
Sekjen MUI: Gerakan Kolektif Dana Sosial Umat, Opsi Strategis Hadapi Perang Dagang Global
19/04/2025 18:57 ADMINJAKARTA, MUI.OR.ID — Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI), Buya Amirsyah Tambunan, menyerukan pentingnya gerakan kolektif dana sosial umat sebagai solusi strategis menghadapi ketimpangan ekonomi global dan perang dagang yang semakin meruncing.
Seruan ini ia sampaikan dalam khutbah Jumat yang disampaikan di Masjid Taqwa Muhammadiyah, Padang,Sumatera Barat, Jumat (18/4/2025).
Dalam khutbahnya, Buya Amirsyah menyoroti kondisi ekonomi dunia yang kian timpang. Ia menyebut ketidakadilan global bukan hanya akibat kebijakan politik internasional, tetapi juga karena lemahnya kesadaran umat untuk mengoptimalkan kekuatan dana sosial berbasis syariah seperti zakat, infak, sedekah, dan wakaf (ZISWAF).
"Islam punya kekuatan besar dalam konsep social finance. Ini bukan sekadar teori, tapi sudah terbukti menjadi kekuatan peradaban jika dikelola secara kolektif dan terstruktur," ujar Buya Amirsyah di hadapan jamaah.
Ia menegaskan, potensi zakat umat Islam di Indonesia mencapai Rp 217 triliun per tahun, dan potensi wakaf jauh lebih besar lagi. Namun, potensi tersebut belum tergarap maksimal karena masih bersifat parsial dan kurang terkoordinasi secara nasional.
"Masalah kita bukan tidak punya dana. Masalah kita adalah kekurang sadaran kolektif untuk menggerakkan dana sosial umat sebagai kekuatan ekonomi yang berdiri sendiri dan mandiri," tambahnya.
Buya Amirsyah juga menyoroti bahwa kekuatan ekonomi dunia saat ini banyak dikendalikan oleh segelintir pihak yang menumpuk kekayaan dan mempermainkan tatanan global melalui perang dagang.
Ia menyebut nama-nama besar seperti George Soros sebagai contoh bagaimana kekuatan finansial dapat mengatur arah dunia, bahkan menimbulkan penderitaan bagi banyak pihak.
"Perang dagang global yang kita hadapi hari ini adalah bentuk nyata dari kerakusan segelintir elite ekonomi. Mereka mengendalikan harga, pasar, bahkan kebijakan negara melalui kekuatan modal," tegasnya.
Dalam konteks ini, gerakan dana sosial umat dapat menjadi alternatif untuk mengurangi ketergantungan terhadap sistem ekonomi global yang eksploitatif.
Menurutnya, penguatan institusi pengelola zakat dan wakaf, peningkatan literasi keuangan syariah, serta regulasi yang berpihak pada ekonomi umat, adalah langkah-langkah penting yang harus segera diwujudkan.
Buya juga mengingatkan bahwa konsep keseimbangan antara dunia dan akhirat yang diajarkan Islam harus diwujudkan dalam bentuk nyata. Ia mengutip Surah Al-Qashash ayat 77 dan Surah Ali Imran ayat 134 sebagai landasan teologis bahwa infak bukan hanya kewajiban spiritual, tetapi juga fondasi ekonomi keumatan.
"Menginfakkan harta di waktu lapang maupun sempit adalah perintah Allah. Ini bukan sekadar amal ibadah personal, tapi solusi nyata atas ketimpangan struktural yang kita alami hari ini," jelasnya.
Menutup khutbahnya, Buya Amirsyah mengajak seluruh umat Islam untuk tidak hanya menjadi konsumen dari sistem kapitalisme global, tetapi menjadi aktor utama dalam menciptakan tatanan ekonomi yang adil dan berkeadaban melalui optimalisasi dana sosial umat.
"Jika kita serius, jika kita bersatu, maka zakat, infak, sedekah, dan wakaf bisa menjadi kekuatan baru menghadapi tantangan zaman, termasuk perang dagang global yang kini sedang berlangsung," pungkasnya. (Ibnu/Azhar)
Tags: Khutbah Jumat