Khutbah Idul Fitri 1446 H: Kembali kepada Fitrah Jati Diri Kemanusiaan yang Sesungguhnya

Khutbah Idul Fitri 1446 H: Kembali kepada Fitrah Jati Diri Kemanusiaan yang Sesungguhnya

31/03/2025 01:36 ADMIN

Oleh : KH Sholahudin al-Aiyub, Ketua MUI Bidang Ekonomi Syariah dan Halal 

الله أكبر (×9) لا إله إلا الله والله أكبر، الله أكبر ولله الحمد
الحمد لله الذي جعل عيد الفطر يوم الجائزة والثواب، يلبسُ فيه المسلمون أجمل الثياب؛ استعدادًا لزيارة الأهل والأحباب، التماسا لرضا رب الأرباب. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إلِهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ الملك التواب،

وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ المصطفى المحبوب. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلىَ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تبعهم من ماض وآت. أمَّا بعدُ،
فيا عباد الله! اتَّقوا الله وأطيعوا وكبِّروه تكبيرا

Kaum Muslimin wal Muslimat rahimakumullah...

Sejak tadi malam, gema takbir, tahlil, dan tahmid terdengar saling bersahutan memenuhi ruang angkasa, menyambut Hari Raya Idul Fitri 1446 H. Menandai perpisahan kita dengan bulan istimewa, yaitu Ramadhan yang penuh kasih sayang (rahmah) dan ampunan (maghfiroh) Allah SWT, serta penebus api neraka (‘itqun minan-nar).

Syukur Alhamdulillah, kita tahun ini masih berkesempatan bertemu dengan Hari Raya yang penuh berkah ini. Semoga amal
ibadah yang kita jalankan selama bulan Ramadhan diterima oleh Allah SWT, dan kita dianugerahi kesehatan dan kekuatan serta keistiqamahan untuk menjalankan semua perintah-Nya dan meninggalkan semua laranganNya.

Kaum Muslimin dan Muslimat yang berbahagia…

Idul Fitri merupakan fase akhir dari semua aktifitas ibadah selama bulan Ramadhan. Kesungguhan atau mujahadah yang kita lakukan dalam mendekatkan diri kepada Allah (taqarrub ilallah) selama Ramadhan ditutup dan disempurnakan dengan aktivitas di hari raya Idul Fitri.

Di hari ini, kita diharapkan telah kembali pada jatidiri kemanusiaan asli kita, yaitu fitri, bersih, sebagaimana awal mula kita hadir di dunia ini, (كل مولود يولد على الفطرة), setiap orang dilahirkan dalam keadaan fitri, yaitu putih bersih tanpa noda dan dosa.

Mengapa kondisi fitri seperti itu menjadi jati diri asli seorang manusia? Karena kondisi seperti itu adalah manifestasi dari ketundukan dan kepasrahan manusia sebagai makhluk kepada khalik, yaitu sang pencipta. Kesadaran spiritual seseorang adalah saat ia kembali pada jati diri aslinya, yaitu tunduk dan patuh kepada penciptanya. Itu juga yang merupakan hakekat dari ibadah, termasuk ibadah puasa dan ibadah-ibadah lain yang kita laksanakan selama Ramadhan.

قال الغزالي: حقيقة العبادة هي التذلل والخضوع، ولا يستحق ذلك إلا من له غاية الإكرام والإعظام، وهو الله سبحانه وتعالى. والعبادة لا تكون عبادة إلا إذا اجتمع فيها أمران: غاية الحب مع غاية الذل

“Imam Al Ghazali berkata, "Hakikat ibadah adalah ketundukan dan kepasrahan. Tidak ada yang lebih berhak untuk dimulyakan dan diagungkan seperti itu kecuali Allah subhanahu wata’ala. Dan ibadah tidak disebut ibadah jika tidak bertemu dua hal: yaitu cinta yang paripurna dan ketundukan yang paripurna.”

Ma’asyiral mukminin wal mukminat rahimakumullah...

Ketundukan dan kepasrahan yang paling utama adalah tunduk dan patuh terhadap ketentuan-ketentuan Allah. Sehingga orang yang telah kembali pada fitrahnya, pada jati diri kemanusiaannya, dia mempunyai komitmen yang paripurna untuk tunduk dan taat pada ketentuan-ketentuan Allah SWT.

Ketentuan Allah ada yang terkait dengan tatacara berhubungan dengan Allah (hablun minallah) yaitu terkait akidah dan ibadah, dan ada pula yang terkait dengan tata cara berhubungan dengan sesama manusia (hablun minan nas), seperti akhlak, dan muamalah.

Setiap orang yang beriman harus meyakini bahwa semua ketentuan Allah yang disyariatkan kepada umat manusia, tidak lain manfaat dan mashlahahnya akan kembali pada manusia itu sendiri.

 إِنَّاۤ أَنزَلۡنَا عَلَیۡكَ ٱلۡكِتَـٰبَ لِلنَّاسِ بِٱلۡحَقِّۖ فَمَنِ ٱهۡتَدَىٰ فَلِنَفۡسِهِۦۖ وَمَن ضَلَّ فَإِنَّمَا یَضِلُّ عَلَیۡهَاۖ وَمَاۤ أَنتَ عَلَیۡهِم بِوَكِیلٍ 

“Sungguh, Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al-Qur`ān) dengan membawa kebenaran untuk manusia; barang siapa mendapat petunjuk (dengan menjalankannya) maka itu untuk dirinya sendiri, dan siapa sesat maka sesungguhnya kesesatan itu untuk dirinya sendiri, dan engkau bukanlah orang yang bertanggung jawab terhadap mereka.” (QS Az Zumar: 41)

Ada di antara manusia yang mulutnya menyatakan beriman, tapi kehidupan kesehariannya tidak mengindahkan ketentuan Allah. Ada pula manusia yang dalam hal ritual ibadah, ia menjalankannya dengan rajin dan tekun, tapi dalam hal ketentuan muamalah ia jauh dari ketentuan Allah. Misalnya terkait dengan ekonomi, sepertinya seakan-akan tidak ada ketentuan Allah yang mengaturnya.

Padahal semua manusia ketika dia menyatakan beriman dan percaya, maka niscaya akan diuji oleh Allah tentang keb3naran dan konsistensi ucapannya tersebut.

 أَحَسِبَ ٱلنَّاسُ أَن یُتۡرَكُوۤا۟ أَن یَقُولُوۤا۟ ءَامَنَّا وَهُمۡ لَا یُفۡتَنُونَ. وَلَقَدۡ فَتَنَّا ٱلَّذِینَ مِن قَبۡلِهِمۡۖ فَلَیَعۡلَمَنَّ ٱللَّهُ ٱلَّذِینَ صَدَقُوا۟ وَلَیَعۡلَمَنَّ ٱلۡكَـٰذِبِینَ 

“Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, “Kami telah beriman,” dan mereka tidak diuji? Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. Al Ankabut: 2-3)

Umumnya manusia lupa tentang hal ini. saat mereka memiliki kemampuan dan kewenangan untuk menjalankan dan memperjuangkan ketentuan Allah tsb, mereka tidak menjalankannya dan apalagi memperjuangkannya. Dan baru sadar saat kewenangan tsb tidak lagi ada ditangannya.

Saat manusia di dunia dan memiliki semua hal untuk menjalankan ketentuan-ketentuan tersebut tanpa memilah-milah, ia tidak menjalankannya, atau menjalankannya dengan memilah-milah yang sesuai dengan akal fikiran dan selera dia. Nanti saat di akhirat, saat semua hal yg dimilikinya tidak ada dalam genggamannya, dia meratapi dan menyesalinya.

 وَلَوۡ تَرَىٰۤ إِذِ ٱلۡمُجۡرِمُونَ نَاكِسُوا۟ رُءُوسِهِمۡ عِندَ رَبِّهِمۡ رَبَّنَاۤ أَبۡصَرۡنَا وَسَمِعۡنَا فَٱرۡجِعۡنَا نَعۡمَلۡ صَـٰلِحًا إِنَّا مُوقِنُونَ

“Dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya (di akherat nanti), (mereka berkata), "Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar (semua ketentuanMu, tapi kami tidak menjalankannya), maka kembalikanlah kami (ke dunia), niscaya kami akan mengerjakan kebajikan. Sungguh, kami adalah orang-orang yang yakin." (QS Sajdah: 12)

OLeh karenanya, selagi kita masih di dunia ini, masih ada kesempatan bagi kita untuk kembali kepada fitrah, jati diri kemanusiaan kita, untuk tunduh dan patuh dengan bersegera menjalankan semua ketentuan Allah ta’ala.

Hadirin – hadirat, ‘aidin ‘aidat, rahimakumullah..

Untuk bisa menjadi fitrah setiap saat memang bukan perkara mudah. Ada saja halangan dan rintangan untuk bisa mencapai hal itu. Oleh karena itu setiap orang beriman disyariatkan untuk selalu memohon pentunjuk Allah. Karena keimanan seorang muslim tidak selalu dalam keadaan konstan, ajeg. Ia dinamis. Kadang naik dan kadang turun.

Oleh karena itu, kita selalu memohon kepada Allah agar diberikan petunjuk ke jalan yg lurus. Setiap shalat kita selalu menmanjatkan “ihdinas shirathal mustaqim”, tunjukilah kami jalan yang lurus. Maksudnya adalah jalan yang memungkinkan kita menjalankan semua ketentuan Allah secara paripurna, tanpa kita memilah dan memilihnya sesuai kecondongan hati kita. Bukan hanya terkait ibadah ritual saja, tapi juga terkait dengan muamalah baik ekonomi, politik, sosial, dsb.

Semua itu tidak lain adalah upaya kita secara sungguh-sungguh untuk kembali pada fitrah kita, pada jati diri kemanusiaan kita, untuk senantiasa tunduk dan patuh pada semua ketentuan Allah. Dan di moment yang baik dan berkah ini, di hari raya Idul Fitri, marilah kita bermohon kepada Allah dengan sungguh-sungguh, semoga kita semua senantiasa diberi kekuatan dan keistiqamahan untuk menjaga keimanan dan keislaman kita, tunduk dan patuh pada semua ketentuan Allah, sampai nafas terakhir keluar dari jasad kita ini.

ان احسن الكلام كلام الله الملك المنان، وبه يهتدي المهتدون. اعوذ بالله من الشيطان الرجيم، بسم الله الرحمن الرحيم

 وَٱلۡعَصۡرِ، إِنَّ ٱلۡإِنسَـٰنَ لَفِی خُسۡرٍ، إِلَّا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ وَتَوَاصَوۡا۟ بِٱلۡحَقِّ وَتَوَاصَوۡا۟ بِٱلصَّبۡرِ.

بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم، ونفعني واياكم من الآيات والذكر الحكيم، وتقبل مني ومنكم تلاوته إنه هو العليم الحكيم، أقول قولي هذا وأستغفر الله العظيم لي ولكم ولسائر المسلمينوالمسلمات، إنه هو الغفور رحيم.
رب اغفر وارحم وأنت خير الراحمين

KHUTBAH KEDUA

اللهُ أَكْبَرُ، (x7 ) لاَ إلِهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وللهِ الْحَمْدُ.

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا أَمَرْ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ إِرْغَاماً لِمَنْ جَحَدَ بِهِ وَكَفَرْ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ الخَلاَئِقِ وَالْبَشَرْ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ إِلَى يَوْمِ الْمَحْشَرْ.

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ! اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمْ، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ : إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنْ، وَعَلَيْنَا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنْ.

- اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ.
- اَللّهُمَّ انْصُرِ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وانصر المجاهدين في فلسطين، وَأَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْفَاجِرَةَ والصهيونية وَالْمُشْرِكِيْنَ، بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

- نَسْأَلُكَ اللهُمَّ دَوَامَ الْعِنَايَةِ وَ التَأْيِيْدِ، لِحَضْرَةِ مَوْلاَنَا سُلْطَانِ الْمُسْلِمِيْنَ، الْمُؤَيَّدِ بِالنَّصْرِ وَ التَّمْكِيْنِ.
- اللهُمَّ انْصُرْهُ وَ انْصُرْ عَسَاكِرَهُ، وَ امْحَقْ بِسَيْفِهِ رِقَابَ الطَّائِفَةِ الْكَافِرَةِ، وَ أَيِّدْ بِشَدِيْدِ رَأْيِهِ عِصَابَةَ الْمُؤْمِنِيْنَ، وَ اجْعَلْ بِفَضْلِكَ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا مُطْمَئِنَّا، وَ ارْفَعِ اللهُمَّ مَقْتَكَ وَ غَضَبَكَ عَنَّا، وَ لاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا بِذُنُوْبِنَا مَنْ لاَ يَخَافُكَ وَ لاَ يَرْحَمْنَا يَآ أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

- اللهُمَّ إِيَّاكَ نَسْأَلُ فَلاَ تُخَيِّبْنَا، وَ إِلَيْكَ نَلْجَأُ فَلاَ تَطْرُدْنَا، وَ عَلَيْكَ نَتَوَكَّلُ فَاجْعَلْنَا لَدَيْكَ مِنَ الْمُقَرَّبِيْنَ.
- إِلَهِي هَذَا حَالُنَا لاَ يَخْفَى عَلَيْكَ، فَعَامِلْنَا بِالْإِحْسَانِ إِذِ الْفَضْلُ مِنْكَ وَ إِلَيْكَ، وَ اخْتِمْ لَنَا بِخَاتِمَةِ السَّعَادَةِ أَجْمَعِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَ الإِحْسَانِ، وَ إِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَ يَنْهَى عَنِ الْفَحشَاءِ وَ الْمُنْكَرِ وَ الْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Tags: mandi sebelum sholat idul fitri, mandi sholat idul fitri, idul fitri, idul fitri 2025, khutbah idul fitri, idul fitri, idul fitri kembali fitrah, majelis ulama indonesia