
Jelang Pemondokan di Arafah, Petugas dan Syarikah Fiksasi Data Jamaah Haji
24/05/2025 21:44 ADMINOleh: Muhammad Fakhruddin, Jurnalis MUIDigital dari Jeddah, Arab Saudi
JEDDAH, MUI.OR.ID – Menjelang fase puncak ibadah haji di Arafah, Kementerian Agama RI melalui Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) terus mematangkan persiapan, terutama proses fiksasi data jamaah haji. Data ini menjadi krusial untuk memastikan jamaah mendapatkan layanan yang tepat dan pemondokan di Arafah berjalan lancar.
Dirjen PHU Kemenag, Prof H Hilman Latief, MA, PhD, menyampaikan bahwa sejak gelombang pertama hingga sepekan setelah gelombang kedua, pemerintah bersama syarikah dan penyedia layanan tetap berpegang pada regulasi penempatan jamaah. “Satu penerbangan harus mayoritas memiliki jenis layanan tertentu, termasuk penempatan hotel di lokasi yang sama. Jangan ada perubahan tanpa koordinasi karena akan menyulitkan distribusi nusuk,” kata Prof Hilman saat tiba di Bandara King Abdulaziz, Jeddah, Arab Saudi, Jumat (23/5/2025).
Prof Hilman juga mengingatkan bahwa seluruh petugas tidak boleh membiarkan jamaah berpindah tempat tanpa pendampingan karena dapat menimbulkan persepsi negatif. “Sempat viral video jamaah membawa tas sendiri. Padahal, ada suara yang menjelaskan petugas sudah di depan, tapi tidak terdengar jelas. Ini sudah kami klarifikasi ke Kementerian Haji Arab Saudi,” ujarnya.
Sebagai bentuk peningkatan layanan, lanjut Prof Hilman, jumlah petugas haji telah ditingkatkan dari 1% menjadi 2% dari total jamaah. “Petugas ditambah agar pergerakan jamaah selalu dalam pengawasan dan tidak ada yang tertinggal,” ungkapnya.
Terkait progres kedatangan, dari total kuota 203 ribu jamaah, masih ada sekitar 50 ribu yang belum tiba di Tanah Suci. Namun, selisih kedatangan terus dikurangi. “Tiga hari lalu gap-nya 16%, tadi malam sudah turun jadi 14%, sebelumnya sempat 30%. Kami optimistis bisa ditekan hingga di bawah 10%,” ujar Prof Hilman.
Kemenag juga telah menempatkan petugas di kantor-kantor layanan syarikah untuk mempercepat distribusi nusuk dan menangani aduan jamaah secara langsung.
Persiapan layanan Arafah-Muzdalifah-Mina (Armuzna) juga terus dilakukan, diawali dengan fiksasi ulang data jamaah. “Data awal banyak bergeser, maka kami harus pastikan kembali jumlah jamaah di hotel, nomor maktab, dan lokasi di Arafah. Ini akan kami bicarakan dengan penyedia layanan,” katanya.
Prof Hilman menambahkan bahwa delapan perusahaan layanan telah dikontrak untuk melayani jamaah Indonesia. Namun, karena dinamika seperti keterlambatan visa di awal pemberangkatan, sempat terjadi rekomposisi data jamaah. “Insya Allah semua bisa dituntaskan sebelum puncak ibadah,” ucapnya.
Setelah data difinalisasi, akan dilakukan penjadwalan pergerakan secara detail selama 24 jam agar seluruh jamaah bisa bergerak menuju Arafah sesuai slot yang telah dialokasikan.
“Mohon doa dan dukungan. Ini baru sepertiga perjalanan. Saya minta petugas tetap semangat, tidak mudah goyah, dan terus bekerja keras melayani jamaah,” pungkas Prof Hilman Latief.
Tags: haji, ibadah haji, jamaah haji, arafah, data jamaah haji