
Berhaji Pakai Kursi Roda Karena Disabilitas Bahasa
26/05/2025 21:34 ADMINMADINAH, MUI.OR.ID– Haji 2025 ini masih bertema ramah lansia, perempuan, dan disabilitas. Setiap petugas haji, apapun tugas utamanya (akomodasi, transportasi, kesehatan, lansia), diwajibkan mengutamakan tiga jenis jamaah tersebut. Setiap melihat jamaah Indonesia yang tersesat, maka petugas haji wajib mengantarkan ke hotel asalnya.
Hal itulah yang dilakukan petugas haji Sektor Khusus (Seksus) Nabawi asal Jawa Tengah ketika melihat seorang haji lansia sedang terduduk kelelahan di sekitar Masjid Nabawi, Madinah.
Petugas Haji itu segera mencari kursi roda, menghampiri haji lansia, dan bertanya.
“Apakah bapak sedang sakit?”
Haji lansia bergeming, diam saja, tidak menjawab.
Petugas haji pun berganti bertanya menggunakan bahasa Jawa halus. Namun, haji lansia itu malah menjawab dengan bahasa yang tidak dimengerti.
Di tengah situasi yang membingungkan, untungnya, haji lansia itu mengalungi identitas haji Indonesia berisi kode barcode. Segeralah petugas haji memindai kartu tersebut dan terungkap bahwa haji lansia itu berasal dari Bima, Nusa Tenggara Barat. Terungkap pula lokasi hotelnya menginap.
Tanpa banyak bicara, petugas itu pun membopong haji lansia itu dari lantai ke kursi roda, lalu mendorongnya, mengantarkan ke hotel asalnya menginap sesuai identitas dari barcode.
Begitu sampai di depan hotel tujuan, haji lansia itu melihat kawan yang dikenalnya. Seketika ia loncat dari kursi roda dan berlari menuju temannya. Beliau terlihat sumringah dan meninggalkan petugas haji yang mendorongnya tanpa sepatah kata. Sang petugas haji pun terheran-heran melihat haji lansia yang tiba-tiba sehat.
“Ternyata haji lansia itu tidak sakit, beliau hanya tersesat, dan sayangnya tidak bisa berbahasa Indonesia,” ungkap Ibnu Mufti, saat mengisahkan pengalaman lucu temannya melalui sambungan telepon kepada MUIDigital, Senin (26/5/2025).
Koordinator Haji Lansia dan Disabilitas Sektor 5 Madinah ini menceritakan, ternyata bukan hanya kesehatan yang kerap menjadi kendala haji lansia, tapi bahasa. Jamaah haji lansia rata-rata hanya menggunakan bahasa daerah dan kebingungan menggunakan bahasa Indonesia.
“Tidak hanya petugas haji dari Jawa, petugas haji dari luar Jawa juga akan kebingungan ketika mendapati jamaah haji asal Jawa yang tidak bisa berbahasa Indonesia,” ungkap Ibnu.
Beruntungnya, kementerian agama sudah mencetak barcode identitas di masing-masing kartu jamaah haji, sehingga menjadi jalan yang memudahkan.
Bahasa memang kerap menjadi masalah di Tanah Suci. Karena itu, dari beberapa petugas haji Indonesia, ada beberapa yang sudah lama tinggal di Arab Saudi, sehingga memudahkan komunikasi dengan pihak Arab Saudi.
Kisah kendala bahasa ini tidak hanya menyerang lansia yang mungkin tidak bersentuhan dengan dunia akademik formal.
Ada pula cerita lulusan pondok pesantren yang kebingungan berbicara dengan penduduk Arab Saudi. Padahal santri tersebut sudah lancar sekali membaca kitab kuning. Ternyata sebabnya karena bahasa yang digunakan penduduk Arab Saudi adalah bahasa arab ‘amiyah (pasaran) dan bahasa di kitab adalah bahasa baku (fushah).
Meski begitu, bahasa tidak selamanya menjadi kendala di Arab Saudi. Jika melihat di sosial media seperti Tiktok belakangan ini, terlihat banyak pedagang di Arab Saudi fasih berbahasa Indonesia seperti “Jokowi”, “Jakarta”, “Gratis”, “Ayo Beli”, dan sejenisnya. (Ibnu/Azhar)
Tags: Cerita Haji, Haji 2025, Petugas Haji, Haji Lansia