Khutbah Jumat: 5 Cara Mensikapi Harta Duniawi yang Fana Menurut Tuntunan Islam

Khutbah Jumat: 5 Cara Mensikapi Harta Duniawi yang Fana Menurut Tuntunan Islam

25/07/2025 06:50 ADMIN

Foto: freepik 

Oleh: KH Dr Fauzi Al-Mubarok M Ag, anggota Komisi Fatwa MUI Kota Tangerang 



اَلسَّلامُ عَليْكُمْ وَرَحْمَةاُللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ

اَلْحَمْدُ ِللّٰهِ الْمَوْجُوْدِ أَزَلًا وَأَبَدًا بِلَا مَكَانٍ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ الْأَتَمَّانِ الْأَكْمَلَانِ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ، أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ.

 أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللّٰهِ الْعَلِيِّ الْقَدِيْرِ الْقَائِلِ فِيْ مُحْكَمِ كِتَابِهِ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى تِجَارَةٍ تُنْجِيكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ. تُؤْمِنُونَ بِاللّٰهِ وَرَسُولِهِ وَتُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللّٰهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

“ Wahai orang-orang yang beriman, maukah kamu Aku tunjukkan suatu perdagangan yang (dapat) menyelamatkan kamu dari azab yang pedih?(Caranya) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah...

Pada kesempatan yang mulia ini, di atas mimbar, khatib mengajak kepada jamaah shalat Jumat sekalian untuk selalu meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT yakni dengan sungguh-sungguh menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Karena dengan takwa inilah Allah menjanjikan kemuliaan bagi hamba-hamba-Nya. Hal ini sebagaimana termaktub dalam Alquan surat Al-Hujurat ayat 13:

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ

Artinya: Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. (QS Al-Hujurat: 13).

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah...

Pada kesempatan khutbah yang mulia ini, kita akan merenungkan bersama tentang sebuah tema yang sangat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari, yaitu harta duniawi. Bagaimana Islam memandang harta? Apakah harta itu baik atau buruk? Dan bagaimana seharusnya sikap kita terhadap harta? Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Kahfi ayat 46:

اَلْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَاۚ وَالْبٰقِيٰتُ الصّٰلِحٰتُ خَيْرٌعِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَّخَيْرٌ اَمَلًا

Artinya: "Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang terus-menerus adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan."

Ayat ini dengan jelas menyatakan bahwa harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia. Ini berarti, harta bukanlah tujuan akhir, melainkan sarana, sebuah perhiasan yang sifatnya sementara. Perhiasan bisa memperindah, namun ia juga bisa melalaikan jika kita terlalu terpukau padanya.

Islam tidak melarang umatnya untuk mencari harta. Bahkan, mencari rezeki yang halal adalah sebuah kewajiban. Rasulullah SAW bersabda:

 طَلَبُ الْحَلَالِ وَاجِبٌ عَلٰى كُلِّ مُسْلِمٍ

"Mencari yang halal adalah wajib bagi setiap muslim." (HR Thabrani).

Harta bisa menjadi alat untuk mendekatkan diri kepada Allah, misalnya dengan bersedekah, membantu fakir miskin, membangun masjid, atau menafkahi keluarga dengan baik.

Namun, Islam juga memberikan peringatan keras akan bahaya harta jika dicari dengan cara yang haram, digunakan untuk maksiat, atau menyebabkan seseorang lalai dari kewajiban agamanya. Allah SWT berfirman dalam Surat At-Taghabun ayat 15:

اِنَّمَآ اَمْوَالُكُمْ وَاَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌۗ وَاللّٰهُ عِنْدَهٗٓ اَجْرٌ عَظِيْمٌ

Artinya: "Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah pahala yang besar."

Ayat ini menegaskan bahwa harta bisa menjadi fitnah atau cobaan. Fitnah berarti ujian atau godaan yang bisa menjerumuskan. Seseorang yang terlalu mencintai harta duniawi bisa terjerumus ke dalam sifat tamak, kikir, iri hati, bahkan menempuh cara-cara yang haram untuk mendapatkannya. Mereka melupakan bahwa semua harta yang mereka miliki hanyalah titipan dari Allah SWT.

Hadirin jamaah Jumat yang dimuliakan Allah..

Maka dari itu, sikap yang benar seorang Muslim terhadap harta duniawi adalah menjadikannya sebagai alat, bukan tujuan. Kita harus berusaha mencari rezeki yang halal, mengelolanya dengan bijak, dan menggunakannya di jalan Allah. Jangan biarkan harta menguasai hati kita, sehingga kita lupa akan tujuan utama penciptaan kita di dunia ini, yaitu beribadah kepada Allah SWT.

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

Artinya: Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku. ( QS. Az-Zariyat [51] ayat 56 )
Ingatlah selalu bahwa kehidupan dunia ini fana, sedangkan kehidupan akhirat adalah kekal. Di dalam Surat Al-A’la Ayat 17 Allah berfirman :

وَٱلْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰٓ

Artinya: Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.

Harta yang kita kumpulkan dengan susah payah di dunia ini, tidak akan kita bawa mati kecuali amal saleh yang kita perbuat dengannya.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah...

Kita telah memahami bahwa harta adalah perhiasan dan juga cobaan. Lalu, bagaimana kita bisa memastikan bahwa harta yang kita miliki menjadi berkah dan bukan musibah?

Pertama, niatkan mencari harta untuk beribadah kepada Allah. Ketika kita bekerja, berniaga, atau melakukan aktivitas ekonomi lainnya, niatkanlah untuk menafkahi keluarga, membantu sesama, dan berinfak di jalan Allah. Niat yang benar akan mengubah aktivitas duniawi menjadi ibadah yang berpahala. Allah Ta’ala berfirma:

مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لا يُبْخَسُونَ. أُولَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الآخِرَةِ إِلا النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ}

“Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami berikan kepada mereka balasan amal perbuatan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Merekalah orang-orang yang di akhirat (kelak) tidak akan memperoleh (balasan) kecuali neraka dan lenyaplah apa (amal kebaikan) yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka lakukan.” (QS Huud: 15-16).

Kemudian, kembali dijelaskan dalam hadis dari Abu Hurairah, bahwa Nabi Muhammad bersabda:

إِنَّ اللّٰهَ كَتَبَ الْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ ، ثُمَّ بَيَّنَ ذَالِكَ فَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً ، فَإِنْ هُوَ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللّٰهُ لَهُ عِنْدَهُ عَشْرَ حَسَنَاتٍ إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ إِلَى أَضْعَافٍ كَثِيرَةٍ

Artinya: “Sesungguhnya Allah mencatat berbagai kejelekan dan kebaikan lalu Dia menjelaskannya. Barangsiapa yang bertekad untuk melakukan kebaikan lantas tidak bisa terlaksana, maka Allah catat baginya satu kebaikan yang sempurna. Jika ia bertekad lantas bisa ia penuhi dengan melakukannya, Allah mencatat baginya 10 kebaikan hingga 700 kali lipatnya sampai lipatan yang banyak.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Kedua, carilah harta dengan cara yang halal. Jauhilah segala bentuk riba, penipuan, korupsi, pencurian, dan segala transaksi yang dilarang dalam syariat Islam. Rezeki yang haram tidak akan mendatangkan berkah, bahkan akan menjadi penyebab kehancuran di dunia dan akhirat.

يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوْا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوْا صَالِحًا إِنِّى بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ

“Wahai para Rasul! Makanlah makanan yang baik-baik (halal) dan kerjakanlah amal shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al Mu’minun: 51).

Ketiga, tunaikan hak-hak harta. Ini meliputi zakat bagi yang mampu, infak, dan sedekah. Menunaikan hak harta bukan mengurangi, melainkan membersihkan dan mengembangkan harta kita. Allah SWT berfirman:

خُذْ مِنْ اَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيْهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْۗ اِنَّ صَلٰوتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْۗ وَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ

Artinya: "Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menumbuhkan) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS At-Taubah: 103).

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Asma binti Abu Bakar ra.:

اَنْفِقِيْ أَوِ انْفَحِيْ ، أَوِ انْضَحِيْ ، وَلاَ تُحْصِيْ فَيُحْصِيَ اللّٰهُ عَلَيْكِ ، وَلاَ تُوْعِيْ فَيُوْعِيَ اللّٰهُ عَلَيْكِ

“Infaqkanlah hartamu. Janganlah engkau menghitung-hitungnya (menyimpan tanpa mau mensedekahkan). Jika tidak, maka Allah akan menghilangkan barokah rizki tersebut. Janganlah menghalangi anugerah Allah untukmu. Jika tidak, maka Allah akan menahan anugerah dan kemurahan untukmu.” (HR Bukhari no. 1433 dan Muslim no. 1029, 88)

Keempat, janganlah berlebihan dalam mencintai dunia. Rasulullah SAW mengingatkan kita:

لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ، وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ

"Bukanlah kekayaan itu dengan banyaknya harta, tetapi kekayaan itu adalah kekayaan jiwa (hati)." (HR. Bukhari dan Muslim).
Qana'ah, yaitu merasa cukup dengan apa yang ada dan tidak tamak, adalah kunci kebahagiaan sejati.

Kelima, pergunakan harta untuk kebaikan. Gunakan harta untuk pendidikan anak-anak, kesehatan keluarga, membantu kaum dhuafa, membangun fasilitas umum yang bermanfaat, serta mendukung dakwah Islam. Harta yang digunakan di jalan Allah adalah investasi terbaik untuk akhirat.

عَنْ أَبِي بَرْزَةَ الْأَسْلَمِيِّ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللّٰه صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لاَ تَزُوْلُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمُرِهِ فِيمَ أَفْنَاهُ، وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَ فَعَلَ، وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَ أَنْفَقَهُ، وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَ أَبْلَاهُ

Dari Abu Barzah al-Aslami berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Kedua kaki seorang hamba tidak akan bergeser pada hari kiamat sampai dia ditanya tentang umurnya, untuk apa dia habiskan; tentang ilmunya, pada perkara apa dia amalkan; tentang hartanya, dari mana dia peroleh dan untuk apa dia belanjakan; serta tentang tubuhnya, untuk apa dia gunakan.”
(HR at-Tirmidzi, ad-Darimi, al-Baihaqi, Abu Ya’la dan ar-Ruyani)

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah...

Sesungguhnya, kehidupan dunia ini hanyalah persinggahan sementara. Harta yang kita kumpulkan di dunia, seberapa banyak pun itu, tidak akan abadi. Yang akan abadi adalah amal saleh kita. Semoga Allah SWT menjadikan kita hamba-hamba-Nya yang pandai bersyukur atas nikmat harta, mengelolanya dengan bijak, dan menggunakannya di jalan yang diridai-Nya.

بَارَكَ اللّٰه لِيْ وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذاَ وَأَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ


Tags: khutbah jumat, naskah khutbah jumat, harta dunia, harta dunia menurut islam