Khutbah Jumat: 5 Sunnah Rasulullah SAW yang Agung Sarat Pahala di Bulan Syawal

Khutbah Jumat: 5 Sunnah Rasulullah SAW yang Agung Sarat Pahala di Bulan Syawal

04/04/2025 06:21 ADMIN

Foto: freepik 

Oleh: Ustadz Syarif Hidayatullah, SHI, Ketua Komisi Infokom MUI Kota Tangerang 

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُاللّٰهِ وَبَرَكَاتُه

اَلحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ حرَّمَ الصِّياَمَ أَيّاَمَ الآعْياَدِ ضِيَافَةً لِعِباَدِهِ الصَّالِحِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلٰهَ إِلاَّاللّٰهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ الَّذِيْ جَعَلَ الجَّنَّةَ لِلْمُتَّقِيْنَ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَناَ وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِيْ إِلىَ الصِّرَاطِ المُسْتَقِيْمِ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَباَرِكْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّـدٍ وَعَلٰى آلِهِ وَأَصْحاَبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ

 أَمَّا بَعْدُ .فَيَآأَيُّهَاالـمُؤْمِنُوْنَ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللّٰهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ. وَاتَّقُوْا اللّٰهَ حَقَّ تُقاَتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ 

 قَالَ اللّٰهُ تَعَالٰى: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ

Ma’asyiral Muslimin,  jamaah Shalat Jumat rahimakumullah...

Syukur Alhamdulillah, pada kesempatan hari ini kita tengah berada di bulan nan fitrah, bulan dimana kita dikembalikan menjadi hamba Allah yang diampuni dosa-dosa kita karena kita telah menjalani ibadah puasa di bulan Ramadhan sebagaimana Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan berlandaskan Iman dan hanya mengharapkan pahala dari Allah, maka akan diampuni baginya dosa yang telah lalu.” (HR Bukhari No 38, Muslim No 760)

Semoga kita bisa menjadi hamba-hamba Allah yang istiqamah menjalankan ketaatan kepada Allah SWT dan senantiasa mampu menjaga Sunnah-sunnah Rasulullah SAW bukan hanya di bulan Ramadhan saja, melainkan di setiap waktu dan keadaan, kita bukan hanya menjadi hamba Ramadhan, yang hanya mampu taat menjalankan ibadah, tekun beribadah hanya di bulan Ramadhan, tetapi menjadi hamba Allah sepatutnya.

Ma’asyiral Muslimin, jamaah Shalat Jumat rahimakumullah...

Sebagai wujud syukur kita kepada Allah SWT atas segala nikmat yang tak terhingga yang dianugerahkan kepada kita, baik nikmat sehat wal afiyat, nikmat panjang umur, nikmat istiqamah dalam beribadah kepada Allah, nikmat berpegang kepada sunnah-sunnah Rasul-Nya, dan nikmat yang terbesar yang Allah berikan kepada kita yaitu nikmat iman dan Islam, sebab dengan adanya nikmat iman dan islam tersebut, sekecil atau sedikit apapun yang kita lakukan dalam bentuk kebaikan dan ketaatan akan berarti di sisi Allah, namun sebaliknya tanpa adanya nikmat iman dan Islam yang Allah karuniakan, sebanyak dan sebesar apapun kebaikan yang kita lakukan maka tidak akan bernilai di sisi Allah SWT, Allah berfirman:

فَمَنْ يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتِ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَا كُفْرَانَ لِسَعْيِهِ وَإِنَّا لَهُ كَاتِبُونَ

"Maka barang siapa yang mengerjakan amal saleh, sedang ia beriman, maka tidak ada pengingkaran terhadap amalannya itu dan sesungguhnya Kami menuliskan amalannya itu untuknya." (QS al-Anbiya: 94). 

Marilah bersama-sama kita berusaha dan berupaya untuk selalu meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan , juga kita tingkatkan kualitas pemahaman ilmu agama kita, agar ibadah kita mendapatkan predikat ibadah yang sah, ibadah yang terpenuhi syarat dan rukunnya, bukan ibadah yang sekadar berlandaskan hawa nafsu belaka atau hanya ikut-ikutan, yang pada akhirnya akan sia-sia tanpa nilai pahala, sebagaimana perkataan Syeikh Ibnu Ruslan dalam kitab Zubad-nya:

فَكُلُّ مَنْ بِغَيْرِ عِلْمٍ يَعْمَلُ - أَعْمَالُهُ مَرْدُوْدَةٌ لَا تُقْبَلُ

“Maka setiap orang yang beribadah tanpa berlandaskan ilmu, ibadahnya akan tertolak, tidak akan diterima”.

Dengan ketakwaan dan amal saleh yang kita lakukan, maka Allah akan senantiasa membersamai kita baik dalam bentuk pertolongan dan bantuan-Nya, dan jelas hal ini Allah nyatakan dalam firman-Nya:

إِنَّ اللّٰهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ 

"Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan".

Ma’asyiral Muslimin, jamaaah shalat Jumat rahimakumullah...

Setelah kita digojlok dan digembleng selama Ramadhan, dengan kewajiban dan kesunahan, maka pada saat inilah di bulan Syawal sebagai langkah awal untuk kita buktikan hasil penggemblengan dan pendidikan selama Ramadhan tersebut, apakah kita mampu menjalankan atau meningkatkan ibadah-ibadah wajib dan ibadah-ibadah sunnah di luar Ramadhan?Sebagai tolok ukur keberhasilan Ramadhan kita selama sebulan penuh.

Ada beberapa amalan atau ibadah sunnah yang dianjurkan di bulan Syawal yaitu sebagai berikut: 

Pertama, puasa Syawal. Puasa enam hari setelah Idul fitri.

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ:مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ

"Barang siapa berpuasa Ramadhan, kemudian mengikutinya dengan enam hari dari bulan Syawal, maka ia seperti berpuasa sepanjang tahun." (HR Muslim/ 1164)

Imam An-Nawawi dalam kitab Syarah Shahih Muslim menjelaskan tentang keutamaan puasa enam hari di bulan Syawal berdasarkan hadits diatas:

1. Keutamaan Puasa Syawal

Imam An-Nawawi menjelaskan bahwa puasa enam hari Syawal memiliki keutamaan besar karena dihitung seperti puasa setahun penuh. Ini berdasarkan kaidah bahwa satu kebaikan dilipatgandakan sepuluh kali lipat. Sehingga rinciannya sebagai berikut:

- Puasa Ramadan (30 hari) setara dengan puasa 10 bulan (30 × 10 = 300 hari).

- Puasa 6 hari di Syawal setara dengan 60 hari (6 × 10 = 60 hari).

Total menjadi 360 hari, yaitu hampir setahun penuh.

2. Tidak Wajib, tetapi Sunnah Muakkadah

Menurut Imam An-Nawawi, puasa ini bersifat sunnah muakkadah (sunnah yang sangat dianjurkan), bukan wajib.

3. Boleh Dilakukan Terpisah atau Berurutan

Imam an-Nawawi menjelaskan bahwa enam hari puasa Syawal boleh dilakukan berturut-turut atau terpisah selama masih di bulan Syawal.

4. Harus Menyelesaikan Puasa Ramadan Terlebih Dahulu

Jika seseorang memiliki hutang puasa Ramadan, maka lebih utama untuk mengqadha terlebih dahulu sebelum menjalankan puasa Syawal.

Penjelasan ini menunjukkan pentingnya menjaga amalan sunnah sebagai bentuk penyempurna ibadah wajib.

Kedua, menikah

قَالَتْ عَائِشَةُ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهَا: تَزَوَّجَنِي رَسُولُ اللّٰهِ ﷺ فِي شَوَّالٍ وَبَنَى بِي فِي شَوَّالٍ فَأَيُّ نِسَاءِهِ كَانَ أَحْظَى عِنْدَهُ مِنِّي

Aisyah radhiyallahu 'anha berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menikahiku di bulan Syawal, dan menggauliku di bulan Syawal. Maka siapakah di antara istri beliau yang lebih beruntung di sisinya dariku?" (HR Muslim/ 1423)

Berkaitan dengan hadits ini, Imam An-Nawawi dalam Kitab Syarh Shahih Muslim (9/209) menyatakan dalam hadits ini terdapat anjuran menikah dan berhubungan suami istri di bulan Syawal. Aisyah juga menyukai jika wanita-wanita lainnya menikah di bulan Syawal."

Dari keterangan di atas, jelas bahwa menikah di bulan Syawal tidak hanya dibolehkan tetapi juga dianjurkan sebagai sunnah Rasulullah SAW.

Ketiga, memperbanyak sedekah. Melanjutkan semangat berbagi setelah Ramadhan

Setelah kita dilatih menjadi pribadi muslim yang dermawan dan memiliki rasa empati yang tinggi dan kepekaan sosial terhadap sesama di bulan Ramadhan, maka dianjurkan di bulan Syawal untuk melanjutkan semangat berbagi tersebut.

Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumiddin menyebutkan: "Sedekah di waktu-waktu yang utama lebih baik dan lebih banyak pahalanya, di antaranya setelah Ramadhan di bulan Syawal, karena itu merupakan penyempurnaan amal kebaikan."

Sedangkan Imam An-Nawawi dalam Al-Majmu’ menulis: "Menjaga amal saleh setelah Ramadhan merupakan tanda diterimanya ketaatan, di antaranya sedekah. Sedekah dianjurkan di semua waktu dan keadaan, tetapi di bulan Syawal lebih utama karena menunjukkan kesinambungan dalam kebaikan."

Dari pendapat-pendapat diatas, jelas bahwa sedekah di bulan Syawal dianjurkan sebagai bentuk kesinambungan amal setelah Ramadhan.

Keempat,  silaturahim. Melanjutkan tradisi saling memaafkan dan mempererat hubungan

Ada hadits Rasulullah SAW tentang keutamaan silaturahim:

قَالَ رَسُولُ اللّٰهِ ﷺ: مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ

Rasulullah SAW bersabda: "Barang siapa yang ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung silaturahim." (HR Bukhari No 2067, Muslim No 2557)

Hadits ini menunjukkan bahwa silaturahim adalah amalan yang sangat dianjurkan karena membawa keberkahan dalam hidup, membuka pintu rezeki serta memperpanjang umur.

Para ulama pun dari berbagai kitab menekankan keutamaan silaturahim di bulan Syawal, terutama karena masih dalam suasana Idul Fitri yang identik dengan saling memaafkan dan mempererat hubungan keluarga serta sesama Muslim.

Berkaitan dengan hal ini Imam Al-Ghazali dalam Ihya' Ulumiddin berpandangan: "Salah satu amalan terbaik di hari
raya adalah silaturahim dan berusaha mendamaikan manusia, karena ini termasuk amal paling baik dan salah satu sebab masuk surga."

Dari pendapat ulama ini, jelas bahwa silaturahim di bulan Syawal sangat dianjurkan, karena merupakan kesempatan untuk memperbaiki hubungan dan mempererat persaudaraan dalam Islam dan penyebab masuknya kita ke syurga.

Kelima, menunaikan Umrah

- Umrah di Bulan Syawal Pernah Dilakukan oleh Rasulullah SAW

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهَا، قَالَتْ: خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللّٰهِ ﷺ فِي حَجَّةِ الْوَدَاعِ، فَأَهْلَلْنَا لِلْعُمْرَةِ فِي شَوَّالٍ، ثُمَّ قَدِمْنَا مَكَّةَ، فَطُفْنَا بِالْبَيْتِ وَسَعَيْنَا بَيْنَ الصَّفَا وَالْمَرْوَةِ، فَأَمَرَنَا رَسُولُ اللّٰهِ ﷺ أَنْ نَحِلَّ

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, dia berkata, "Kami keluar bersama Rasulullah SAW pada Haji Wada’, lalu kami berihram untuk umrah di bulan Syawal. Setelah tiba di Makkah, kami thawaf di Ka'bah dan sa'i antara Shafa dan Marwah, kemudian Rasulullah SAW memerintahkan kami untuk bertahalul." (HR Bukhari No. 1556, Muslim No 1211)

Hadits ini menunjukkan bahwa umrah di bulan Syawal adalah sunnah karena pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.
Selain itu, ada juga pandangan para ulama tentang umrah di Bulan Syawal. Imam An-Nawawi dalam al-Majmu’ menyatakan :

"Adapun waktu terbaik untuk umrah, yang paling utama adalah Ramadhan, kemudian bulan Syawal karena termasuk bulan haji."

Adapun pandangan dari Ibnu Qudamah dalam Al-Mughni bahwa: "Waktu terbaik untuk umrah adalah Ramadhan, kemudian Syawal karena keutamaannya dan karena Syawal adalah awal bulan haji."

Kesimpulannya, umrah di bulan Syawal dianjurkan, karena Rasulullah SAW dan para sahabat melakukannya. Sebagian ulama lebih mengutamakan umrah di Ramadhan, tetapi Syawal tetap memiliki keistimewaan. Tidak ada larangan umrah di bulan Syawal.

Ma’asyiral Muslimin, jamaah shalat Jumat rahimakumullah...

Demikianlah beberapa amalan sunnah di bulan Syawal, semoga dengan melaksanakan sunnah-sunnah Rasulullah ini dapat menambah keberkahan di bulan Syawal, dan semoga kita semua dapat istiqamah berpegang pada sunnah Rasulullah, terlebih di akhir zaman ini, zaman yang penuh fitnah dan keengganan manusia untuk berpegang dan mengamalkan sunnah Rasulullah. Dalam hadits dinyatakan:

عَنِ الْعِرْبَاضِ بْنِ سَارِيَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللّٰهِ ﷺ: "عَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي، وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ، تَمَسَّكُوا بِهَا، وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ، وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ، فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ

Dari Al-Irbadh bin Sariyah, Rasulullah SAW bersabda, "Wajib atas kalian berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk. Peganglah erat-erat dan gigitlah dengan gigi geraham. Waspadalah terhadap perkara-perkara baru dalam agama, karena setiap perkara baru adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat."
(HR Abu Dawud No 4607, Tirmidzi No 2676)

بَارَكَ اللّٰهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ، وَتَقَبَّلَ اللّٰهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيمُ ,أَقُوْلُ هَذَا الْقَوْلَ ، وَأَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ، فَاسْتَغْفِرُوهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيْمُ

Tags: syawal, keutamaan syawal, keistimewaan syawal, sunnah syawal