
Kebakaran Los Angeles: Sebuah Pelajaran Penting dari Indonesia untuk Dunia
27/02/2025 20:58 ADMINFoto: freepik
Oleh: Hayu Prabowo, Ketua Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup (LPLH) MUI
Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) telah menjadi salah satu tantangan terbesar dalam pengelolaan lingkungan global. Peristiwa kebakaran besar di Los Angeles pada awal 2025 memberikan banyak pelajaran penting, baik bagi Amerika Serikat maupun negara-negara seperti Indonesia yang memiliki pengalaman panjang dalam menghadapi kebakaran hutan.
Dengan dampak yang sangat merugikan, mulai dari kerusakan ekosistem hingga ancaman bagi kesehatan manusia, penting bagi dunia untuk bekerja sama dalam menemukan solusi mitigasi yang berkelanjutan.
Konteks kebakaran besar di Los Angeles
Kebakaran besar yang melanda Los Angeles sering kali dipicu oleh kombinasi perubahan iklim, kekeringan ekstrem, dan aktivitas manusia. Penelitian dari Sustainable LA Grand Challenge menunjukkan bahwa suhu tinggi dan angin Santa Ana yang kuat menciptakan kondisi sempurna untuk penyebaran api.
Situasi ini diperparah oleh pembangunan yang tidak terkendali di daerah rawan kebakaran, yang meningkatkan risiko kerusakan pada infrastruktur dan kehidupan manusia.
Kondisi tersebut menciptakan dampak yang berlipat ganda, tidak hanya pada kerusakan lingkungan tetapi juga pada tekanan ekonomi. Kerugian dari kebakaran ini, baik dari segi properti maupun biaya pemulihan, mencapai miliaran dolar setiap tahun.
Dalam beberapa kasus, seperti kebakaran Woolsey pada 2018, dampaknya bahkan meluas hingga memengaruhi kualitas udara di wilayah lain.
Kerusakan yang diakibatkan oleh kebakaran ini tidak hanya memengaruhi wilayah lokal tetapi juga berdampak pada tingkat global. Los Angeles menjadi salah satu contoh nyata bagaimana perubahan iklim meningkatkan intensitas dan frekuensi bencana kebakaran hutan. Hal ini menuntut pendekatan inovatif dan kolaboratif untuk memitigasi risiko di masa depan.
Tren global kebakaran hutan
Laporan dari World Resources Institute (WRI) mengungkapkan bahwa kebakaran hutan global meningkat drastis dalam dua dekade terakhir. Penyebab utamanya adalah kombinasi antara aktivitas manusia dan perubahan iklim yang memperburuk kondisi lingkungan. Kebakaran hutan kini menjadi salah satu penyumbang utama emisi karbon, memperburuk dampak perubahan iklim yang kemudian menciptakan siklus bencana yang terus berulang.
Pola ini juga terlihat di banyak negara, termasuk Indonesia, yang meskipun mengalami tantangan besar, telah menunjukkan kemajuan dalam mitigasi risiko kebakaran hutan. Penurunan luas lahan yang terbakar pada 2023 memberikan pelajaran penting tentang bagaimana kebijakan yang tepat dapat memberikan hasil positif.
Komitmen bersama
Pengalaman Indonesia dalam mengelola kebakaran hutan memberikan pelajaran berharga, khususnya melalui tiga pendekatan utama: komitmen pemerintah dan sektor swasta, pelibatan masyarakat lokal, serta penerapan nilai-nilai keagamaan melalui fatwa MUI.
Pemerintah Indonesia telah memperkuat regulasi pengelolaan hutan melalui kebijakan yang melarang pembakaran lahan untuk pembukaan lahan baru. Selain itu, sektor swasta, terutama perusahaan perkebunan dan kehutanan, juga didorong untuk mengadopsi praktik berkelanjutan. Teknologi pemantauan lahan, seperti penggunaan citra satelit untuk mendeteksi titik panas, menjadi bagian integral dari strategi mitigasi ini.
Kerja sama antara pemerintah dan sektor swasta terbukti efektif dalam mengurangi angka kebakaran. Komitmen yang kuat ini dapat menjadi inspirasi bagi Los Angeles dalam membangun kemitraan lintas sektor untuk menangani kebakaran hutan secara lebih efisien. Selain itu, perusahaan-perusahaan besar dapat dilibatkan dalam program tanggung jawab sosial yang bertujuan untuk meningkatkan pelestarian lingkungan.
Pelibatan masyarakat lokal
Salah satu kunci keberhasilan Indonesia dalam mengurangi kebakaran hutan adalah pelibatan masyarakat lokal. Program pengelolaan berbasis komunitas memungkinkan masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam pencegahan dan pemadaman kebakaran. Mereka diberikan pelatihan tentang teknik pengelolaan lahan yang ramah lingkungan serta dilibatkan dalam pengawasan langsung terhadap wilayah rawan kebakaran.
Masyarakat lokal, yang sebelumnya mungkin hanya menjadi saksi dari kerusakan akibat kebakaran, kini menjadi bagian integral dari solusi. Mereka tidak hanya dilatih untuk mengidentifikasi risiko tetapi juga diberi peralatan dasar untuk membantu dalam pemadaman dini. Pelibatan ini telah menciptakan rasa tanggung jawab kolektif terhadap perlindungan lingkungan.
Pelibatan masyarakat lokal tidak hanya meningkatkan kesadaran tetapi juga menciptakan rasa tanggung jawab kolektif terhadap perlindungan lingkungan. Pendekatan berbasis komunitas ini relevan untuk diterapkan di Los Angeles, di mana kesadaran masyarakat akan pentingnya mitigasi kebakaran masih perlu ditingkatkan.
Penerapan nilai keagamaan melalui fatwa MUI
Penelitian Nathalie Luck (2021) menunjukkan bagaimana nilai-nilai agama dapat berkontribusi pada konservasi lingkungan. Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang mengharamkan pembakaran lahan terbukti efektif mengurangi angka kebakaran di desa-desa mayoritas Muslim. Fatwa ini berperan penting melalui tiga mekanisme:
1. Ketidaknyamanan moral untuk melakukan tindakan yang dianggap haram
2. Tekanan sosial dalam komunitas untuk mematuhi aturan yang mendukung pelestarian lingkungan
3. Perubahan persepsi masyarakat terhadap pentingnya menjaga lahan secara berkelanjutan
Pendekatan berbasis nilai ini memberikan pelajaran penting bagi Los Angeles, di mana komunitas agama dan budaya yang beragam dapat diajak untuk mendukung upaya konservasi lingkungan melalui pendekatan moral. Kolaborasi dengan pemimpin agama setempat dapat membuka jalan untuk kampanye konservasi berbasis kepercayaan yang lebih inklusif.
Rekomendasi untuk Los Angeles
Berdasarkan pelajaran dari Indonesia, ada beberapa langkah strategis yang dapat diterapkan di Los Angeles untuk mengurangi risiko kebakaran hutan:
1. Meningkatkan pendidikan publik
Kampanye edukasi yang komprehensif tentang risiko kebakaran hutan dan pentingnya pelestarian lingkungan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat. Pendidikan ini harus mencakup langkah-langkah pencegahan kebakaran, cara merespons keadaan darurat, serta pentingnya menjaga ekosistem lokal. Penekanan pada pendidikan untuk anak muda dapat memberikan efek jangka panjang yang signifikan.
2. Memperkuat regulasi
Regulasi yang lebih ketat mengenai pembangunan di area rawan kebakaran dan pengelolaan vegetasi dapat membantu mengurangi risiko. Pemerintah Los Angeles juga perlu meningkatkan pengawasan terhadap pelaksanaan regulasi ini untuk memastikan kepatuhannya. Pelibatan ahli ekologi dalam proses perencanaan tata kota dapat memberikan dampak positif.
3. Mengadopsi teknologi modern
Penggunaan teknologi seperti drone, citra satelit, dan sistem peringatan dini berbasis AI dapat meningkatkan kemampuan respons terhadap kebakaran. Teknologi ini juga dapat digunakan untuk memantau wilayah yang sulit dijangkau secara fisik, serta membantu perencanaan berbasis data.
4. Melibatkan masyarakat lokal
Masyarakat lokal harus diberdayakan untuk menjadi bagian dari solusi. Program pelatihan dan insentif untuk komunitas yang berpartisipasi aktif dalam mitigasi kebakaran dapat meningkatkan efektivitas langkah-langkah pencegahan. Pengakuan terhadap peran masyarakat melalui penghargaan dapat menjadi motivasi tambahan.
5. Membangun kolaborasi global
Kebakaran hutan adalah masalah global yang membutuhkan solusi lintas batas. Los Angeles dapat memanfaatkan pengalaman Indonesia dan negara lain dalam membangun kemitraan global untuk berbagi pengetahuan, teknologi, dan sumber daya. Aliansi internasional dapat menjadi platform untuk penelitian bersama yang lebih mendalam.
Masa depan lebih berkelanjutan
Kebakaran hutan di Los Angeles dan Indonesia menunjukkan betapa pentingnya tindakan kolektif dalam menghadapi tantangan lingkungan. Dengan belajar dari pengalaman Indonesia, Los Angeles dapat mengadopsi pendekatan yang lebih holistik, menggabungkan kebijakan yang kuat, teknologi modern, pelibatan masyarakat lokal, dan pendekatan berbasis nilai.
Kolaborasi lintas sektor dan global sangat penting untuk menciptakan solusi berkelanjutan yang dapat mengurangi risiko kebakaran hutan di masa depan. Di era perubahan iklim, upaya ini tidak hanya relevan tetapi juga menjadi keharusan untuk melindungi planet kita dan generasi mendatang.
Referensi:
1. World Resources Institute (WRI). (2023). Global Trends in Forest Fires: Insights and Solutions. Diakses dari https://www.wri.org/insights/global-trends-forest-fires.
2. Sustainable LA Grand Challenge. (2025). Los Angeles Wildfires 2025: Understanding and Preparing for the Future. Diakses dari https://sustainablela.ucla.edu/2025lawildfires.
3. Mongabay News. (2024). As Fires Ravaged Indonesia in 2023, Some Positive Trends Emerged, Data Show. Diakses dari https://news.mongabay.com/2024/04/as-fires-ravaged-indonesia-in-2023-some-positive-trends-emerged-data-show/.
4. Nathalie Luck. (2021). Transformation Towards a More Sustainable Agricultural System in Indonesia: Empirical Essays on the Role of Information and Endorsement. Disertasi Universitas Passau.
Tags: los angeles, kebakaran Los angeles, perubahan iklim, kebakaran hutan, pemanasan global, Fatwa mui, Majelis ulama indonesia