
Khutbah Idul Fitri 1445 H: Membangun Nilai Kemanusiaan Berperadaban
07/04/2024 10:34 JUNAIDIOleh : Buya Dr Amirsyah Tambunan, Sekjen MUI
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ ب بُكْرَةً وَأَصِيْلًا لاَإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ لَاإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَلَا نَعْبُدُ إِلاَّ إِيّاَهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْكَرِهَ الكاَفِرُوْنَ
الحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ حَرَّمَ الصِّياَمَ أَيّاَمَ الأَعْياَدِ ضِيَافافَةً لِعِباَدِهِ الصَّالِحِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلٰهَ إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ الَّذِيْ جَعَلَ الجَّنَّةَ لِلْمُتَّقِيْنَ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ االدَّاعِيْ إِلىَ الصِّرَاطِ المُسْتَقِيْمِ. اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَباَرِكْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّـدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحاَاَبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنَ
أَمَّا بَعْدُ، فَيَآ أَيُّهَا المُؤْمِنُوْنَ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ . وَاتَّقُووْا اللهَ حَقَّ تُقاَتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. قال الله تعالى : وَكَذٰلِكَ جَعَلْنٰكُمْ اُمَّةً وَّسَطًا لِّتَكُوْنُوْا شُهَدَاۤءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُوْنَ الرَّسُوْلُ عَلَيْكُمْ شَهِيْدًا ۗ وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِيْ كُنْتَ عَلَيْهَآ اِلَّا لِنَعْلَمَ مَنْ يَّتَّبِعُ الرَّسُوْلَ مِمَّنْ يَّنْقَلِبُ عَلٰى عَقِبَيْهِۗ وَاِنْ كَانَتْ لَكَبِيْرَةً اِلَّا عَلَى الَّذِيْنَ هَدَى اللّٰهُ ۗوَمَا كَانَ اللّٰهُ لِيُضِيْعَ اِيْمَانَكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ
Jamaah Shalat Idul Fitri Rahimakumullah,
Kaum Muslimin dan Muslimat yang dimuliakan Allah SWT…
Setelah sebulan lamanya kita berpuasa, maka sekarang tiba-lah masanya kita internalisasikan rasa syukur, senang dan rasa haru. Kita ungkapkan sepenuh hati rasa gembira dan rasa syahdu, sembari mengagungkan Nama Allah Azza wa Jalla.
اَللهُ أًكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ اْلحَمْدُ
Betapa harunya kita, sebab Allah SWT telah menciptakan Ramadhan khusus untuk kita, umatnya Nabi Muhammad SAW. Di dalamnya ada 1 malam, yakni malam Lailatul Qadar, yang lebih utama daripada 1.000 bulan. Satu kali melakukan ibadah fardhu, maka pahanya seperti mengerjakan 70 ibadah fardhu. Kita melakukan ibadah sunnah-pun dicatat ganjaran beruapa pahalanya seperti mengerjakan ibadah fardhu. Dalam sebuah hadits dinyatakan:
يا أيُّها النَّاسُ قد أظلَّكم شهرٌ عظيمٌ ، شهرٌ فيهِ لَيلةٌ خَيرٌ من ألفِ شهرٍ ، جعلَ اللَّهُ صيامَهُ فريضةً ، وقيامَ لَيلِهِ تطَوُّعًا ، ومَن تقرَّبَ فيهِ بخَصلةٍ منَ الخيرِكانَ كمَن أدَّى فريضةً فيما سِواهُ ، ومَن أدَّى فريضةً كانَ كمَن أدَّى سبعينَ فريضةً فيما سِواهُ
Saudaraku, kaum Muslimin dan Muslimat…
Wajar saja kalau kita punya rasa haru dan syahdu. Kita yang bergelimang dosa ini, oleh Allah SWT masih diberikan kesempatan langka untuk menghirup dan bernafas di bulan yang suci. Sekalipun sepenuh hati kita mengakui, bahwa kita belum bisa manfaatkan waktu siang dan malam bulan Ramadan secara maksimal.
Kita hanya mengharapkan semoga puasa kita, qiyamul lail kita, bacaan Alquran kita, sedekah dan zakat kita yang tak seberapa, dapat menebus dosa kita. Sebagai umat yang beriman kita yakin dan percaya apa yang sudah diterangkan dalam QS Al-Baqarah: 186:
وَاِذَا سَاَلَكَ عِبَادِيْ عَنِّيْ فَاِنِّيْ قَرِيْبٌۗ اُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ اِذَا دَعَانِۙ فَلْيَسْتَجِيْبُوْا لِيْ وَلْيُؤْمِنُوْا بِيْ لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْنَ
“Apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang Aku, sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Maka, hendaklah mereka memenuhi (perintah)-Ku dan
beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam kebenaran”
Oleh sebab itu, beruntunglah kita di pagi hari ini, datang berduyun-duyun dari tempat tinggal kita, menuju mesjid tempat yang suci ini untuk menjalankan salat Idulfitri secara berjamaah. Kita bermunajat untuk mengetuk bilik-bilik rahmat-Nya Allah SWT. Pada hari ini, tanggal 1 Syawal 1445 Hijriyah, kita rayakan lebaran bersama-sama penuh suka cita dengan mengumandangkan takbir:
اللهُ أًكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ اْلحَمْدُ
Kembali pada suasana fitrah tidaklah mudah, karena harus melalui proses panjang dalam menjalan ibadah sepanjang hidup kita, Karena itu menjaga jati diri untuk terus fitrah kita maknai kata Fitrah.
Menurut ajaran Islam, manusia terlahir dengan naluri yang sesuai dengan Islam dan meyakini keberadaan Tuhan. Naluri ini disebut fitrah, yang didefinisikan sebagai keadaan asal yang murni dalam diri manusia yang mengarahkannya untuk mengakui kebenaran akan keberadaan Tuhan dan mengikuti petunjuk-Nya. Jika keadaan asal ini kemudian tidak dirusak dengan keyakinan menyimpang dari lingkungannya, manusia bisa melihat kebenaran Islam dan memeluknya.
Marilah Kita tanamkan bulat-bulat di dalam hati kita, bahwa ke depannya hidup kita akan menjadi lebih baik. Amal ibadah kita akan semakin meningkat sebagai manifestasi rasa syukur kita kepada Alloh SWT.
Kaum Muslimin dan Mmuslimat yang berbahagia ….
Selain kita bertekad untuk memperbaiki hubungan kita dengan Allah Yang Mahapencipta, pada moment Idul Fitri kali ini, kita selayaknya juga memperbagus hubungan saudara, pertalian kerabat, dan interaksi sosial bermasyarakat. Dalam ajaran Islam telah diatur bahwa menjalin hubungan baik “Hablum minan-naas” sama pentingnya dengan “Hablum minallah”
Sebagai manusia yang tak luput dari salah dan alpa, baik kesalahan kita disengaja maupun tidak disengaja. Baik kepada keluarga, saudara, tetangga, maupun teman dan kerabat. Marilah kita perbaiki dengan bermaaf-maafan. Allah SWT telah berfirman dalam Surat An-Nuur ayat 22:
وَلْيَعْفُوْا وَلْيَصْفَحُوْاۗ اَلَا تُحِبُّوْنَ اَنْ يَّغْفِرَ اللّٰهُ لَكُمْ ۗوَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
“…Hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Allah Mahapengampun lagi Mahapenyayang. Di samping itu ada juga satu hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah RA:
قيل للنبي صلى الله عليه و سلم : يا رسول الله ! إن فلانة تقوم الليل وتصوم النهار وتفعل وتصدق وتؤذي جيرانها بلسانها ! فقال رسول الله صلى الله عليه و سلم : لا خير فيها ؛ هي من أهل النار . قال : وفلانة تصلي المكتوبة وتصدق بأثوار ( من الأقط ) ولا تؤذي أحدا . فقال رسول الله صلى الله عليه و سلم : هي من أهل الجنة
“Baginda Nabi Muhammad pernah ditanya, “Wahai Rasulullah! Sesungguhnya ada seorang perempuan yang rajin qiyamullail di amalm harinya, rajin puasa di siang harinya, rajin mengerjakan kebaikan dan bersedekah, akan tetapi dirinya menyakiti tetangganya dengan tutur katanya.” Rasulullah menjawab, “Tidak ada kebaikan padanya dan dia termasuk penghuni neraka.” Na’uzdubillah min dzalik!
Jamaah sholat Idul Fitri yang berbahagia…
Kita semua tahu Allah itu al-Tawwab (Mahapenerima Taubat). Kasih sayang-Nya mengalahkan murka-Nya. Rahmat-Nya jauh lebih luas dari azab-Nya. Selama seorang hamba memohon ampun kepadaNya, Allah akan mengampuninya. Namun, manusia tidak seluas itu kasih sayangnya. Manusia tidak sedalam itu kewajarannya. Bisa dibilang manusia adalah mahluk yang paling susah meminta maaf dan memaafkan.
Karena itu, Rasulullah mengajari umatnya untuk menahan diri. Jangan mudah mengumbar kata; jangan gampang menyebar berita; jangan sering menghardik sesamanya. Karena Rasulullah tahu, ruang maaf manusia terbatas, tidak seluas dan sedalam Tuhannya. Mendapatkan maaf manusia jauh lebih berat dan susah. Belum lagi jika kita tidak merasa bersalah, tapi orang lain memendam kesal kepada kita. Mengetahui diri kita salah saja, kita masih enggan meminta maaf, apalagi tak merasa bersalah sama sekali.
Hadits di atas adalah contoh nyata. Seorang wanita ahli ibadah, rajin shalat malam, gemar berpuasa, banyak bersedekah dan beramal, tapi lidahnya selalu membawa rasa sakit bagi tetangganya. Rasulullah mengatakan: “Tidak ada kebaikan padanya, dia termasuk ahli neraka.” Artinya, amal ibadah yang tidak berbanding lurus dengan perilaku sosial yang baik, ibadahnya kekurangan makna. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda (HR. Imam al-Bukhari dan Imam Muslim):
لا يَرْحَمُ اللَّهُ مَن لا يَرْحَمُ النَّاسَ
Artinya “Allah tidak mengasihi orang yang tidak mengasihi manusia (lainnya).” (Imam al-Bukhari, al-Adab al-Mufrad, 1989, h.48). Dalam riwayat lain dikatakan:
لا يَرْحَمُ اللَّهُ مَن لا يَرْحَمُ النَّاسَ
"Orang yang tidak mengasihi, maka tidak akan dikasihi.”
Ini menunjukkan bahwa kasih sayang sesama manusia tidak kalah pentingnya dengan ibadah yang bersifat ritual, bahkan Allah, dalam hadits di atas, tidak akan mengasihi orang yang tidak mengasihi sesamanya. Hal ini berarti bahwa Allah menghendaki hamba-hambanya membangun dunia yang harmonis; menciptakan lingkungan yang sehat dari kebencian; membiasakan kepedulian; membudayakan sayang-menyayangi; mengembangkan “saling asa” dan “asuh”, serta hal-hal positif lainnya.
اَللهُ أًكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ ووَلِلَّهِ اْلحَمْدُ
Kaum Muslimin dan Muslimat rohimakumullah
Pada prinsipnya dengan merayakan Idul Fitri, kita bersama-sama diajarkan untuk kembali kepada jati diri manusia. Kita ini makhluk yang sangat lemah, sehingga kita membutuhkan Allah SWT untuk bersandar di mana saja dan kapan saja. Allohus-shomad! Begitu Muliya-Nya Allah SWT memperlakukan kita, maka sewajarnya kita patuh dan taat beribadah kepada Allah.
Sebagai makhluk sosial, kita juga sangat butuh kerjasama dan bantuan sesama manusia, khususnya orang-orang terdekat kita. Hidup bermasyarakat adalah mutiara terpendam, seperti yang disabdakan Rasulullah: “Annaasu Ma’adinun”. Oleh sebab itu janganlah kita sia-siakan hubungan di antara kita. Janganlah diperpanjang masalah di antara orang-orang di sekitar kita! Sekarang kita mungkin beranggapan tidak membutuhkan, tapi suatu saat dan kapan saja kita akan memerlukan bantuan. Allah SWT berfirman dalam QS An-Nur Ayat 2
وَلَا يَأْتَلِ اُولُو الْفَضْلِ مِنْكُمْ وَالسَّعَةِ اَنْ يُّؤْتُوْٓا اُولِى الْقُرْبٰى وَالْمَسٰكِيْنَ وَالْمُهٰجِرِيْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۖوَلْيَعْفُوْا وَلْيَصْفَحُوْاۗ اَلَا تُحِبُّوْنَ اَنْ يَّغْفِرَ اللّٰهُ لَكُمْ ۗوَوَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kerabat(nya), orang-orang miskin dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah Mahapengampun, Mahapenyayang.”
Marilah kita lapangkan dada kita agar kita semua menjadi golongan orang-orang yang kembali fitri dan menjadi orang-orang yang hidupnya bahagia. Minal Aidin wal faizin. Semoga Alloh menerima niat baik dan amalan kita, serta Allah jadikan hari-hari kita selama setahun kedepan menjadi lebih baik. Taqabbalalohu minna wa minkum. Fi kulli ‘aamin wa antum bi khoir. Amiin, Amiin. Ya Robbal a’lamiin.
Idul Fitri berasal dari ajaran Islam, tradisi tersebut mengalami tranformasi. Dalam hal ini, Rasulullah mengganti hari raya masyarakat jahiliyah dahulu menjadi perayaan yang lebih baik, yaitu Idul Fitri.
Dari Anas bin Malik, berkata, “Kaum jahiliyah dalam setiap tahunnya memiliki dua hari yang digunakan untuk bermain, ketika Nabi Muhammad datang ke Madinah, Rasulullah bersabda, “Kalian memiliki dua hari yang biasa digunakan bermain, sesungguhnya Allah telah mengganti dua hari itu dengan hari yang lebih baik, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha.” (HR Abu Dawud & an-Nasa’i)
2. Nilai Kemanusiaan VS Nilai Kehewanan
Konsep Manusia dan Implikasinya Terhadap Pendidikan Islam.” Adapun hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa, Ibnu Khaldun dan Paulo Freire memiliki korelasi pemikiran, yaitu bahwa manusia adalah makhluk berpikirpraksis dan makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain.
Manusia adalah makhluk yang memiliki derajat paling tinggi diantara mahkluk lainnya. Keistimewaan ini diperoleh karena manusia dibekali dengan fitrah yang berupa akal dan perasaan. Dengan fitrah ini, manusia memiliki potensi untuk mengembangkan kecakapan dan ketrampilan sesuai dengan kedudukannya. Sebaliknya makhluk hewan bermanfaat bagi manusia, sejalan dengan syariat Islam yakni kehalalan agar manusia mengusai hewan, bukan sebaliknya hewan yang mengusai prilaku manusia.
3. Umat Islam umat Terbaik (kharu ummah
Islam adalah agama yang menjadi Rahmat bagi semesta alam (rahmatan lil’alamin). Kehadiran Islam merupakan Rahmat bagi semua makhluk ciptaan Allah, manusia, hewan dan tumbuhan. Oleh karena Islam menekankan kedamaian kepada semua makhluk yang ada di dunia. Ada banyak perspektif yang dapat mewujudkan kedamaian dalam pandangan Islam. Pertama, dimensi teosentris atau ketuhanan yang mengajarkan kepada umat manusia wajib hidup damai.
Kedua, dimensi antroposentris atau kemanusiaan (insaniah) agar manusia hidup berdasarkan wujud teosentris dan antroposentris yang memiliki nilai-nilai asasi yang perlu dijaga dan dijunjung tinggi untuk bisa hidup damai, tenang, rukun dan toleran.
Ketiga, dimensi alam (kauniyyah) bahwa alam diciptakan oleh Allah agar dikelola manusia dengan baik dan untuk memenuhi kebutuhan manusia agar terdapat keseimbangan ekosistem dalam alam ini. Jika terjadi kesenjangan akibat dominasi dimensi kemanusiaan yang rakus, tama’, dengki dan khianat, akan terjadi ketidak harmonisan, bahkan konflik diantara manusia.
Kaum Muslimin dan Muslimat rohimakumullah
Akhirnya marilah kita memanjatkan do’a kehadirat Allah SwT. Mudah mudahan Allah berkenan mengabulkan doa kita.
اللهُ أَكْبَرُ، (x7 )
لاَ إلِهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وللهِ الْحَمْدُ
اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ.
اَللّهُمَّ انْصُرِ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْفَاجِرَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ، بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. آمِيْنَ يَا مُجِيْبَ السَّائِلِيْنَ.
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين، والحمد لله رب العالمين.
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Tags: khutbah idul fitri, mui, lebaran