
Khutbah Jumat: Memaknai Kemerdekaan dalam Bingkai Agama Islam
23/08/2024 18:05 JUNAIDIOleh: KH Zaki Mubarok, Sekretaris 3 MUI Kota Tangerang dan Ketua umum MUI Kecamatan Batu Ceper
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُه
اَلْحَمْدُللهِ الَّذِى اَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْحُرِّيَّةِ. اَشْهَدُاَنْ لَااِلٰهَ اِلَّااللّٰهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُاَنَّ مُحَمَّدًاعَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ, اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِه وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ اِلٰى يَوْمِ الّقِيَامَةِ.
اَمَّابَعْدُ فَيَا اَيُّهَاالْمُسْلِمُوْنَ اِتَّقُوااللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَاتَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
وَقَالَ اللّٰهُ تَعَالٰى : اَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَا نِ الرَّ جِيْمِ : ۞ وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِيْٓ اٰدَمَ وَحَمَلْنٰهُمْ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنٰهُمْ مِّنَ الطَّيِّبٰتِ وَفَضَّلْنٰهُمْ عَلٰى كَثِيْرٍ مِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيْلًا ࣖ
Hadirin sidang Jumat rahimakumullah
Puji syukur mari kita panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala Karunia yang telah dilimpahkan kepada kita dengan nikmat yang tidak dapat kita hitung satu persatu. Terutama sekali nikmat iman dan islam sehingga sampai saat ini kita menjadi seorang muslim yang mudah-mudahan kita sandang terus hingga akhir hayat kita.
Maka atas segala nikmat tersebut marilah kita tasyakuri dengan senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT dengan melaksanakan semua perintah Allah SWT dan menjauhkan diri kita dari semua yang dilarang oleh-Nya.
Sidang Jumat yang berbahagia
Pada tanggal 17 Agustus 2024 yang lalu kita merayakan hari kemerdekaan bangsa kita yang ke 79. Usia yang tidak sebentar yang dilalui oleh bangsa kita namun tentu masih terlalu sebentar jika dibandingkan dengann lamanya bangsa kita dibelenggu oleh penjajahan.
Meskipun demikian patut kita syukuri nikmat kemerdekaan ini karena dengannya menjadi bekal utama bagi bangsa kita dalam membangun negara yang sama-sama kita cintai ini. Maka dalam mengisi kemerdekaan ini seyogyanya kita memaknai kemerdekaan ini dengan sebaik mungkin terutama jika kita lihat dari bingkai agama kita yaitu agama Islam.
Kemerdekaan memiliki makna tersendiri bagi bangsa Indonesia. Setelah ratusan tahun dijajah, Indonesia mendeklarasikan kemerdekaannya kepada dunia pada 17 Agustus 1945.
Berbagai perjuangan yang terjadi dan ditempuh oleh bangsa kita dalam meraih kemerdekaan ini tidaklah mudah dan tidak semuanya dapat tertulis dalam lembaran-lembaran kertas meskipun lautan menjadi tintanya.
Pengorbanan harta, jiwa, dan raga para pendahulu sudah semestinya menjadi teladan bagi penerus bangsa.
Kemerdekaan Indonesia juga tidak lepas dengan perjuangan umat Islam. Banyak sekali tokoh Islam yang turut andil dalam upaya kemerdekaan Republik Indonesia, sebut saja seperti Bung Hatta, Jenderal Sudirman, Presiden Soekarno hingga tokoh wanita Cut Nyak Dien. Lantas, bagaimanakah sebenarnya hakikat dan makna kemerdekaan dalam Islam?
Kemerdekaan merupakan hak dasar yang disematkan kepada setiap makhluk terutama makhluk yang bernama manusia yang diberikan kelebihan dari makhluk lainnya sebagaimana tersirat dalam surah Al Isra ayat 70 :
۞ وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِيْٓ اٰدَمَ وَحَمَلْنٰهُمْ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنٰهُمْ مِّنَ الطَّيِّبٰتِ وَفَضَّلْنٰهُمْ عَلٰى كَثِيْرٍ مِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيْلًا ࣖ
“Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna.”
Dalam bahasa Arab kemerdekaan berasal dari kata “al-Istiqlal”. Sementara dalam padanan kata bebas kemerdekaan juga disebut dengan istilah “al-Hurr” dan bentuk kata kerjanya adalah “al-Hurriyah”.
Menurut Ibnu Asyur dalam bukunya “Maqasid al-Syariah al-Islamiyah”, al-Hurriyah memiliki dua makna. Makna yang pertama adalah kemerdekaan lawan dari perbudakan, dan makna kedua kemerdekaan adalah kemampuan untuk mengatur diri sendiri dan urusannya sesuka hati tanpa ada tekanan pihak lain.
Kemerdekaan adalah anugerah yang sangat berharga, tidak hanya dalam konteks bernegara, tetapi juga dalam kehidupan spiritual dan sosial seorang Muslim. Dalam Islam, kemerdekaan memiliki makna yang mendalam, mencakup aspek-aspek yang lebih luas dari sekadar terbebas dari penjajahan fisik. Kemerdekaan dalam pandangan Islam meliputi kebebasan jiwa, pemikiran, dan kebebasan dari penghambaan kepada selain Allah SWT.
Islam menekankan bahwa hakikat kemerdekaan sejati adalah ketika seseorang mampu memerdekakan dirinya dari segala bentuk perbudakan selain kepada Allah SWT. Dalam hal ini, kemerdekaan bukan hanya soal lepas dari belenggu fisik, tetapi juga terbebas dari keterikatan pada hawa nafsu, materi, serta tekanan sosial yang dapat menjauhkan manusia dari Tuhannya.
Hadirin jamaah yang berbahagia
Kemerdekaan dalam Islam adalah kebebasan yang terarah, dimana seorang muslim memahami batas-batas yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. dalam Alquran dan sunnah.
Maksudnya, kemerdekaan bukan berarti bebas melakukan apa saja tanpa batas, tetapi bebas dalam menjalankan syariat Islam tanpa paksaan dari pihak manapun. Seorang muslim yang merdeka adalah mereka yang tidak terikat oleh apapun selain aturan dan kehendak Allah SWT.
Dengan demikian, kebebasan dalam Islam adalah kebebasan yang terjaga dan terlindungi, bukan kebebasan yang liar dan tanpa arah.
Selain itu, kemerdekaan dalam Islam juga meliputi kebebasan berfikir dan berpendapat, tetapi masih berada dalam koridor yang sesuai dengan ajaran Islam. Islam tidak melarang umatnya dari proses berpikir kritis dan pengembangan ilmu pengetahuan. Justru, Islam mendorong umatnya untuk terus belajar dan memperdalam ilmunya, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
طَلَبُ ألْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلٰى كُلِّ مُسْلِمٍ ( رواه ابن ماجه )
"Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim." ( HR Ibnu Majah )
Kebebasan berpikir ini adalah salah satu bentuk kemerdekaan yang dimuliakan dalam Islam, namun tetap harus berada dalam bingkai keimanan dan ketakwaan.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Dalam konteks sosial, kemerdekaan dalam Islam juga menuntut umatnya untuk membebaskan diri dari kezaliman, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain.
Umat Islam diajarkan untuk memperjuangkan keadilan, kebenaran, dan hak asasi manusia, serta melawan segala bentuk tirani dan penindasan.
Islam memandang bahwa tidak ada perbedaan antara manusia kecuali dalam hal ketakwaan, sehingga setiap bentuk diskriminasi atau penindasan harus dihapuskan.
Dengan demikian, makna kemerdekaan dalam Islam adalah kebebasan yang sejati, yang hanya dapat dicapai dengan tunduk sepenuhnya kepada Allah SWT tuhan semesta alam. Kemerdekaan bukan sekadar kebebasan fisik dari penjajahan, tetapi juga mencakup kebebasan spiritual, intelektual, dan sosial yang sesuai dengan tuntunan syariat.
Seorang Muslim yang merdeka adalah mereka yang mampu menjalankan hidupnya dengan penuh ketaatan kepada Allah SWT, dan dengan itulah mereka mencapai kebahagiaan dan kemuliaan yang hakiki.
Maka dalam mensikapi kemerdekaan yang kita raih saat ini adalah mensyukurinya dengan sungguh-sungguh dan sepenuh hati atas anugerah keamanan atas agama dan negara kita dari belenggu penjajahan yang menyengsarakan. Sebab, nikmat agung setelah iman adalah aman ( a'dzamun ni'ami ba'dal îmân billâh ni'matul aman ).
Untuk mensyukuri kemerdekaan ini ada beberapa hal yang perlu kita lakukan :
Pertama , kita isi kemerdekaan yang kita peroleh selama ini dengan meningkatkan ketakwaan kepada Allah. Menjalankan syariat agama kita secara tenang adalah anugerah besar yang kita peroleh di tengah sebagian saudara-saudara kita di belahan dunia lain masih berjuang mencari kedamaian. Umat Islam Indonesia harus mensyukurinya dengan senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT dan selalu berbuat baik kepada sesama. Dengan demikian mudah-mudahan kita termasuk kedalam golongan yangmendapatkan kemuliaan dari Allah SWT.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah adalah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” (QS al-Hujurat [49]: 13).
Kedua , mencintai negeri ini dengan memperhatikan berbagai kemaslahatan dan kemudharatannya. Segala upaya yang memberikan manfaat bagi rakyat luas harus kita dukung, sementara yang merugikan masyarakat banyak kita tolak.
Dukungan terhadap kemaslahatan umat bisa dimulai dari diri sendiri yang ikut berperan serta dalam upaya-upaya kemajuan di masyarakat, bergotong royong, atau patuh terhadap peraturan yang berlaku. Sebaliknya, mencegah kemudharatan berarti menjauhkan bangsa ini dari berbagai marabahaya, seperti bencana, korupsi, kriminalitas, dan lain sebagainya.
Inilah pelaksanaan dari sikap amar ma'ruf nahi munkar dalam pengertian yang luas. Ajakan kebaikan dan penolakan terhadap kemungkaran dipraktikkan dalam konteks pembangunan masyarakat. Tujuannya, menciptakan kehidupan yang lebih harmonis, adil, makmur dan sejahtera.
Termasuk dalam praktik ini adalah mengapresiasi pemerintah bila kebijakan yang dijalankan bermanfaat seta berguna bagi masyarakat, dan mengkritiknya tanpa segan ketika kebijakan pemerintah melenceng dari kemaslahatan bersama.
Hadirin rahimakumullah
Demikian khutbah Jumat yang singkat dalam memaknai kemerdekaan yang kita nikmati saat ini. Semoga bisa memberi manfaat dan keberkahan bagi kita semua. Semoga kita digolongkan sebagai hamba yang istiqamah dalam menjalankan semua perintah dan menjauhi larangan-Nya, dan semoga saudara-saudara kita yang berada di palestina dan di belahan bumi yang lainnya yang saat ini sedang berjuang dari belenggu penjajahan diberikan kekuatan oleh Allah SWT, dan segera memperoleh kemerdekaannya secara utuh. Amin ya rabbal alamin.
بَارَكَ اللّٰهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ، وَتَقَبَّلَ اللَّٰهُ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ، أَقَوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ الْعَظِيمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Tags: khutbah jumat, teks khutbah jumat, kemerdekaan, makna kemerdekaan, kemerdekaan menurut islam