga di neraka sungguhpun tidak kekal selama-lamanya karena mengabaikan kewajiban lainnya, ketiga orang yang berusaha seimbang antara usaha dunia dan akhirat, nanti di akhirat tempatnya Insya Allah di surga. Semoga kita termasuk pada golongan yang ketiga. Aamiiin Yaa Robbal ‘aalamiin. 

Para hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah SWT...

Dalam hidup dan kehidupan kita di muka bumi ini, bila ingin selamat dunia akhirat, kita harus punya pegangan hidup, pedoman, atau tuntunan (The way of life). Pedoman atau tuntunan hidup manusia yaitu Alquran dan sunnah yang sudah Allah tetapkan dengan segala kekuasaannya bahwa Alquran sebagai wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi besar Muhammad SAW adalah sebagai petunjuk bagi manusia. Kita sebagai manusia harus taat dan tunduk terhadap Alquran untuk mengamalkannya. 

Mudah-mudahan kita semua senantiasa diberikan kesehatan dan kekuatan lahir dan bathin oleh Allah SWT. sebagai bekal untuk beribadah kepada Allah SWT.

بَارَكَ اللّٰهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Tags: khutbah jumat