Dakwah Islam, Peran MUI, dan Kehangatan Masyarakat Bumi Cenderawasih

Dakwah Islam, Peran MUI, dan Kehangatan Masyarakat Bumi Cenderawasih

14/05/2025 20:44 ADMIN

JAKARTA, MUI.OR.ID—Kunjungan Ketua MUI Bidang Dakwah dan Ukhuwah KH M Cholil Nafis ke Papua pada 8-12 Mei 2025 lalu untuk menghadiri sejumlah agenda menyisakan catatan penting tentang dakwah Islam, kultur, serta dinamika sosial di Papua yang penuh warna.

Kunjungan Kiai Cholil didampingi oleh Sekjen MUI Amirsyah Tambunan dan Wasekjen MUI Bidang Dakwah dan Ukhuwah KH Arif Fahruddin untuk menghadiri sejumlah aganda salah satunya Musyawarah Daerah (Musda) I MUI Papua Tengah perihal pengurus sementara dan pembentukan MUI Papua Selatan.

Kepada MUIDigital, Rabu (14/5/2025), Kiai Cholil bercerita salah satu kenangan manisnya adalah adanya pengawalan dari Wakil Gubernur Papua Selatan Paskalis Imadawa hingga polisi adat Papua.

"Bahkan Wagub (Paskalis) mengantarkan saya sampai memastikan saya dapat kunci kamar hotel, kemudiaan ada juga yang selalu mendampingi saya dari Banser NU dan Kokam Muhamadiyah. Di tempat acara kami dikawal polisi adat dari Papua," kata Kiai Cholil.

Sesampainya di Merauke Papua Selatan, Kiai Cholil juga disambut oleh Wakil Bupati Merauke Fauzan Nihayah, Plt Ketua MUI Papua Selatan Awaluddin Gedze, Ketua MUI Merauke H Jufri Thamrin, dan Ketua PWNU Papua Selatan KH Muhammad Arifin.

"Bahkan alhamdulillah kita ditemani pengamanan utuh dari pemerintah bahkan temen-temen Densus 88 menemani kami selama perjalanan. Jadi alhamdulillah aman," kata Kiai Cholil.

Kiai Cholil bercerita selama berada di Papua dengan pengamanan ketat itu, bisa mendatangi sejumlah tempat dengan aman, antara lain, perkampungan Madura di Jayapura dan beberapa acara di Papua Tengah, termasuk di pondok pesantren.

Kiai Cholil juga bertutur ihwal kehidupan umat Muslim di Papua. Menurutnya, kehidupan umat Muslim di Papua semangatnya begitu membara, solid dan saling menolong.

"Saya di Papua Tengah, Papua Induk di Jayapura dan ke Papua Selatan Merauke menemukan umat Islam yang semangatnya membara menyebarkan Islam dan menampilkan Islam yang baik," kata Kiai Cholil.

Selain itu, Kiai Cholil melihat bahwa kehidupan umat Muslim di Papua sangat solid dan saling menolong di antara mereka. Umat Muslim di Papua juga datang dari para perantau yang berasal dari Jawa dan Bugis.

Menurut Kiai Cholil, mereka mampu untuk menyampur atas nama Islam, menekankan kearifan lokal dan menghargai penduduk setempat, sehingga membuatnya merasa semakin terkesan selama berada di Papua.

Di mata Kiai Cholil, Papua juga merupakan daerah yang unik karena adanya otonomi khusus (Otsus) yang mengedepankan putra daerah sebagai pemimpin. Bahkan mendorong putra daerah yang membawa syiar Islam berkolaborasi dengan adat setempat.

"Kemudiaan mereka mementingkan keagamaannya dibanding kesukuannya. Mereka menjadi solid umat Islam disana," ujarnya.

Sementara itu, Wasekjen MUI Bidang Dakwah dan Ukhuwah KH Arif Fahruddin juga menceritakan kenangan indahnya selama mendampingi Kiai Cholil kunjungan kerja di Papua.

Selama berada di Papua Selatan, Kiai Arif mendampingi Kiai Cholil mengunjungi perbatasan Indonesia dengan Papua Nugini dengan berinteraksi dengan warga setempat.


Selain itu, Kiai Arif bercerita, dirinya dan Kiai Cholil terkesan dengan adanya Masamus atau rumah semut yang ada di Merauke Papua Selatan. Masamus memiliki tinggi hingga 5 meter dan berdiameter lebih dari 2 meter.

Kemudiaan, dia bercerita bahwa di Papua Selatan ada Food Estate sebagai kawasan pertanian dan perkebunan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Islam Wasathiyah

Lebih lanjut, Kiai Cholil menekankan penyebaran Islam Wasathiyah oleh MUI Provinsi Papua. MUI dibentuk secara keagamaan untuk menyebarkan Wasathiyatul Islam (Islam Wasathiyah).

"Kita menyampaikan kepada mereka agar Islam yang dibawa adalah pemahaman Islam Wasathiyah. Dan tentu pilar utamanya dari NU dan Muhamadiyah serta lainnya," kata Kiai Cholil.

Kiai Cholil menyampaikan bahwa Islam memiliki posisi untuk menegakkan amar ma'ruf nahi mungkar, bukan oplosan pemerintah.

Kiai Cholil menekankan Islam menyerukan agar menjauhi kemungkaran dam menyerukan kepada yang ma'ruf (baik). Dia berpesan agar pengurus MUI dalam aktivitas dakwahnya di Papua mengerti mengenai toleransi.

Selain itu, Kiai Cholil juga berpesan agar pengurus MUI Papua memiliki nilai tawazun terhadap keagamaan dan budaya lokal masyarakat. Kemudiaan memiliki perilaku yang baik kepada mereka.

"Sehingga kita bisa membangun peradaban di tempat itu di mana Islam iti ada," ujarnya.

Sementara itu, Kiai Arif menyampaikan tidak ada istilah mayoritas dan minoritas di Indonesia.

Dia menjelaskan hal itu karena semua warga negara memiliki hak dan kewajiban yang sama di mata hukum, tanpa membedakan agama, suku, budaya dan sebagainya.

Meski begitu, ada realitas sosial di mana memang masyarakat Muslim di Papua memiliki hak untuk diberdayakan dengan diikutsertakan dalam program besar pemerintah dan kebangsaan.

Menurut dia, program besar pemerintah dan kebangsan itu setidaknya terangkum dalam tiga hal. Pertama, penguatan agama, baik penguatan sesama umat Islam atau penguatan kerukunan antar umat beragama.

"Umat Islam di Papua harus menjaga kerukunan karena rukun antar umat beragama bukan hanya perintah terhadap umat Islam, tetapi perintah sunnah dan Alquran untuk rukun terhadap agama lain," jelasnya.

Kedua, penguatan negara, sehingga umat aislam di Papua harus menjunjung tinggi kesepakatan nasional yaitu NKRI yang berdasarkan Pancasila. "Ini sudah harga mati yang menjadi kesepakatan bersama yang dikuatkan oleh umat beragama lainnya," tegasnya.

Ketiga, penguatan umat Islam di Papua diperkuat kehidupan ekonomi, keagamaan, dan kehidupan di sektor lainnya seperti budaya, adat istiadat dan lainnya.

"Secara umum wajah Islam di Papua Selatan tidak begitu banyak beda dengan provinsi lain di Indonesia. Berjalan secara toleransi, bahkan tidak ada hak-hak mendasar beragama di Papua ini dibatasi. Semuanya diberikan jaminan sebagaimana undang-undang berlaku, Pancasila berlaku dalam menjunjung tinggi hak-hak agama di masing-masing umat beragama," terangnya. (Sadam, ed: Nashih)


Tags: islam papua, dakwah Islam papua, islam di papua, majelis ulama indonesia, mui papua